Bab 15 "An Order From The King"

13 8 0
                                    

Sebagai Kepala Royal Wizard, Eleanor diberi tanggung jawab untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan sihir di Xylonia. Perdagangan batu sihir, perkamen sihir, penangkapan buronan kejahatan sihir, dan hal hal ganjil yang terjadi di kerajaan, semua itu harus ia tangani. Seperti sekarang, ia mendapat perintah dari Raja untuk menyelidiki keberadaan Pemilik Power Taker dan siapa yang bersamanya.

Menurut hasil penyelidikannya waktu itu, Eleanor menemukan kejanggalan di Black Forest mengenai tak adanya satupun monster yang menghadapinya. Hal itu tentu saja memantik kecurigaan Eleanor. Eleanor juga menemukan kawah besar berisi para mayat Black Forest Wolf yang hangus. Ada jejak pembakaran di pohon sekitar kawah, berarti ada seseorang yang membakar para Black Forest Wolf yang terkenal akan kulit kerasnya itu. Eleanor melaporkan semuanya kepada Raja Rigel, dan Raja memutuskan untuk menyelidikinya secara hati hati. Kemungkinan ada orang kuat yang bersama sang Pemilik Power Taker.

Atas perintar dari Raja, Eleanor menggunakan bola orb untuk menerawang pelaku ledakan besar yang membuat para monster menyerang Xylonia. Bola bundar transparan itu ia taruh di atas meja ruang kerjanya. Sebelumnya, ia memerintahkan pada anak buahnya untuk jangan masuk ke ruangannya, kaarena mantra ini memerlukan fokus yang luar biasa. Ia mengeluarkan Tracking Stone dari jubahnya, batu yang digunakannya saat menyelidiki siapa pelaku ledakan di Black Forest, lalu ia menaruhnya di samping bola orb. Eleanor kemudian duduk di kursi, memfokuskan semua pikirannya pada bola di hadapannya. Ia perlahan lahan menyalurkan energi pada bola orb yang ia pakai untuk menerawang. Energi berwarna biru laut mengalir dari tangannya yang mengitari bola, membuat bola orb yang transparan menjadi berwarna biru.

"Oblivion," gumam Eleanor sambil menyalurkan energinya pada bola orb. Ia mengucapkan mantra itu terus menerus, hingga warna biru bola orb memudar menjadi sebuah pemandangan hutan dengan pepohonan berwarna hitam. Eleanor menambahkan energi yang ia keluarkan pada bola orb, memperjelas gambaran yang muncul. Gambaran pepohonan hitam itu berubah menjadi sebuah mulut gua yang dipenuhi oleh akar tanaman rambat. Eleanor memperbesar lagi energi yang ia keluarkan, memaksa agar bola orb menunjukkan gambar yang lain. Namun, gambaran yang tadi muncul tak berubah. Malah, kini bola orb menggelap.

"Apa yang terjadi?" tanya Eleanor dalam hati.

Tekanan energi pada bola orb meningkat berkali kali lipat. Eleanor terus memaksakan energinya masuk ke bola orb, untuk menunjukkan pemandangan yang ia inginkan. Apa yang terjadi setelahnya benar benar di luar dugaan. Bola orb yang Eleanor gunakan retak, dan Eleanor terhempas ke belakang, menabrak dinding batu yang kokoh. Namun, Eleanor pantang menyerah. Ia kembali mengalirkan energinya pada bola orb yang retak itu. Perlahan, bola yang ia gunakan untuk menerawang itu menunjukkan gambaran yang ia cari. Dua orang Wizard yang sedang duduk di dalam gelapnya gua.

"Anak itu bersama The Great Wizard?" ucap Eleanor terkejut. Gambaran di bola orb langsung menghilang. Retakan di orb bertambah, hingga akhirnya bola itu hancur berkeping keping. Eleanor terengah engah, kehabisan banyak energi hanya untuk melihat sekilas gambar yang ia inginkan.

***

Keesokan harinya, setelah Eleanor pulih, ia kembali menghadap pada Raja Rigel di Istana Kerajaan. Kemarin, ia tak langsung menyerahkan hasil penerawangannya pada Raja, karena ia kehabisan energi. Bukan hal yang bagus menghadap pada Raja dalam keadaan yang buruk.

Para prajurit penjaga gerbang melakukan salam penghormatan untuknya. Mereka membungkuk sambil mengucapkan kata kata penghormatan untuk orang berjabatan tinggi itu. "Hormat kami pada Duke Eleanor van Gregor, Wizard terkuat di Kerajaan!"

Eleanor mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan pada para penjaga untuk bangkit. Tanpa ragu, para penjaga membukakan gerbang untuk Eleanor. Biasanya, untuk orang selain keluarga kerajaan dan orang kepercayaan Raja, akan diperiksa terlebih dahulu sebelum masuk ke Istana Kerajaan dengan prosedur yang rumit. Namun karena Eleanor adalah Duke yang menjabat sebagai Kepala Royal Wizard, sekaligus orang yang dipercaya Raja, ia melewati semua prosedur rumit itu. Akan menghabiskan waktu satu jam jika Eleanor harus diperiksa juga.

Eleanor masuk ke Istana Kerajaan tanpa melewati pemeriksaan. Ia langsung melengang ke Ruang Takhta. Para penjaga langsung mengumumkan kedatangannya. "Mengumumkan kedatangan Duke Eleanor van Gregor!"

"Hormat hamba kepada pelindung Kerajaan Xylonia, Yang Mulia Raja Rigel!" ucap Eleanor sambil berlutut pada orang yang sedang duduk di singgasana.

"Bangkitlah, wahai bawahanku yang setia," titah Raja. Eleanor berdiri setelah medengar perintah Raja Rigel. "Kuharap kau membawa kabar baik, Duke Eleanor," ucap Raja dengan keras.

"Tentu hamba tak berani menghadap jika membawa kabar buruk, Yang Mulia." Eleanor membalas ucapan Raja Rigel.

"Bagus. Itu yang kuharapkan dari bawahanku yang setia." Raja menekankan kata 'bawahan' saat berbicara.

"Tentu hamba harus menjadi peliharaan Anda, jika hamba ingin selamat," balas Eleanor sinis.

Tidak ada perubahan ekspresi dari Raja. Dia tak tersinggung atas ucapan Eleanor. Raja membalas ucapan Eleanor. "Kalau begitu, tunjukkanlah hasil kerjamu, peliharaanku."

"Hamba kesulitan dalam menerawang sang Pemilik Power Taker, hingga hamba harus menghabiskan semua mana milik hamba untuk melakukannya," jelas Eleanor.

"Aku tidak yakin Sang Power Taker bisa melakukan mantra penghalang. Pasti ada yang membantunya," duga Raja.

"Anda benar, Yang Mulia. Ia tentu tak bisa melakukan itu," balas Eleanor.

"Lalu, mengapa kau harus repot repot menghabiskan seluruh mana-mu untuk mencarinya?" tanya Raja. "Siapa yang berada disampingnya?"

"Alanor, The Great Wizard," ucap Eleanor.

"The Great Wizard? Wizard yang menguasai seluruh elemen?" ucap Raja terkejut. Bagaimana tidak, kini, orang yang ia incar sedang bersama salah satu Wizard terkuat di dunia. Jika salah langkah sedikit saja, ia pasti dengan mudah membalikkan keadaan.

"Kita tak boleh gegabah, Yang Mulia. Dia bukanlah lawan yang patut diremehkan." Eleanor memberi saran.

"Tentu saja kita tak boleh gegabah. Namun kita juga memiliki Wizard terkuat dan pasukan yang tangguh." Raja bangkit dari kursinya, ia berjalan ke arah Eleanor yang berdiri di hadapannya.

"Maka seharusnya Anda memberikan penghargaan lebih pada mereka," ucap Eleanor.

"Tentu saja, Peliharaanku. Aku akan memberimu tulang setelah kau berhasil menggigit musuh," ucap Raja membalas perkataan Eleanor.

"Hamba harap, tulang itu lebih berharga dari sebuah gunung emas."

"Tentu saja, tentu." Raja kembali naik ke singgasana kebesarannya. Raja mengetukkan jarinya ke kursi tempatnya duduk.

"Kita harus mendiskusikan dulu rencana ini pada Panglima Archelion, Yang Mulia. Kita perlu kekuatan besar," ucap Eleanor.

"Panglima Archelion sudah kuberitahu. Ia sudah menyiapkan para Knight untuk itu," balas Raja.

"Apa perintah Anda, Yang Mulia?"

"Sekarang, kumpulkan para Royal Wizard-mu. Kita akan menyerang mereka dengan kekuatan penuh."

"Baik, Yang Mulia. Akan hamba laksanakan." Eleanor memberi salam pada Raja, sebelum ia keluar untuk melaksanakan tugasnya.

________________________________

Bogor, Selasa 24 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardWhere stories live. Discover now