Part 36

8.6K 1.3K 243
                                    

PONSEL yang terus menerus berdering berhasil membuat Taeyong menghela napas jengah, pada akhirnya ia mematikan benda elektronik itu agar Jaehyun tidak dapat menghubunginya. Ada sedikit perasaan lega di dada Taeyong, mengingat ia sudah mengeluarkan seluruh keresahan yang bercokol begitu lama di hatinya.

Tapi kini hubungannya bersama Jaehyun tidak dalam kondisi baik-baik saja. Sejujurnya, Taeyong juga enggan memperbaiki hubungan mereka. Ia lelah menghadapi sikap Jaehyun yang seolah tidak mempedulikan keinginan dan peringatannya selama ini, lelaki dewasa itu tidak mengerti tentang rasa cemburu dan dada yang berdenyut nyeri tatkala Taeyong melihat interaksi Jaehyun dengan Rose.

Saat pikiran dan hatinya berada di jalan yang sama, Taeyong memutuskan untuk tinggal bersama Donghae; ayahnya, di luar negeri. Tentu saja ia sudah menghubungi sang ayah, hanya saja Taeyong tidak mengatakan apapun tentang apa yang terjadi di antara dirinya dan Jaehyun. Donghae bahkan sempat bertanya, kenapa Taeyong memutuskan kuliah di luar negeri, lalu jawaban utama Taeyong adalah 'aku merindukan Daddy dan ingin tinggal bersama seperti dulu lagi,'.

Taeyong hanya lelah, selama ini ia sangat bergantung pada Jaehyun dan mungkin itu membuat kekasihnya tidak nyaman? Entahlah. Walaupun Taeyong ingin selalu bersama dengan lelaki Jung itu, tapi kini ia perlu berpikir lebih panjang. Jika sifat Jaehyun masih seperti itu, rasanya Taeyong akan menyakiti hatinya terus menerus.

"Wajahmu jelek."

"Sialan." gerutu Taeyong seraya mendelik pada Ten yang berdiri di hadapannya dengan nampan berisi ice chocolate serta beberapa cemilan.

Yap, karena tidak tahu harus pergi kemana, akhirnya Taeyong memutuskan untuk menjadikan rumah Ten sebagai tujuan utamanya.

Ten duduk di samping Taeyong dan memasukan keripik kentang ke dalam mulut. "Padahal banyak yang menyukaimu di sekolah, tapi lihatlah, di sini kau menangisi lelaki berumur yang sama sekali tidak peka. Sudah bagus aku menjodohkanmu dengan Mingyu."

Taeyong berdecak lalu meraih gelas berisi ice chocolate dan menyesapnya secara perlahan, wajahnya memang sembab; mata serta hidungnya memerah seperti badut.

"Aku tidak menyangka jika Ahjushi itu sama sekali tidak mengerti keinginanmu, aku pikir dia cukup dewasa untuk memberi perhatian yang cukup pada pasangannya." Ten menghembuskan napas dan menepuk pelan bahu Taeyong, "bagaimana dengan Mingyu?"

"Mingyu, Mingyu, Mingyu!" seru Taeyong kesal, sejak tadi Ten tidak berhenti menyebut nama lelaki bermarga Kim itu, "aku dan Mingyu hanya berteman!"

"Tapi dia menyukaimu, bukankah tidak buruk? Mingyu tampan, tinggi dan atletis, kulit eksotisnya adalah daya tarik utama. Oh!" Ten memekik saat menyadari sesuatu yang paling mencolok dari Mingyu, "gigi taringnya saat lelaki itu tersenyum juga sangat menawan-"

"Lalu kenapa tidak kau saja yang berpacaran dengan Mingyu?!" sungguh, Taeyong sangat kesal saat ini.

Mendengar itu Ten tertawa dan kembali mengambil keripik kentang. "Tidak, Johnny seribu kali lebih baik dari Mingyu."

"Jaehyun Ahjushi juga-" seketika Taeyong terdiam, tidak berani melanjutkan kalimatnya.

Memangnya Jaehyun lebih baik dari Mingyu? Cih, jika begitu Taeyong pasti tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Nyatanya, dalam memahami perasaan orang lain, Jaehyun lebih buruk dari siapapun. Lelaki monoton yang hidup di dalam kenyamanannya sendiri itu tidak memahami Taeyong dengan baik.

Ten menyeringai. "Lihat, kau bahkan tidak bisa membanggakan kekasih tuamu itu."

"Berhentilah membicarakan Mingyu."

"Kenapa, sudah jatuh cinta padanya?"

Taeyong melemparkan tatapan tajam, berhasil membuat Ten mengangkat dua tangan di udara; tanda bahwa ia akan berhenti menggoda temannya itu.

Certain Things《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang