Bab 16 "Attack"

11 8 0
                                    

Istana Kerajaan Xylonia sangat ramai hari ini. Para prajurit sibuk mempersiapkan semua barang untuk rencana besar sang Raja, yakni menyerang Black Forest dengan kekuatan penuh untuk menangkap seorang buronan. Eleanor, Kepala Royal Wizard, mengatur segala keperluan sihir dalam penyerangan ini. Menyiapkan banyak potion penyembuh, batu sihir penguat, dan perkamen mantra level atas. Ia tak boleh meremehkan musuh, meskipun jumlah musuh hanya setitik debu jika dibandingkan kekuatan penuh Xylonia. Walaupun begitu, musuhnya kali ini cukup berat, yaitu seorang Pemilik Power Taker yang mampu menyedot kekuatan orang lain, dan seorang Wizard legendaris yang menguasai seluruh elemen. Itulah mengapa Raja menyiapkan pasukan sebesar ini, untuk menangkap mereka yang bisa berguna bagi Kerajaan.

Ratusan kavaleri, prajurit berpedang, pemanah, dan Wizard sudah berbaris rapi di lapangan besar Istana Kerajaan. Raja tidak main main saat ingin melakukan sesuatu. Ratusan Knight dan Wizard ini adalah buktinya. Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Eleanor. Haruskah Raja melakukan ini? Ini bisa mengakibatkan hancurnya militer Xylonia, pikir Eleanor. Saat Raja memintanya untuk menyelidiki kasus ledakan di Black Forest, ia mengambil alih semua penelitian Eleanor mengenai Power Taker. Tentu saja itu membuat Eleanor marah. Apalagi alasan Raja untuk melakukan itu adalah supaya Eleanor dapat fokus pada penyelidikannya. Namun ia tak punya pilihan lain selain menuruti perintah Rajanya, walau ia harus menyerahkan semua penelitiannya.

Setelah semua persiapan sudah dilakukan, Eleanor pergi ke Istana Kerajaan. Ia menggunakan sapu terbang eksklusif buatan pengrajin sapu terbang terbaik Xylonia. Harganya sangat mahal yakni satu keping emas platinum. Dengan cepat, ia melaju menuju rumah milik orang nomor satu di Xylonia itu.

Eleanor mendaratkan sapu terbangnya yang mahal di lapangan besar istana. Semuanya sudah siap sesuai rencana. Eleanor berjalan ke barisan terdepan kekuatan gabungan. Disana, sudah ada pemimpin Royal Knight, Panglima Archaelon, dan Komandan Furyla.

"Selamat datang, Kepala Royal Wizard, Eleanor," sapa Panglima Archaelon dan Komandan Furyla.

"Pasukan yang terkumpul banyak sekali, ya?" tanya Eleanor basa basi.

"Tentu saja. Namun ini belum cukup untuk mengalahkan seorang Wizard legendaris yang menguasai seluruh elemen," balas Panglima Archaelon.

"Anda terlalu khawatir, Panglima. Kita juga memiliki Wizard terkuat di sini," timpal Komandan Furyla.

"Jangan terlalu meremehkan musuh, Komandan. Selain Wizard legendaris, ada seorang Wizard yang mampu mengambil kekuatanmu dalam sekejap." Eleanor membalas perkataan Komandan Furyla.

"Sebenarnya, sekuat apa mereka itu?" tanya Komandan Furyla.

"Kita akan melihat kekuatan Wizard legendaris itu, The Great Wizard Alanor, hari ini saat bertempur." Eleanor bicara.

Tak lama kemudian, seorang prajurit mengumumkan kedatangan Raja yang sudah memakai baju zirah yang terbuat dari emas. Ia berteriak lantang. "Yang Mulia Raja Rigel memasuki lapangan!"

Melihat Raja sudah memasuki lapangan, semua prajurit bersujud pada Raja. Sedangkan untuk Panglima, Komandan, dan Eleanor hanya berlutut saja.

"Bangkitlah, wahai pembawa kejayaan bagi Xylonia!" Raja berseru lantang. Semua yang memberikan penghormatan pada Raja kembali bangkit seperti sebelumnya.

"Ini waktunya untuk mengalahkan musuh yang mengusik kejayaan kita. Ini waktunya untuk mengalahkan orang yang telah mengancam kita dengan sekumpulan monster lemah yang bukan tandingan kita. Kejayaan bagi Xylonia!" Raja Rigel berseru.

"Kejayaan bagi Xylonia!" Semua prajurit dan Wizard membalas seruan Raja.

Panglima Archaelon berjalan menghampiri Raja Rigel. "Pasukan kita sudah siap, Yang Mulia," ucap Panglima.

"Kita berangkat," balas Raja.

Raja berjalan menuju kuda hitam miliknya yang sudah disiapkan. Panglima dan Komandan berjalan di samping Raja. Raja menaiki kudanya lalu melajukan kudanya pelan. Panglima Archaelon dan Komandan Furyla menaiki kuda miliknya masing masing, lalu berkuda di belakang Raja. Eleanor menaiki sapu terbangnya, lalu terbang pelan di atas Panglima dan Komandan. Para Knight mengikuti mereka dari belakang. Para Wizard telah menaiki sapu terbangnya masing masing, lalu mengikuti pimpinan mereka, Eleanor. Hati mereka sudah mantap, akan mengalahkan siapapun yang berlindung di rimbunnya Black Forest.

***

Raja Rigel berada di barisan paling depan, memimpin perjalanan menuju Black Forest. Ratusan Knight dan Wizard mengikutinya dari belakang. Para warga yang menyaksikan rombongan Raja mereka lewat, langsung memberikan salam penghormatan dengan cara bersujud.

Setelah satu jam berjalan, rombongan Raja sudah sampai di Gerbang Barat, salah satu jalan menuju ke Black Forest. Rombongan pasukan gabungan antara Royal Knight dan Royal Wizard itu sudah berada di tujuan mereka. Para Wizard terbang mengelilingi batas terluar dari hutan paling ditakuti itu. Panglima Archaelon mengangkat tangan kirinya, mengisyaratkan kepada pasukan untuk berhenti.

"Pasukan! Bentuk formasi!" seru Panglima. Para pemanah merapat pada pimpinan mereka, melindungi Raja, Panglima, dan Komandan. Sedangkan para kavaleri dan prajurit berpedang berbaris mengelilingi para pemanah. Formasi ini perlu dilakukan karena mereka akan melewati Black Forest, rumahnya banyak monster ganas. Di udara, Eleanor sudah memerintahkan para Royal Wizard untuk terbang di perbatasan Black Forest.

"Duke Eleanor, pancing mereka keluar!" titah Raja. Di atas, Eleanor mengangguk saat mendengar perintah dari Raja.

"Royal Wizard! Mantra api!" Eleanor berseru. Para Royal Wizard langsung mengacungkan tonngkatnya setelah mendengar perintah dari pemimpinnya. Ratusan bola api melayang ke pepohonan berwarna hitam, membakar pepohonan itu dengan mudah. Api besar merembet ke setiap pohon, mengepulkan asap hitam pekat. Para prajurit mundur beberapa langkah saat api besar merembet ke pepohonan sekitar mereka. Menjauhi api yang sudah membesar. Di tengah pembakaran hutan ini, Panglima Archaelon berbisik pada Raja.

"Yang Mulia, bukankah ini terlalu beresiko?" tanya Panglima. "Kita harus menunggu api ini padam, baru bisa melewati hutan ini."

"Panglima Archaelon, jangan bertindak seperti pengecut. Bukankah ini yang sudah kita bicarakan?" Raja balik bertanya.

"Namun tetap saja, Yang Mulia. Kita memang bisa mengatasi para monster, tetapi kita juga harus berhadapan dengan api besar ini."

"Apa mereka akan diam saja saat hutan tempat mereka berlindung dibakar habis oleh musuh? Tentu tidak, bukan?"

"Tentu, Yang Mulia. Hamba seharusnya tak meragukan kebijaksanaan Anda," balas Panglima Archaelon.

Api besar masih membesar walau sudah menyala selama satu jam. Hutan yang konon katanya dipenuhi monster ini sudah hampir hangus semuanya. Ratusan bola api yang dilancarkan oleh para Royal Wizard benar benar mengerikan. Mampu menghancurkan sebuah hutan dengan cepat.

Tanpa diduga, dari pedalaman Black Forest, ratusan manusia yang terbuat dari air terbang mengelilingi Black Forest. Mereka menabrakkan diri pada api yang masih berkobar. Hanya dalam beberapa menit, api yang beberapa waktu lalu membara, sekarang padam tak tersisa.

"Betapa dahsyatnya kekuatan The Great Wizard itu." Komandan Furyla bergumam saat menyaksikan kejadian luar biasa itu.

"Mereka benar benar musuh yang harus diremehkan," ucap Panglima Archaelon.

"Sudah kubilang, mereka takkan diam saja." Raja bergumam.

_________________________________

Bogor, Rabu 25 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardWhere stories live. Discover now