Bab 20 "Elemental Orb"

9 6 0
                                    

Sebuah pasukan manusia yang terbuat dari empat elemen dasar menyerang bawahannya yang menaiki sapu terbang. Eleanor tak pernah dihadapkan dengan situasi sesulit ini. Para Knight di bawahnya bermasalah dengan pasukan empat elemen dasar itu. Bahkan, para kavaleri berdiam membentengi Raja dari para manusia elemen itu. Para prajurit pedang tak memiliki bantuan lagi. Sedangkan para Wizard juga tengah melawan musuh yang sama.

"Wizard! Mantra perisai!" teriak Panglima Archaelon. Eleanor langsung mengisyaratkan pada Royal Wizard yang berada bersamanya di baris belakang, untuk mengirimkan mantra perisai pada para Knight di bawah. Cahaya putih menghujani para Knight, memberikan mereka sebuah lapisan pelindung untuk bertahan dari pasukan elemen. Namun karena fokusnya terbagi, formasi yang sudah ia susun rapi menjadi berantakan. Para pasukan elemen itu menyerang secara membabi buta.

"Fokus, Eleanor. Fokus." Eleanor berucap pada dirinya sendiri. Eleanor memutuskan untuk diam sejenak, melihat situasi terlebih dahulu sebelum bertindak. Bidang pandangnya melihat dua orang berjubah merah berada di menara tak beratap di benteng. Mereka berdua mengacungkat tongkatnya masinng masing ke bawah dan ke atas. Eleanor yakin, merekalah yang menciptakan para pasukan ini.

Eleanor memacu sapu terbangnya perlahan menuju ke dua orang yang berdiam di menara itu. Dilihat dari jarak yang lebih dekat, Eleanor dapat melihat wajah mereka dengan jelas. Seorang dengan wajah yang berkeriput dan memiliki janggut putih, ia pasti adalah Alanor The Great Wizard, dan seorang anak disampingnya tentu adalah Sang Pemilik Power Taker. Penampilan mereka sangat mirip dengan orang yang ia terawang di bola orb. Ia mengacungkan tongkatnya pada Sang Pemilik Power Taker, lalu mengeluarkan bola api untuk menyerangnya.

"Ugghh!" Anak itu berucap. Eleanor berhasil membuat sang Pemilik Power Taker itu terpental hingga membentur dinding benteng. Pasukan elemen yang sebelumnya menyerang para Royal Wizard mendadak berhenti. Berarti anak itulah yang mengendalikan pasukan di udara, pikir Eleanor. Namun, The Great Wizard menyembuhkan luka anak itu. Dengan cepat, Sang Pemilik Power Taker kembali bangkit. Sebuah pusaran angin melingkupi mereka berdua. Pasukan elemen yang sebelumnya terdiam, langsung agresif lagi.

"Mundur semuanya! Mundur!" teriak Yang Mulia Raja. Eleanor yang mendengar teriakan itu, langsung menjauhi benteng musuh bersama para bawahannya yang masih tersisa. Para Knight di bawah juga melakukan hal yang sama. Dua kekuatan Xylonia bahkan kesulitan dalam melawan The Great Wizard.

***

Beberapa kilometer dari benteng musuh, pasukan Xylonia membangun tenda tenda untuk beristirahat. Pertempuran tadi menguras banyak tenaga yang mereka miliki, namun hasilnya sia sia. Mereka melawan pasukan elemen yang sulit untuk dikalahkan. Banyak prajurit yang sudah gugur, memperkecil peluang untuk menang.

Di dalam sebuah tenda besar, para petinggi pasukan berkumpul. Raja Rigel hendak membahas sesuatu dengan para petinggi, namun ekspresinya yang marah membuat siapapun enggan untuk bicara.

"Kacau! Benar benar kacau!" Raja Rigel memukul keras meja di depannya. Ia duduk di kursi yang lebih tinggi dari kursi yang lain. "Bagaimana bisa menjadi seperti ini?"

Eleanor, sebagai petinggi Royal Wizard, ingin membicarakan sesuatu. Namun, hal gegabah jika mengganggu Raja yang sedang marah. Begitu juga dengan Panglima Archaelon dan Komandan Furyla, tak berani bicara jika Raja belum mempersilahkannya.

"Pasukan kita banyak berkurang karena jebakan pasir. Dan kita harus menghadapi pasukan elemen yang tak mempan senjata tajam!" Raja berteriak. "Kalian, petinggi pasukan kita. Apa kalian punya ide untuk mengatasi kegagalan ini?"

Eleanor memberanikan diri untuk bicara, karena ini adalah hal yang penting untuk disampaikan. "Yang Mulia, pasukan elemen memang sulit untuk dikalahkan karena hanya bisa dibuat oleh Wizard berlevel tujuh ke atas."

"Itu berarti, minimal Wizard yang menciptakannya berada di level tujuh." Komandan Furyla menimpali.

"Dan tidak mungkin jika The Great Wizard berada di tingkat tujuh," ucap Panglima Archaelon, "ia pasti berada di level yang lebih tinggi."

"Duke Eleanor, apa kau juga bisa melakukan itu?" Raja bertanya.

"Tentu saya bisa, Yang Mulia. Namun, itu memerlukan mana yang sangat banyak, dan pasukan elemen ciptaan saya tak akan bertahan lama," jawab Eleanor.

"Bukan cara yang efektif," gumam Raja.

"Apa mantra itu ada kelemahan?" tanya Panglima Archaelon.

"Tentu ada. Jika kita bisa mengganggu sang pembuat, maka pasukannya akan berhenti bergerak," jawab Eleanor.

"Tapi sulit untuk melakukannya," ucap Raja, "kita harus melewati pasukan elemen terlebih dahulu."

"Saya ada ide, Yang Mulia. Kita akan gunakan bola Elemental Orb kosong untuk menyedot pasukan elemen." Eleanor mencetuskan sebuah ide. Raja, Panglima, dan Komandan, mengangguk tanda setuju.

***

Fajar telah terbit di timur, namun sinarnya tak mampu menembus rapatnya pepohonan Black Forest. Di suasana yang masih gelap ini, para prajurit Xylonia sudah berbaris rapi untuk melakukan penyerangan ke benteng musuh. Dalam waktu semalam, strategi baru disusun. Eleanor mengusulkan untuk menggunakan bola Elemental Orb kosong untuk menyedot para pasukan elemen. Kemarin malam, ia dan beberapa bawahannya pergi ke Menara Royal Wizard untuk memgambil semua bola orb itu. Bersama dengan itu, Komandan Furyla mengumpulkan senua Knight yang tak bertugas untuk membantu penyerangan. Sekarang, pasukan gabungan menjadi bertambah banyak.

Para Wizard sudah menaiki sapu terbangnya masing masing. Setiap Wizard membawa satu bola Elemental Orb untuk menyedot para pasukan elemen. Bola orb yang dibawa masih berlebih untuk digunakan oleh seratus Wizard yang tersisa termasuk Eleanor. Bola orb yang tersisa diberikan kepada para Knight. Para Knight mengaitkan bola orb di pinggangnya masing masing.

"Berapa jumlah orb yang Anda bawa?" Komandan Furyla bertanya pada Eleanor.

"Lima ratus. Dan untungnya, cukup untuk semua pasukan kita," balas Eleanor.

Tak lama kemudian, Raja Rigel keluar dari tenda bersama dengan Panglima Archaelon. Raja sudah menggunakan baju zirah emasnya, sebuah bola transparan menggantung di ikat pinggangnya. Tanpa basa basi lagi, Raja Rigel langsung menaiki kudanya, lalu bergerak menuju benteng musuh. Semua pasukannya mengikuti dari belakang.

Beberapa menit berpacu, semua pasukan sudah siap melakukan penyerbuan ke benteng musuh. Eleanor dan para Royal Wizard mengudara perlahan di antara pepohonan. Para Knight keluar dari pepohonan, membuat terlihat oleh dua Wizard yang berjaga di benteng. Seketika itu, para pasukan elemen keluar dari benteng, menyerang siapapun yang menghampiri benteng.

Melihat para pasukan elemen telah keluar, Eleanor dan para Royal Wizard terbang melesat menuju ke atas benteng. Namun, pasukan elemen muncul tiba tiba, memyergap para Wizard yang terbang. Eleanor telah memprediksi ini, ia berteriak pada semua pasukan. "Semuanya! Elemental Orb!"

Teriakan Eleanor membuat pasukan gabungan mengeluarkan bola orb yang dibawanya masing masing. Para Knight dan Wizard menjadi berani melawan pasukan elemen saat membawa orb. Dengan mudah, pasukan elemen musuh tersedot ke dalam bola Elemental Orb itu. Dari jauh, Eleanor dapat melihat ekspresi khawatir dua Wizard yang menjadi musuhnya itu.

________________________________

Bogor, Minggu 29 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardOnde histórias criam vida. Descubra agora