BAB 7 : Macchiato

7.6K 438 16
                                    

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

"Semua akses dan segala hal yang menyangkut Selena tidak terdeteksi. Selena tidak ada di kota mana pun. Selena dan keluarganya menghilang tanpa meninggalkan jejak."

"A-apa?" tanya Gia terkejut bukan kepalang.

"Om merasa ada yang ganjal di sini. Seolah ada yang menutupi jati diri Selena." Bram menambahkan. Biasanya dalam kurun waktu satu minggu lebih, ia bisa mendapatkan banyak sekali informasi yang kliennya butuhkan, tapi ini? Ia merasa kesulitan dan pada akhirnya ia menyerah menangani perkara ini.

"Menutupi jati diri Selena?" ulang Gia. "Tapi siapa dan atas alasan apa?" Sungguh, Gia tak habis pikir.

Bram menggelengkan kepalanya. Ia sudah mencari tahu tapi ia tak menemukan jawabannya.

Gia berpikir keras. Tapi seberapa keras ia berpikir ia tak juga menemukan jawabannya. Sejauh yang ia ketahui, Selena tidak memiliki musuh. Hidupnya damai-damai saja meskipun Gia merasa memang ada yang berbeda dengan sikap sahabatnya itu.

"Gia, kamu bisa minta bantuan Papa kamu untuk mencari Selena mengingat koneksi Pak Sean Aditama banyak sekali."

Gia menganggukkan kepalanya setuju. Sepertinya ia memang membutuhkan bantuan Papanya.

Gia mengeluarkan segepok uang dalam amplop coklat dari dalam tas nya. Berhubung Bram sudah paruh baya dan Bram tidak mengerti caranya menggunakan ATM karena itu Bram meminta pembayarannya secara tunai.

"Bayaran untuk ini," jelas Gia memberikan amplop coklat tersebut pada Bram. "Terima kasih atas usaha Om Bram buat bantu aku."

***

Dermawan terkekeh pelan setelah perbincangan singkatnya bersama Gabriel berakhir. Gabriel juga menceritakan mengenai Nana padanya.

Dermawan memberikan kartu namanya pada Gabriel.

"Lain kali kalau hanya untuk mengucapkan terima kasih secara pribadi, anda tidak perlu repot-repot mengundang saya ke kantor anda. Cukup hubungi saya saja." Dermawan pikir ada perlu apa seorang bos dari perusahaan besar mengajaknya bertemu, ternyata adalah karena ini.

Gabriel tersenyum hangat. Sejujurnya ada tujuan lain ia mengundang Dermawan.

"Sekali lagi terima kasih sudah membatu perekonomian keluarga Bu Arini," ucap Gabriel untuk kesekian kalinya. "Anda orang yang sangat dermawan sesuai dengan nama anda."

"Duh jadi enak ini saya di puji terus." Dermawan tertawa.

Gabriel menyodorkan uang dalam koper berukuran sedang pada Dermawan membuat tawa Dermawan berhenti seketika.

"Ini... apa ini, Pak Gabriel?" tanya Dermawan bingung.

"Saya titip ini untuk Bu Arini."

"Bu Arini?"

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now