BAB 48 : Posesif [END]

39.4K 620 33
                                    

Haii... sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya atas kesabaran kalian nungguin update-an cerita ini dan juga atas vote & komen kalian dari BAB awal sampai BAB ini.

Berhubung target vote di BAB 47 sudah lebih dari cukup (220+ vote dalam waktu seminggu lebih (lama bener yaa😭 sedih hayati) malam ini aku putuskan update BAB terakhir dari cerita ini.

Semoga kalian suka...

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

Dari hari ke hari hubungan Gabriel dengan keluarga Aditama termasuk dengan Sean dan Giovanni semakin membaik. Hal tersebut terbukti dengan seringnya Gabriel datang ke kantor architecture milik Giovanni untuk menemui Gia. Padahal sebelum-sebelumnya tak pernah sekali pun Gabriel menunjukkan batang hidungnya di depan Giovanni.

Di usia kandungan yang sudah menginjak 23 minggu, Gabriel sudah melarang Gia untuk bekerja dan datang ke kantor dan diam di rumah saja namun Gia tetap lah Gia yang sangat amat peduli pada pekerjaannya. Ya meski pun kini Gia tidak pernah lagi datang ke lokasi proyek karena sudah diwakili oleh Doni.

Di akhir pekan pun Gabriel dan Gia rutin berkunjung ke kediaman Aditama dan begitu juga Gia sebaliknya, berkunjung ke kediaman Xander, orang tua Gabriel. Mereka berdua membagi waktu untuk tetap bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih di sela-sela kesibukan masing-masing. Baik Aurell mau pun Vanilla antusias sekali kala membicarakan seputaran kehamilan Gia.

Dan semakin ke sini-sini, Giovanni seolah terbiasa dengan keromantisan yang acap kali Gabriel dan Gia tunjukkan dihadapannya. Gabriel seolah sengaja membuat jomblo seperti dirinya iri dan ingin segera mencari pasangan, segera.

Ceklek!!

Saat masuk ke ruangan Gia, refleks Giovanni memalingkan wajahnya kemudian mengumpat marah pada Gabriel dan Gia.

"Astaga! Di rumah apa nggak cukup, huh?!"

"Kak Gio," kaget Gia sambil merapikan kemejanya dan mengancingkannya satu persatu. "Kenapa nggak ketuk pintu dulu sih?"

Giovanni kembali memalingkan wajahnya ke arah Gia dan Gabriel. Tidak ada sejarahnya ia masuk ke ruangan Gia ketuk pintu terlebih dahulu. Lagi pula selama ini Gia... ahh, tidak. Gia, adik bungsunya yang polos itu tapi setelah menikah sudah tertular jiwa kemesuman suaminya. Pantas saja saat Giovanni menelepon Gia berkali-kali tak kunjung mendapat jawaban ternyata adalah karena ini, karena Gia tengah sibuk dengan bayi besarnya.

Gabriel mengulum senyum karena baru saja ia tertangkap basah oleh Kakak iparnya. Sementara Gia merasa malu dan canggung karena baru saja tertangkap basah oleh Kakaknya sedang bermesraan dengan suaminya, di tempat yang tidak semestinya.

"Aku balik ke kantor, nanti pulangnya aku jemput." Gabriel mendaratkan kecupan di dahi Gia. Setalah makan siang bersama tadi, Gabriel tergoda untuk menyentuh istrinya. Baru saja ia memulainya dengan bermain-main di dada Gia yang ukurannya semakin membesar efek kehamilannya, Giovanni datang mengganggu mereka.

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now