Bab 7 "Magic Duel"

27 9 2
                                    

Sudah genap enam bulan aku berada di Black Forest yang dipenuhi hewan buas. Tak ada Royal Wizard yang mengejarku ke dalam sini. Masih kuingat, mereka memilih untuk mundur saat aku memasuki hutan ini. Mengetahui aku telah menyedot kekuatan salah satu Royal Wizard, mereka hendak melaporkannya pada tuan mereka.

Setelah latihan selama beberapa bulan bersama Tuan Alanor, aku berhasil menguasai keempat elemen dasar. Tuan Alanor memujiku, mengatakan bahwa aku adalah salah satu Wizard hebat yang berhasil menguasai empat elemen dasar di Dunia. Menurutnya, kekuatan Power Taker-ku membuat aku dengan mudah menguasai keempat elemen, karena aku mampu menyedot mana elemen itu langsung dari alam. Selain itu juga, sekarang kekuatan Power Taker-ku sudah berkembang semenjak berlatih bersama The Great Wizard itu.

Setiap pagi, aku berburu menggunakan tongkat sihir pemberian Tuan Alanor. Berburu menggunakan sihir ternyata lebih mudah daripada berburu dengan panah. Aku hanya tinggal membakar hewan buruan memggunakan mantra api, lalu setelah mereka mati terpanggang, kupadamkan apinya dengan mantra air. Alhasil, Tuan Alanor tak perlu berlama lama memasak daging hewan buruan karena sudah matang.

"Kau jangan membakar hewan buruanmu. Lebih baik mengurungnya di bola air hingga kehabisan napas." Begitulah kata kata yang sering diucapkan Tuan Alanor saat mendapati aku membawa hasil buruan yang hampir gosong. "Tentunya, kau tak mau memakan daging gosong, kan?"

Pagi ini, setelah memakan daging rusa yang hampir gosong, Tuan Alanor berencana untuk mengujiku. Beliau membuat arena dari tanah yang meninggi, yang berbentuk persegi yang cukup luas untuk tempat bertarung. Aku dan Tuan Alanor berdiri saling berhadapan, menggenggam tongkat sihir masing masing dengan erat.

"Apa kau siap, Nak?" Tuan Alanor bertanya.

"Tentu saja, Tuan. Saya selalu siap," balasku.

"Satu ... dua ... TIGA!" Aku langsung menyerang Tuan Alanor dengan mantra api setelah hitungan ketiga. Seranganku dengan mudah dibaca oleh Tuan Alanor, ia meluncurkan bola api untuk menghalau serangan yang kulakukan.

Setelah enam bulan berlatih bersamanya, Tuan Alanor selalu menyerang dengan bertubi tubi. Tak membiarkan lawannya untuk melakukan serangan, dan mengakhiri pertarungan dengan mudah. Namun tentu takkan kubiarkan itu terjadi. Mengetahui hal itu akan dilakukan oleh Tuan Alanor, aku membentuk dinding dari tanah untuk bertahan.

"Taktik yang bagus," ucap Tuan Alanor di sela sela serangan yang ia lakukan.

Gempuran serangan mantra api Tuan Alanor berhenti sejenak. Namun aku tak menurunkan kewaspadaan. Sekali lagi, aku membentengi diri dengan membuat dinding tanah di sekelilingku. Secara mengejutkan, tiba tiba Tuan Alanor sudah berada diatasku. Ia melayang menggunakan pusaran angin yang cukup kencang. Bola api berukuran besar Tuan Alanor luncurlan ke arahku, membuatku terpojok dalam benteng sendiri.

"Hydro!" Aku berteriak merapal mantra elemen air. Seketika itu, aku diselimuti oleh bola air yang besar. Bola api Tuan Alanor membentur perisai yang kuciptakan, membuat air yang mengelilingiku menguap. Uap air itu membentuk kabut tebal yang menutupi pandangan beberapa detik.

Mengetahui posisku saat ini tidak menguntungkan, aku menghilangkan satu sisi dinding. Mencoba untuk berlari ke sisi arena yang lain. Namun sebelum itu terjadi, Tuan Alanor sudah mengurungku dalam bola air.

"Kau sudah terjebak." Tuan Alanor tersenyum penuh kemenangan.

Ini waktu yang tepat untuk menggunakan kekuatanku.

Masih terjebak dalam bola air, kucoba untuk tenang. Menahan napas beberapa detik, memusatkan pikiran pada bola air yang mengurungku. Kugumamkan mantra itu dalam hati, "Power Taker!" Perlahan lahan, bola air ciptaan Tuan Alanor hilang tersedot kekuatanku. Mana sihir dari bola air ini telah kusedot, memulihkan mana-ku yang berkurang sata pertarungan tadi.

Menyadari bola kurungannya telah hilang, Tuan Alanor menjauh dariku. Ia melayang menuju ke ujung arena. "Kau benar benar pemilik Power Taker." Tuan Alanor berucap dari kejauhan.

"Bukankah Tuan sudah mengetahuinya?" tanyaku.

"Sepertinya aku harus mulai serius," gumam Tuan Alanor.

Tuan Alanor kembali menyerangku bertubi tubi. Kali ini, Tuan Alanor menyerangku dengan elemen angin. Dari jauh, ia meluncurkan pusaran pusaran angin padaku. Namun sebelum pusaran angin itu sempat menyentuhku, pusaran pusaran angin itu lenyap. Aku tahu, selain bisa menghilangkan kekuatan orang lain, Power Taker ini mampu menghilangkan serangan apapun. Itu pernah kucoba saat berlatih sendirian di air terjun. Aku membuat beberapa bola air, lalu mengeluarkan kekuatan Power Taker. Dan seperti kejadian sekarang, bola air itu tersedot Power Taker milikku.

"Strategi yang bagus." Tuan Alanor bertepuk tangan. "Kini hadapi seranganku yang ini!"

Tuan Alanor menggandakan dirinya. Puluhan Tuan Alanor mengelilingi arena tempatku bertarung. "Kau takkan bisa mengelak dari serangan ini!" Seruan itu memekakkan telinga. Kumpulan Tuan Alanor itu masing masing mengacungkan tongkatnya padaku.

"Pyro, Aero, Geo, Hydro!" Mereka semua berseru keras. Puluhan bola api, pusaran angin, batu keras, dan bola air mengarah padaku yang berdiri di tengah arena. Serangan serangan itu dengan mudah disedot oleh kekuatan Power Taker-ku yang masih aktif. Namun lama kelamaan, dadaku terasa sakit setelah menyedot serangan serangan yang diluncurkan oleh Tuan Alanor dan para duplikatnya. Aku jatuh berlutut, memegang dadaku yang semakin sakit. Kepalaku pusing, seakan akan langit runtuh menimpaku. Serangan yang diluncurkan tak berhenti. Memaksaku untuk menyedot semuanya dengan Power Taker.

"Kita akan melihat, batas dari kekuatan Power Taker itu." Suara Tuan Alanor bergema keras.

"Hentikan!" teriakku kesakitan. Aku terbatuk, mengeluarkan darah merah kental dari mulut dan hidung. Rasa sakit di dada makin membuatku tersiksa. Paru paruku tak mampu lagi menghirup udara segar. Aku meraung lagi, melepaskan segala rasa sakit yang mendera lewat teriakkanku.

"HENTIKAN!" Angin menerpa ke penjuru arena, memghilangkan semua duplikat Tuan Alanor, menyisakan orang yang asli. Tuan Alanor berdiri tak jauh dariku. Di sekitarnya, sebuah lapisan berwarna merah melindungi dirinya. Namun, lapisan itu perlahan luntur terkena kekuatan Power Taker.

"Sungguh kekuatan yang tak boleh diremehkan," ucap Tuan Alanor.

"Diam kau!" Diluar kendaliku, tubuhku menerjang cepat Tuan Alanor. Untungnya, Tuan Alanor berhasil menghindar dengan berteleportasi.

"Sudah kuduga," ucap Tuan Alanor, "kekuatan legenda dari masa lalu."

"Gawat! Konsentrasi mana yang terlalu pekat!" seru Tuan Alanor.

"AAARGGGHHH!" Aku berteriak. Seluruh serangan Tuan Alanor yang berhasil kuserap keluar ke segala penjuru. Jejeran pepohonan tersapu gelombang kekuatan besar, meluluhlantakkan apa yang menghalangi. Kawah besar terbentuk, dengan aku sebagai pusatnya. Detik berikutnya, gelombang kedua muncul dengan daya yang lebih kuat dari gelombang pertama. Pepohonan kembali tersapu gelombang yang kuat, merobohkannya dengan mudah. Tubuhku lemas setelah mengeluarkan gelombang kuat tadi. Aku kehabisan mana, memperparah kondisi tubuhku yang sudah diguncang rasa sakit. Namun, sebuah energi asing menghangatkan tubuhku. Perlahan menghilangkan rasa sakit yang kualami. Aku bangkit, dengan tubuh yang masih lemah.

___________________________________

Bogor, Senin 16 Mei 2022

Ikaann

Vano The Fugitive WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang