Bab 21 "Dark Time"

8 6 0
                                    

"Nak, bangun. Musuh sudah menyerang!" Suara itu segera membangunkanku dari tidur nyenyak.

"Musuh!" ucapku.

"Cepat bersiap siap!" seru Tuan Alanor. Dengan cepat aku mengambil tongkat yang tergeletak di sampingku. Di depanku, Tuan Alanor bergegas naik menuju ke menara benteng. Aku membuat sebuah bola angin untuk kunaiki ke menara. Benar saja, para Knight telah berbaris rapi seratus meter di depan benteng. Dari atas, kulihat mereka seakan tak takut untuk menghadapi lagi pasukan elemen yang tangguh.

Tuan Alanor mengacungkan tongkatnya pada para Knight, membuat pasukan elemen miliknya bergerak sesuai arah tongkat. Ratusan pasukan elemen keluar dari benteng, menghalangi jalan para Knight untuk menerobos. Kemunculan pasukan elemen memancing para Wizard keluar dari persembunyiannya di pepohonan. Mereka mengudara memdekati benteng. Namun, aku sudah menyiapkan ratusan pasukan elemen untuk menghadangnya. Anehnya, para Wizard begitu tenang setelah menyadari bahwa dihadapan mereka ada ratusan pasukan elemen. Wizard berjubah biru yang kemarin menyerangku berteriak kencang. "Semuanya! Elemental Orb!"

Aku menggerakkan pasukanku untuk menyerang para Wizard. Para Wizard tak mengeluarkan tongkatnya, mereka malah mengeluarkan sebuah bola transparan dari jubah mereka. Pasukan elemen yang menyerang mereka tersedot masuk ke bola itu. Begitu juga di bawah. Para Knight mengeluarkan bola transparan alih alih pedang untuk melawan. Pasukan elemen milik Tuan Alanor yang menyerang, tersedot dengan mudah ke dalam bola itu.

"Tuan, mereka mampu menyedot pasukan Elemen!" ucapku.

"Mereka sudah menyiapkannya dengan matang." Tuan Alanor membalas.

Para Knight semakin berani menyerang pasukan elemen saat tahu bahwa pasukan elemen bisa disedot ke dalam orb. Apalagi para Wizard yang menaiki sapu terbang. Mereka berani mendekati benteng karena dapat dengan mudah menyedot pasukan elemen ciptaanku. Kekuatan Power Taker dalam pasukan elemen ciptaanku tak berfungsi pada Wizard, karena pasukanku tak mampu melukai mereka.

"Tuan, bagaimana ini?" tanyaku panik. Jika terus seperti ini, maka semua pasukan elemen akan habis tak bersisa.

Tuan Alanor tak merespon sama sekali. Ia malah melihat ke arah Wizard berjubah biru yang sudah diselimuti aura gelap.

"Dia ... ini gawat!" ucap Tuan Alanor. Ia membuat sebuah bola angin untuk ia naiki, lalu bersiap untuk meluncur ke arah Wizard jubah biru itu.

"Tuan! Tunggu!" Aku membuat sebuah bola angin untuk kunaiki menyusul Tuan Alanor.

"Jangan, Nak! Jagalah benteng ini dari para Knight!" larang Tuan Alanor. Ia langsung bergerak cepat menuju ke Wizard berjubah biru itu.

Pasukan elemen yang tersisa di bawah benteng tinggal sedikit. Para Knight menjadi unggul setelah berhasil menyedot banyak pasukan elemen. Aku melontarkan banyak bola api dari tongkatku pada mereka. Mampu menyedot pasukan elemen bukan berarti kebal serangan sihir, kan?

Bola apiku mengenai beberapa Knight di bawah. Baju besi mereka gosong terbakar. Itu berarti aku benar, mereka tak kebal serangan sihir. Aku meluncurkan semakin banyak bola api pada para Knight. Tak hanya api, kuhujani mereka dengan bola tanah yang keras. Kombinasi seranganku berhasil membunuh banyak Knight yang menyerang.

Tuan Alanor menghadapi para Wizard dengan api berbentuk naga yang meliuk liuk menyapu para Wizard. Tanpa ampun, naga api itu membakar Wizard yang tak memiliki perlindungan itu. Dari jauh, kulihat aura hitam memancar semakin pekat seiring berjalannya waktu. Tuan Alanor semakin mengganas setelah melihat perubahan dari Wizard berjubah biru itu.

Pasukan elemen di bawah benteng hanya tersisa puluhan saja, jumlah yang sedikit untuk mempertahankan benteng. Mengatasi hal itu, aku mengalihkan pasukan elemen yang tersisa sedikit di udara untuk membantu pasukan elemen Tuan Alanor. Kujatuhkan pasukan elemen yang tersisa di atas para Knight. Beberapa Knight ada yang tertimpa pasukan elemen. Ada juga yang langsung tewas karena terkena serangan mendadak dari pasukan elemen itu. Pasukanku membantu pasukan Tuan Alanor yang kewalahan, melawan para Knight yang memiliki bola yang mampu menyedot pasukan elemen.

Prajurit berkuda, dipimpin oleh Raja Xylonia, menerobos pasukan elemen. Mereka memacu kudanya kencang sambil mengeluarkan bola penyedot itu. Pasukan elemen yang berhadapan dengan mereka seketika tersedot ke dalam bola itu. Puluhan prajurit membawa sebuah batang pohon mengikuti pasukan kuda Knight di belakang. Mereka berhasil menerobos barisan terakhir dari pasukan elemen. Sebagian prajurit membawa batang pohon untuk mendobrak gerbang benteng. Beberapa prajurit yang lain membentuk formasi pelindung dengan berbaris mengelilingi prajurit pembawa batang pohon sambil menutupi tubuh dengan perisai. Para pasukan berkuda mengacak acak barisan pasukan elemen dari belakang. Takkan kubiarkan itu terjadi!

Kuluncurkan bola api dan tanah pada para Knight yang berada di gerbang. Barisan para Knight itu semakin rapat saat dihujani api dan tanah olehku. Hantaman demi hantaman mendarat pada gerbang, menimbulkan bunyi dentuman keras. Menyadari hal itu, aku menggerakkan pasukan elemen ciptaanku untuk menyerang para Knight. Namun, pasukan berkuda itu menghalangi jalan mereka.

"Sial!" teriakku.

Di tengah gempuran terhadap benteng, ratusan makhluk muncul dari pedalaman hutan. Ratusan serigala hitam yang besar, pepohonan yang bisa bergerak, raksasa air, dan burung besar bermunculan, menyerang siapapun tanpa pilih pilih. Para monster itu bahkan menyerang Knight dan Wizard yang sedang melawanku dan Tuan Alanor. Bukankah sebelumnya Tuan Alanor mengatakan monster di Black Forest sudah dijinakkan? Mengapa mereka muncul dan menyerang?

"Kau! Mengendalikan para monster Black Forest!" teriak Tuan Alanor sambil mengacungkan tongkatnya pada Wizard berjubah biru itu.

"Ada apa? Kau takut?" Pria berjubah biru itu meledek Tuan Alanor. Tuan Alanor membuat naga api untuk menyerang pria jubah biru. Wizard berjubah biru itu menghindarinya dengan mudah. Mereka kemudian bertarung sengit. Pria jubah biru membuat burung besar yang terbuat dari api hitam untuk melawan Tuan Alanor.

Wizard berjubah biru itu berkhianat? Mengapa ia mengendalikan monster untuk menyerang Wizard dan Knight?

Di tengah kekacauan yang terjadi, Yang Mulia Raja berteriak kencang. "Jangan serang pasukan elemen! Serang para monster!"

Para monster itu adalah ancaman yang sesungguhnya. Aku mengarahkan semua pasukan elemen yang kumiliki untuk menyerang para monster yang berdatangan. Kuhujani para makhluk hutan ini dengan api dan batu. Para serigala dan makhluk pohon banyak yang hangus dan hancur setelah terkena seranganku, tidak dengan para makhluk raksasa air itu. Pasukan elemen membantu para Knight di bawah untuk melawan monster yang terus berdatangan.

Di langit, Royal Wizard direpotkan oleh burung burung besar yang terus mematuki mereka. Jumlah Wizard yang lebih sedikit dari jumlah burung yang menyerang membuat sang Wizard pengkhianat berjubah biru itu unggul. Salah satu burung menyerangku di menara. Kutembaki burung itu dengan bola api, namun tak satupun bola api mengenainya. Burung besar itu semakin mendekat, membuat tongkat sihirku tak berguna. Kukeluarkan pedang dari jubah, mencoba menebas burung besar itu. Namun, monster terbang itu menghindari seranganku dengan mudah. Ia malah berhasil mematuk kepalaku hingga berdarah. Posisiku tidak seimbang, aku hampir jatuh ke bawah benteng. Burung itu menggigit jubahku, membawaku terbang beberapa meter. Ia lalu membiarkanku terjatuh ke bawah begitu saja. Suara Tuan Alanor terdengar samar samar, lalu setelah itu pemandangan menggelap. Aku tak bisa mendengar juga melihat apapun.

___________________________________

Bogor, Senin 30 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive Wizardजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें