BAB 40 : Sup ayam

24.3K 815 18
                                    

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

Setelah Gia siuman, Gia hanya berdiam diri tanpa mengatakan apa pun. Ia hamil. Dan Ayah dari janin dalam kandungannya adalah suami yang tidak pernah mencintainya. Tidak, bukan hanya tidak mencintainya saja melainkan ada wanita lain di hatinya yang tidak bisa Gabriel lupakan sampai kapan pun. Bahkan karena kematian wanita itu, Gabriel membalaskan dendam padanya dengan meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat di hatinya.

Gabriel termangu memperhatikan Gia hanya diam tak bergeming setelah ia siuman hingga saat ini. Gabriel menunggu Gia berbicara dan mengatakan apa keinginannya. Namun setelah hampir 10 menit berlalu, Gia tetap mengunci mulutnya rapat-rapat dan Gia memalingkan wajahnya enggan menatapnya.

Gabriel menghela napas panjang. Ia sudah cukup berpikir dan kini ia memutuskan bahwa...

"Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas janin dalam kandunganmu."

Gia tak merespon. Sesekali ia menghapus air mata di pipinya yang jatuh tak terbendung. Kenyataan demi kenyataan yang baru terungkap ke permukaan begitu mendominasi pikirannya dan sangat sulit untuk melupakannya di tambah lagi kini ia berbadan dua.

"Walau bagaimana pun dia anakku dan aku—"

"Kamu ingat Gabriel Xander? Kita melakukannya tanpa cinta," sela Gia tanpa menatap Gabriel. "Aku nggak butuh tanggung jawab mu."

"Apa kamu tetap akan bertanggung jawab mengingat siapa aku, huh? Aku lah pembunuh Nana, tunangan mu. Aku pembunuhnya," ucap Gia dengan menekankan perkataannya.

"Kamu mendekatiku, kamu berpura-pura mencintaiku dan kamu menikah denganku adalah untuk Nana. Untuk membalas dendam atas kematian Nana pada keluargaku." Gia menghapus kasar air matanya. Sungguh, rasanya benar-benar menyakitkan.

"Terlepas dari siapa pun kamu dan apa pun yang sudah terjadi, aku Ayahnya. Karena aku dia tumbuh di rahimmu," balas Gabriel.

"Kamu benar. Tapi aku nggak mau dia tahu kalau dia memiliki Ayah sepertimu."

Gabriel tersenyum miring. Ia mengerti kenapa Gia berkata demikian. Semua karena apa yang sudah ia berikan pada Gia. Kesakitan demi kesakitan yang begitu melukai perasaan terdalamnya.

"Aku bisa membesarkannya seorang diri. Aku bisa menjadi orang tua tunggal untuknya. Aku bisa..." Gia menjeda ucapannya kemudian menangis pilu kala Gabriel menariknya ke dalam pelukannya.

"Aku bisa tanpa kamu, Gabriel Xander," ucap Gia seraya memukul-mukul dada Gabriel. "Aku bisa."

Gabriel tak mengatakan apa pun. Ia membiarkan Gia puas mengeluarkan unek-unek dalam hatinya dan melampiaskan kesakitannya padanya.

Setelah memastikan Gia terdiam, Gabriel mendongakkan wajahnya kemudian menghapus lembut air mata di pipi Gia. Ahh, selama ini ia terlalu banyak menyakiti Gia dan membuatnya menangis karena kesalahpahaman yang terjadi.

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now