Bab 5 "Learning a New Element"

24 10 0
                                    

Royal Wizard itu benar benar kejam! Mereka membakar rumah rumah milik warga desa tempatku tinggal. Otakku merekam jelas apa yang terjadi kemarin di desa. Ledakan keras membuat kebakaran hebat di desa. Api dengan cepat melahap rumah warga, membakar orang orang yang tak sempat melarikan diri tanpa ampun. Tuan Alanor langsung memutarbalikkan awan yang ia kendarai, membawaku menjauh dari tempat pembantaian yang dilakukan oleh Royal Wizard itu.

Sekarang, aku sudah tak memiliki siapa lagi. Rumah tempatku tinggal sudah terbakar hangus, beserta semua kenangan yang berada di dalamnya. Keberadaan Nenek Sophie, orang yang selalu peduli padaku pun tak kuketahui.

"Kau tak apa apa, Nak?" Tuan Alanor bertanya. Kuanggukkan kepala mengisyaratkan bahwa aku baik baik saja. Walaupun aku masih terguncang atas kejadian tadi.

"Itu sudah pasti. Mereka adalah orang yang berharga bagimu," ucap Tuan Alanor. Beliau membaca pikiranku lagi.

Power Taker.

Sihir yang kumiliki ini selalu membuatku sial. Karena sihir itulah, aku kini berada di Black Forest lapisan luar, kabur dari para Royal Wizard yang mengejarku. Akibat itu jugalah desa tempat tinggalku dibakar oleh mereka. Lalu, apa yang kulakukan waktu itu pada Wizard yang menyiksa seorang anak kecil itu salah? Kenapa perbuatan baikku malah berujung pada kesialan ini?

"Kau sudah melakukan yang benar, Nak," ucap Tuan Alanor, "itu bukanlah salahmu."

"Lalu apa yang harus saya perbuat, Tuan?" tanyaku. Rasanya benar benar egois jika menyebabkan warga desa yang tak bersalah tewas terbakar. Secara tidak langsung, bukankah akulah penyebab Royal Wizard membakar desa?

Tuan Alanor tersenyum. "Ada satu hal yang bisa kau lakukan, yaitu melatih kekuatan Power Taker-mu." Tuan Alanor menjawab pertanyaanku.

"Anda tahu saya memiliki Power Taker?" tanyaku heran. Sejauh ini, aku tak pernah menyinggung kekuatan yang kumiliki itu didepan Tuan Alanor. Namun, bagaimana dia bisa tahu? Oh, tentu saja, Tuan Alanor kan bisa membaca pikiranku.

"Tentu saja," jawab Tuan Alanor, "pikiranmulah yang mengatakannnya padaku."

Selama aku memiliki kekuatan ini, aku sudah menyedot kekuatan beberapa orang. Salah satunya adalah Wizard yang menyiksa seorang anak kecil di dekat Guild Petualang Pusat. Bisa dikatakan aku telah menguasai kekuatan Power Taker dengan baik. Yah, walaupun kekuatanku itu terkadang lepas kendali. Sepertinya aku harus melatih kekuatanku ini.

"Baiklah, besok kita mulai pelajarannya." Tuan Alanor berucap. "Sekarang, kita dirikan tenda untuk beristirahat. Sebentar lagi hari akan gelap."

"Baik, Tuan," jawabku.

***

Tenda kecil yang terbuat dari ranting dan dedaunan lebar sudah berdiri kokoh dihadapan kami. Tuan Alanor membuat api unggun dengan kekuatannya, membakar ranting pohon dan dedaunan yang sudah kukumpulkan. Aku dan Tuan Alanor duduk di dekat api unggun, menghangatkan badan saat hari sudah malam.

"Siapa namamu, Nak?" Tuan Alanor bertanya.

"Nama saya Vano Elias, Tuan," jawabku.

"Elias? Kau putra dari Gallio dan Selenia?"

"Tuan mengenal orang tua saya?" tanyaku. Darimana Tuan Alanor kenal orang tuaku?

"Tentu saja aku mengenal mereka. Gallio dan Selenia dulu adalah muridku." Tuan Alanor tersenyum. "Bagaimana kabar mereka?" tanya Tuan Alanor.

"Mereka sudah meninggal ... beberapa tahun yang lalu." Seketika aku teringat kejadian itu. Rekan rekan Ayah menggotong tubuh yang sudah terluka parah. Tangan dan kakinya sudah terputus dari badan. Aku menangis tersedu sedu, melihat orang yang sangat kucintai itu sudah tewas. Ibu selalu mengurung diri di kamarnya semenjak kejadian itu. Hingga akhirnya, Ibu menyusul ayah yang telah pergi.

"Maafkan aku. Aku turut berduka cita atas kematian mereka." Tuan Alanor menepuk nepuk pundakku. "Mereka adalah murid yang baik. Selalu menolong orang yang membutuhkan bantuan, seperti anaknya."

"Aku bukan orang yang baik, tak seperti mereka. Sekarang pun aku menjadi buronan Royal Wizard," ucapku. Setetes air mata keluar dari mataku. Dadaku sesak, tak mampu menghirup udara.

"Yang terpenting itu adalah alasan dibaliknya." Tuan Alanor berusaha menenangkanku. "Kau menolong anak kecil yang disiksa oleh seorang Wizard. Kau sudah melakukan hal yang benar."

Kau sudah melakukan hal yang benar. Apakah aku sudah melakukan hal yang benar?

"Saya sudah mengantuk. Saya akan masuk ke tenda." Aku meninggalkan Tuan Alanor yang masih duduk di dekat api unggun.

***

Aku terbangun dari tidurku. Mengusap mata yang masih enggan membuka. Di Black Forest, tak ada suara hewan apapun untuk membangunkan dari tidur. Cahaya matahari pun tak bisa menembus pepohonan yang rapat. Tapi disini, kulihat cahaya matahari sudah terang. Tentu saja, ini berkat bola api Tuan Alanor yang membakar sedikit pepohonan untuk menjadikan tempat ini area kemah. Kulihat ke kanan, Tuan Alanor tak ada di sampingku. Sepertinya ia sudah bangun.

Aku keluar dari tenda. Meregangkan persendian yang masih kaku akibat tidur yang nyenyak. Di luar, aku mendapati Tuan Alanor sedang memanggang daging di api unggun yang menyala.

"Selamat pagi, Vano," sapa Tuan Alanor.

"Selamat pagi, Tuan," balasku. "Anda sedang memanggang daging apa?"

"Daging rusa Elkish. Apa kau mau?" Tuan Alanor meletakkan sepotong daging rusa itu di atas sehelai daun yang agak lebar. Ia memberikannya padaku.

"Terima kasih, Tuan." Kuambil daging dari Tuan Alanor itu. Aku melahap daging rusa dengan rakus, kelaparan karena semalam aku belum memasukkan apapun ke dalam perut.

"Setelah sarapan, kita akan berlatih sihir," ucap Tuan Alanor.

"Baik, Tuan," jawabku.

Setelah beberapa menit, aku sudah selesai memakan sepotong daging rusa yang cukup lezat itu. Segera kuhampiri Tuan Alanor yang berada di dekat api unggun.

"Saya telah siap, Tuan," ucapku.

"Baiklah, kita mulai latihannya." Tuan Alanor memunculkan satu bola api di tangannya. Kemudian membuat pusaran udara kecil. Kemudian, dia memunculkan bola tanah dan bola air. "Apa kau tahu ini unsur apa?"

"Itu adalah Empat Elemen Dasar," jawabku tanpa ragu.

"Bagus," ucap Tuan Alanor. Tuan Alanor pun melanjutkan. "Setiap Wizard pastilah memiliki salah satu dari elemen dasar. Namun, ada juga Wizard yang berhasil menguasai lebih dari satu Elemen Dasar. Bahkan, ada juga yang bisa melanjutkan ke tahap Elemen Lanjutan."

"Apa itu Elemen Lanjutan, Tuan?" tanyaku bingung. Selama ini, aku hanya mengetahui empat elemen saja, yaitu api, angin, tanah, dan air. Apa masih ada elemen lainnya?

"Seperti namanya, Elemen Lanjutan ialah elemen pengembangan dari Empat Elemen Dasar. Elemen elemen itu ialah asap, pasir, besi, lumpur, lava, es, dan badai, dan kayu. Pemilik elemen elemen itu pun sulit ditemui, karena seorang Wizard harus menguasai lebih dari satu elemen, lalu menggabungkannya menjadi elemen lanjutan. Kecuali elemen besi dan badai. Elemen besi merupakan pengembangan dari elemen tanah, sedangkan badai merupakan pengembangan dari elemen angin. Kedua elemen tersebut tak perlu penggabungan untuk memgembangkannya." Tuan Alanor menjelaskan panjang lebar.

"Kita akan mempelajari elemen dasar terlebih dahulu, mulai dari elemen api." Tuan Alanor menghilangkan pusaran angin, bola tanah, dan bola air, menyisakan bola api kecil di tangannya.

__________________________________

Bogor, Sabtu 14 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardWhere stories live. Discover now