BAB 47 : Red

17.9K 617 48
                                    

18+
2 BAB berturut-turut terselip mature scene mulu ini. Tapi tenang nggak vulgar² amat, bahasanya udah aku filter sedemikian rupa...
Berhubung BAB 48 adalah BAB akhir dari cerita ini, mau double up nggak nih??? Tapi syarat & ketentuan berlaku wkwk....

Syaratnya 220+ vote dan 100+ komentar, aku bakalan update sekarang juga BAB 48. Komentarnya mengenai cerita ini yaa jangan spam & jangan diem-diem bae juga. Kalau nggak nyampe, nggak akan ada BAB 48 wkwk...

Udah, gitu aja. Semoga kalian suka...

••• Happy Reading •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

Gabriel menyilangkan kedua lengannya di dada seraya memperhatikan Gia yang belum menyadari kepulangannya.

"Non, ini cabe rawitnya beneran di banyakin?" tanya Bi Sukma sekali lagi. "Pakai sedikit juga pedes Non. Ini rawit setan."

Gia berdehem sebagai jawaban. "Kalau sambalnya nggak pedes, El pasti nggak suka Bi." Ya, setelah Gia memasuki usia kandungan trimester pertama bahkan hingga trimester kedua ini, Gabriel jadi pecinta pedas, mengikuti jejaknya. Jadi apa pun yang Gabriel makan harus ada campuran cabai atau sambal. Dan sambal goreng buatan Gia adalah sambal favoritnya.

Bi Sukma hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Bi, cobain kuahnya. Kurang apa?" Gia meminta Bi Sukma mencoba soto daging buatannya. Malam ini Gabriel meminta dibuatkan soto daging untuk makan malam.

"Hmm, enak non. Rasanya pas," jawab Bi Sukma jujur.

Gia tersenyum menanggapinya. Gia dan Bi Sukma kembali pada aktivitasnya masing-masing.

"Non, ini cabainya udah selesai di goreng, tinggal di ulek."

"Iya Bi. Bentar, ini tanggung," jawab Gia masih memotong-motong bawang merah untuk ia goreng untuk campuran soto.

"Oh ya Bi. Mangga sama nanas yang tadi siang Bibi beli udah dipotongin?" tanya Gia kemudian mengulek cabainya. Saat di malam hari, cemilan favorit Gabriel adalah rujak buah. Gabriel beralasan ia menyukainya karena keseringan melihat Gia memakan rujak buah selama Gia hamil.

"Udah Non, bumbu rujaknya yang belum Bibi bikin. Cabainya dua puluh lima biji sama kayak kemaren kan?" tanyanya meyakinkan.

Gia menganggukkan kepalanya. "El bilangnya sih gitu. Dia..." Gia menjeda ucapannya kala menyadari ada lengan kekar yang memeluknya dari belakang kemudian mendaratkan kecupan di pipinya. Tanpa melihat wajahnya dan hanya dari wangi tubuhnya saja, Gia tahu itu adalah suaminya.

Bi Sukma tersenyum hangat pada Gabriel. Hampir setiap hari ia melihat kemesraan yang tercipta dihadapannya yang terkadang membuatnya ingin segera pulang kampung karena merindukan suaminya.

Behind Your Smile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang