Chapter 209 - 210

458 69 20
                                    

Aurelie mengelus kepalanya untuk menenangkannya.

Para pelayan memberikan sapu tangan mereka untuk menyeka darah.

Utusan dewa itu membuka mulutnya.

[Uhuk, jiwa yang jatuh... Dunia, dukungan...]

Aurelie menyuruh Natalie untuk melaporkannya ke Permaisuri Frederique. Matanya menatap Bakari lagi.

Biasanya dia bisa melihat ke masa depan tanpa masalah, tanpa rasa sakit, dan hanya melalui mimpi. Itu adalah kebanggaanya.

Aurelie menyuruhnya untuk menutup matanya jika itu terlalu sulit.

Bakari mencoba menutup mata yang bersinar tetapi tidak berhasil.

Aurelie membuka lingkaran penyembuhan, tapi Bakari kejang.

Kejutan tidak berakhir di situ. Ledakan dahsyat terjadi.

Dia terpental.

Semua jendela di lantai satu Istana Juliette rusak. Tidak ada api, tapi ini saja bisa membalikkan Istana Kekaisaran.

Natalie yang tergores di mana-mana memegangi Kardinal dengan erat.

Kardinal memandang anak laki-laki yang berbaring diam.

Beberapa penjaga mengarahkan tombak mereka ke arahnya.

Melalui kekacauan, suara keras bergema di udara.

[Biarkan rencana jahat menjadi kenyataan. Api dan ledakan, pedang dan darah... Bangsawan itu akan berada dalam bahaya yang disiapkan oleh Tuhan]

Aurelie meraih kerah Natalie dengan tangan gemetar.

"Anak baptisku... Aku harus membuat Cedie kembali. Akademi, upacara..."

* * *

Sarah Beliard's POV

Pada saat yang sama di rumah Beliard. Sarah tidak percaya keajaiban terjadi di depan matanya.

Pascal, cucunya sudah bangun.

Putrinya menangis dengan air mata emosional. Menantunya merawat anaknya sejak kemarin.

Dia berdoa dan berterima kasih kepada Tuhan.

Pascal, harta karun, anak anjing, pembuat onar, dan kumpulan tawa terbangun beberapa hari yang lalu.

Itu adalah hasil menyendoki ramuan halo sedikit demi sedikit.

Sarah membujuk putrinya dengan mengatakan itu adalah 'ramuan obat dari pendeta kerajaan'.

Putrinya akhirnya menatapnya dengan senyum lebar setelah waktu yang lama.

Segera setelah Pascal pulih, putrinya memberikan persembahan besar ke Kuil Kekaisaran.

Menantunya bahkan menangis di bahunya seperti anak kecil.

Sarah memikirkan sang Pangeran, yang dibawa sebagai sandera dan tertawa.

Selain dia, tidak ada yang memberinya bahkan sekedar kata-kata penyemangat.

Di musim panas, Pangeran Jesse bertanya tentang cucunya.

Pada bulan Desember, Pangeran bertanya lagi padanya.

Dia bisa melihat mata ungu yang tidak meminta bayaran apapun.

Akhirnya setelah sekian lama Pangeran mengucapkan keinginannya.

Pangeran Jesse berharap dia bisa mengurangi artikel tentang dia karena itu memalukan. Tapi kemudian Pangeran tertawa pahit mengatakan dia akan menghormati kebebasan pers.

SMPU/TWSB SummaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang