BAB 43 : Boleh aku peluk kamu?

21.5K 769 65
                                    

Mau tanya nih, ini pada masih penasaran nggak sih sama kelanjutan cerita ini???
Masih mau lanjut kan cerita ini di publish di WP ampe tamat atau cukup sampai di BAB ini aja dan sisanya bisa kalian baca di Karyakarsa???

Yang bikin aku malas update tuh like dan komennya makin sepi sih🥺 Jadi nggak semangat aja gitu. Mau buat cerita baru juga entahlah males aja meski niat sih udah ada wkwk...

 Mau buat cerita baru juga entahlah males aja meski niat sih udah ada wkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

Gia kedatangan tamu penting yang tak lain merupakan keluarga tercintanya. Ada Vanilla, Sean, Giovanni, Gibran dan Gabby.

Sean, Vanilla dan yang lainnya bergantian memeluk Gia dan mengucapkan selamat atas kehamilannya.

Gia menjamu keluarga tercintanya dengan di bantu oleh Bi Sukma. Dan berhubung mereka datang di jam-jam makan malam, mereka pun makan malam bersama sambil berbincang-bincang hangat seputaran Gia dan kandungannya.

Mereka bahagia kala mendengar Gabriel menjadi sosok suami siaga yang selalu ada untuk Gia saat Gia membutuhkannya.

Sebagai seorang Ibu, Vanilla bahagia karena pada akhirnya kebahagiaan pernikahan Gia akan semakin sempurna dengan kehadiran anak pertamanya bersama Gabriel. Baik Vanilla mau pun Sean tak pernah menduga sebelumnya Gia akan di karuniai momongan secepat ini.

Ahh, putri bungsu mereka sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.

Gia sendiri tidak pernah menceritakan pada keluarganya kecuali pada Giovanni bahwa rumah tangganya bersama Gabriel sedang bermasalah dan hampir berujung perceraian andaikan ia tidak hamil.

Gia tersenyum hangat kala mendengar doa-doa dan harapan keluarga tercintanya untuk janin dalam kandungannya dan juga kebahagiaan rumah tangganya. Jika boleh jujur, kehadiran janin dalam kandungannya benar-benar merubah segalanya termasuk Gabriel. Sikap Gabriel padanya berubah seratus delapan puluh derajat.

Tak bisa dipungkiri hal tersebut terjadi karena kehamilannya dan juga karena terkuaknya fakta ini meski pun hingga saat ini ada penyesalan di hati terdalam Gia karena ternyata ia lah pembunuh Nana. Ia lah yang menabrak Nana malam itu.

"Gia."

Gia terkesiap dari lamunannya.

"El kemana? Apa dia memang nggak tahu kita mau datang?" tanya Gibran membuyarkan lamunan Gia.

"El tahu kok. Tadi sih El bilang masih ada urusan di luar, Kak."

"Yakin? Bukan karena ingin menghindari kedatangan kami?" Sean menimpali.

Gia menganggukkan kepalanya ragu karena saat ia mengatakan keluarganya akan datang, Gabriel terlihat acuh tak acuh. Gia mengerti karena tidak mudah menerima semua ini.

Gia memperhatikan satu persatu wajah keluarganya. Gia tahu mereka semua kecewa dan juga merasa bersalah pada Gabriel dan ingin kembali meminta maaf secara langsung padanya dan meminta kepastian darinya mengenai kelanjutan kasus ini. Apakah mereka harus mengakui yang sebenarnya terjadi asalkan Gabriel memberikan maaf atau membiarkan kasus ini tetap seperti ini adanya, sesuai keinginan Selena sendiri?

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now