Bab 8 "Black Forest Monster"

15 8 0
                                    

Lukaku perlahan lahan sembuh berkat energi asing itu. Entah dari mana datangnya, aku berterima kasih pada siapapun yang mengirimkan energi asing itu padaku. Sekarang, aku bisa berdiri tegak karena telah pulih dari luka.

Dalam radius beberapa kilometer, semua pepohonan di Black Forest telah hancur tercabut dari akarnya. Gelombang kekuatan Power Taker yang beberapa waktu lalu kukeluarkan berhasil meluluhlantakkan sebagian hutan yang terkenal menyeramkan ini. Tubuhku pun terluka parah akibat mengeluarkan tenaga terlalu banyak. Beruntung, sebuah energi asing memyembuhkanku dari luka, walaupun masih terasa sakit di beberapa bagian.

Aku berkeliling di area yang hancur, mencari jejak Tuan Alanor yang menghilang. Sebelum gelombang energi dalam tubuhku meledak, dia menyelamatkan diri dengan berteleportasi. Entah berteleportasi ke tempat apa, namun yang pasti itu adalah tempat yang tak terkena dampak dari ledakan gelombang. Mungkin saja Beliau yabg sudah mengirimkan energi asing ini padaku. Karena sejauh yang aku tahu, tak ada Wizard terdekat selainnya.

Suara lolongan serigala bergema begitu keras di hutan yang sunyi ini. Ciri cirinya mirip dengan serigala yang kuhadapi waktu itu. Beberapa suara lolongan lain menyahut lolongan pertama, suaranya bahkan bisa membuat telingaku berdengung. Para serigala berkulit hitam itu bermunculan di hadapanku dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Apalah ini sumber aroma lezat tadi?" Suara siapa itu? Mana mungkin suara para serigala ini.

Seekor serigala yang berukuran lebih besar maju. Taring tajamnya ia tunjukkan supaya menakutiku yang sendirian. Namun setelah aku berlatih sihir bersama Tuan Alanor, aku percaya bahwa serigala itu bisa kukalahkan tanpa bantuan siapapun.

"Tidak salah lagi, Alpha. Dialah sumber aroma tadi." Seekor serigala yang lebih kecil mengekori serigala yang ia sebut sebagai Alpha, pemimpin kawanan serigala ini.

"Hanya ada seorang manusia disini. Kau akan jadi makanan empuk bagiku!" Ternyata benar, para serigala itu bisa bicara. Semua serigala lain melolong membalas ucapan sang serigala besar.

"Hanya dalam mimpimu, serigala bodoh!" Kuacungkan tongkat sihir pada mereka. Bersiap menyerang siapapun yang berani mendekat. Serigala besar itu melolong sebelum merangsek kedepan, diikuti serigala lain di belakangnya.

"Pyro!" teriakku. Bola api besar meluncur pada serigala yang mendekatiku. Beberapa serigala mati terbakar karena bola api itu. Namun bola apiku tak cukup besar untuk membakar mereka semua.

Kawanan serigala itu mendekat dengan cepat. Mereka dengan mudah melewati batang pohon yang telah roboh karena ledakan energi. Mereka melompat hendak menerkamku. Namun sebelum itu terjadi, aku menciptakan perisai angin yang mengelilingi diriku. Para serigala yang hendak menyerangku terpental jauh, terkena perisai angin milikku.

Terpentalnya para serigala memberiku sedikit waktu. Aku meninggikan tanah yang kupijak beberapa meter untuk memperluas jangkauan serangan sekaligus menghindari terkaman para serigala hitam itu. Aku menciptakan lagi bola api besar, membidik batang pohon yang tumbang. Dengan mudah, api membesar, merembet dari satu pohon ke pohon lain. Para serigala yang ingin menyerangku pun terpaksa mundur untuk sementara. Aku meninggikan lagi tanah yang kupijak untuk menghimdari api yang berkobar menyentuhku.

"Apa apaan kekuatan ini! Sudah pasti kau adalah sumber aroma lezat tadi!" Alpha berteriak. Para bawahannya yang tak sempat menyelamatkan diri harus pasrah terbakar api besar yang kuciptakan. Setidaknya, dengan api yang mengelilingiku, aku memiliki sedikit waktu untuk memulihkan mana-ku yang berkurang drastis akibat ledakan tadi.

"Alpha! Para Dark Xylon dan Hyroxia menyerang!" Seekor serigala berteriak pada Alpha.

"Apa apaan mereka! Jangan biarkan mereka mendekati makanan lezat kita!" Alpha membalas. Para serigala itu tidak memfokuskan lagi serangannya padaku. Mereka bersiaga pada makhluk yang mereka sebut Dark Xylon dan Hyroxia.

Dari arah timur, kulihat sekumpulan pohon berwarna hitam bergerak mendekati para serigala. Bentuk pohon itu sangat aneh. Tak ada sehelai daunpun menempel di pepohonan yang bergerak itu. Mereka memiliki dua tangan dari dahan yang tak berdaun. Dua lubang kecil mirip mata dan satu lubang besar yang sepertinya mulutnya menambah keanehan pada pohon yang bernama Dark Xylon itu.

Sedangkan di barat, sekumpulan raksasa air merangsek pada api yang membara. Mereka dengan mudah mengalahkan para serigala yang menghalangi jalan mereka dengan mengurung serigala serigala itu di tubuh mereka hingga kehabisan napas. Setelah tak ada halangan, para Hyroxia itu memadamkan api yang membakar pepohonan tumbang. Namun, apiku yang panas menguapkan mereka yang mendekat. Namun para raksasa itu tak gentar. Mereka tetap memaksa untuk menerobos api yang berkobar, hingga perlahan lahan api di arah barat padam.

Para serigala di arah timur bertarung sengit melawan Dark Xylon, para monster pohon. Mereka menerkam monster kayu itu, mengoyak Dark Xylon hingga tak berbentuk. Namun para Dark Xylon tak menyerah begitu saja. Mereka mengayunkan tangan yang berbentuk dahan untuk merobek kulit serigala yang mencoba menerjang mereka.

Para Hyroxia berhasil memadamkan semua api yang membara. Kini, mereka mendekatiku yang sedamg berdiri di tanah tinggi. Mengetahui kelemahan elemen air adalah tanah, aku meluncurkan bola bola tanah pada Hyroxia yang mendekat. Namun seranganku tak berdampak banyak pada monster air berukuran tiga meter itu. Bola bola tanahku hanya membuat tubuh mereka mengeruh berubah warna.

Para Hyroxia semakin dekat. Aku membuat pusaran angin dengan tongkatku, lalu mengarahkannya pada para monster air itu. Tubuh mereka buyar saat terkena pusaran air yang kulontarkan. Namun beberapa saat kemudian, tubuh mereka menyatu lagi seperti semula.

Apa sebenarnya kelemahan mereka?

Oh, ya! Power Taker! Aku harus menggunakannya!

Kutarik napas dalam dalam lewat hidung, merasakan sensasi udara yang masuk ke dalam paru paru. Kuhembuskan napas perlahan melalui mulut. Kuulangi langkah itu beberapa kali, hingga aku sepenuhnya tenang. Setelah siap, aku merapal mantra kekuatanku.

"Pow--uhukk!" Sial! Tenaga Power Taker-ku tak mencukupi gara gara ledakan energi itu. Mulut dan hidungku mengeluarkan darah merah yang kental. Pandanganku kembali memburam. Tenagaku kembali habis. Seluruh tubuhku tak bisa digerakkan. Para monster air itu sudah bersiap melahapku ke dalam tubuh mereka. Aku pasrah, menerima bahwa ini adalah akhir hidupku. Namun sebelum itu terjadi, seseorang datang untuk mencegahnya.

"Wood of Life!" teriak orang itu. Sebuah pohon yang besar dan tinggi muncul menjulang menghalangi serangan para monster air itu. Akar dari pohon besar itu mencuat dari tanah, menyerap tubuh para Hyroxia.

"Kau tak apa, Nak?" tanya orang itu yang tak lain adalah Tuan Alanor.

"Saya ... sudah ... tak kuat...," ucapku terputus putus karena sudah tak memiliki tenaga.

"Kita harus pergi ke Xylonia untuk berlindung," ucap Tuan Alanor. Aku mengangguk sebagai jawaban.

Tuan Alanor membopong tubuhku yang lemas. Kudengar ia bergumam merapal mantra yang singkat. Sebuah pola sihir muncul di bawah kakiku. Dalam detik berikutnya, aku sudah berada di tempat yang familiar bagiku, Ibukota Xylonia.

____________________________________

Bogor, Selasa 17 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardWhere stories live. Discover now