Part 33

8.1K 1.3K 222
                                    

MINGGU ini Taeyong di sibukkan dengan ujian akhir sekolah yang berhasil membuat kepalanya berasap, mau tak mau Taeyong belajar tanpa henti di setiap malam karena ia ingin mendapatkan nilai yang memuaskan lalu mendaftar di universitas yang ia impikan. Meskipun impian utamanya adalah menikah bersama Jaehyun, sih.

Tidak terasa bila sebentar lagi Taeyong akan lulus dari sekolah menengah atas, ia sangat merindukan Donghae! Ayahnya itu berbohong tentang kepergiannya dalam jangka waktu tiga bulan, buktinya ini sudah enam bulan dan Donghae belum memberikan tanda-tanda kepulangan. Memang, Ayahnya sangat sibuk mengurus proyek di luar negeri, Taeyong juga senang tinggal bersama Jaehyun, hanya saja ia benar-benar merindukan orang tuanya itu.

Ini pukul lima sore, langit sudah sangat gelap dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Taeyong memutuskan untuk menutup jendela kamar yang terbuka karena anginnya mulai kencang, ia membenarkan letak kacamata baca yang bertengger di pangkal hidung sebelum kembali duduk di kursi meja belajar.

Jaehyun sedang pergi, menemani Rose check up ke rumah sakit karena kandungan wanita itu sudah cukup besar, memasuki bulan ke lima. Sebenarnya Taeyong sedikit kesal, ia ingin ikut ke rumah sakit, hanya saja Taeyong perlu belajar karena besok adalah ujian terakhir sebelum menunggu kelulusan datang.

Sama seperti sebelumnya, Taeyong tidak begitu menyukai Rose, apalagi belakangan ini wanita itu terlihat menempeli Jaehyun terus menerus. Taeyong sudah mengeluarkan protes dan Jaehyun menjaga jarak dengan Rose, hanya saja itu tidak membuat Taeyong puas. Maksudnya, kenapa Rose tidak pergi dari apartemen ini saja?

Menyebalkan memang. Rose terlihat masih sedih dan di kelilingi oleh bayang-bayang Junhoe, tapi menurut Taeyong, wanita itu memanfaatkan keadaan untuk menarik perhatian Jaehyun. Entahlah, selama tinggal bersama Rose, Taeyong jadi bisa melihat bagaimana sifat aslinya yang begitu menjengkelkan. Ia tidak dapat berbuat banyak karena Rose sedang mengandung seorang anak.

Suara gemuruh petir di langit berhasil membuat tubuh Taeyong membeku, oh sial, ia baru ingat jika hujan pasti selalu di sertai petir. Taeyong sangat membenci petir, ingat? Dengan cepat ia meraih ponsel, mencoba menghubungi Jaehyun seraya mengigiti kuku tangannya yang sudah pendek.

"Ayo angkat Ahjushi!" gumam Taeyong panik, "ini sudah dua jam sejak Ahjushi menemani Rose Noona ke rumah sakit, apa belum selesai?"

Taeyong naik ke atas kasur dan menyembunyikan dirinya di dalam selimut, rintik hujan mulai turun di sertai gemuruh petir di langit, tubuhnya bergetar hebat. Jaehyun tidak mengangkat panggilan darinya, padahal Taeyong sudah menghubungi lelaki itu sebanyak lima kali.

Ketika petir besar datang dan membuat suara yang memekakkan telinga, Taeyong berteriak dengan mata yang terpejam erat. Biasanya Jaehyun akan menenangkan Taeyong, mendekapnya erat lalu membisikkan kalimat yang bisa mengurangi sedikit rasa traumanya. Tapi kini Taeyong sendirian, tubuhnya bergetar; keringat mulai membasahi dahi serta leher.

"Ahjushi, Ahjushi.." gumam Taeyong pelan, tangannya meremat seprai dengan erat. Suara hujan terdengar begitu kencang, terus menerus di iringi petir yang menyambar.

Sial, sial, sial.

Taeyong mengigit kencang bibir bawahnya hingga ia bisa merasakan asin dan karat di dalam mulut. Taeyong tidak peduli jika bibirnya sobek, sekarang tidak ada sakit yang ia rasakan, hanya rasa takut yang melanda. Berharap bila seseorang akan mendekapnya erat saat ini.

***

Jaehyun masuk ke dalam apartemen dengan tatapan bingung, semua lampu masih dalam keadaan mati, padahal ini sudah pukul enam sore dan suasananya cukup gelap.

"Apa Taeyong tidak ada di rumah?" tanya Rose penasaran, ia menaruh bahan-bahan makananan serta keperluan miliknya di sofa ruang tengah.

Certain Things《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang