BAB 46 : Bukti

19.3K 620 17
                                    

18+

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

"Ahh!! baby, cukup." Gabriel mengerang tertahan kala Gia yang berada di atas tubuhnya menggerakkan pinggulnya secara teratur.

Gabriel tak mengerti, sepanjang perjalanan pulang dari rumah Bu Arini, Gia hanya diam. Saat di ajak bicara pun, Gia hanya berdehem saja. Dan setelah itu Gia tidur.

Saat sudah tiba di rumah, Gabriel membangunkan Gia dan ketika Gia bangun, Gia malah meninggalkannya begitu saja menuju kamar mereka.

Gabriel pun bergegas menyusul Gia untuk menanyakan kenapa Gia bersikap seaneh ini setelah berkunjung ke kediaman Bu Arini. Namun bukan jawaban yang ia dapatkan melainkan ciuman kasar dari Gia dan Gia juga menelanjanginya.

Tentu saja Gabriel senang karena malam ini Gia begitu agresif bahkan Gia lah yang memegang kendali dalam percintaan kali ini dengan berada di atas tubuhnya. Meski Gabriel sudah melarang Gia karena Gabriel takut terjadi sesuatu hal buruk pada kandungan Gia, namun Gia seolah tak ingin peduli.

Dan saat Gia bergerak liar di atas tubuhnya itu lah, sesekali Gabriel mendengar Gia terisak. Entah Gia kesakitan karena posisinya atau karena apa.

"Baby... cukup, jika itu menyakitimu." Gabriel menahan pinggul Gia agar berhenti bergerak. Jika boleh jujur, Gabriel tidak menikmati percintaan mereka malam ini. Selain karena rasa khawatir yang menderanya, ia tidak bisa bercinta dengan mendengar isak tangis.

Gabriel melepaskan penyatuan tubuh mereka kemudian menarik Gia ke dalam pelukannya. Dan saat itu juga Gia menangis dalam pelukannya.

"Ssstt!!"  Gabriel menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua. Pelukannya pun kian erat.

"Baby kenapa, hmm?" tanya Gabriel lembut. "Apa ada ucapan aku atau Bu Arini atau anak-anak Bu Arini yang nyakitin perasaan kamu?"

Gia menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa sikap kamu kayak gini?"

Tak ada jawaban.

"Bagaimana aku bisa mengerti kalau kamu nggak cerita apa masalahnya sama aku."

Gia terisak. Ia juga tak mengerti kenapa ia tiba-tiba bersikap seperti ini. Ahh, ini benar-benar konyol dan kekanak-kanakan. Ia bersikap seperti anak kecil yang tidak suka mainan miliknya dimiliki orang lain. Ia tidak suka berbagi dengan orang lain.

"Baby..." Gabriel mendongakkan dagu Gia agar menatapnya namun Gia memalingkan wajahnya. Gabriel menghapus dengan lembut air mata yang mengalir di pipi Gia meski Gia mengabaikannya.

"Jika hal ini terjadi karena foto-foto itu, aku minta maaf," ucap Gabriel membuat Gia membalas tatapannya.

"Itu hanya masa lalu. Momen-momen kebersamaan kami hanya masa lalu yang sudah sepatutnya aku lupakan." Gabriel tersenyum hangat. Tapi memang benar, setelah hadirnya Gia ke dalam hidupnya serta janin dalam kandungan Gia, sedikit banyak Gabriel bisa mengenyahkan Nana dari pikirannya.

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now