─ 审 .ೃ 𝘵𝘸𝘰 .°୭̥

1.4K 186 41
                                    

Cklek.

"Selamat datang di rumah saya, anggap saja rumah sendiri." Paquito berjalan kearah meja kerjanya, di sisi lain Chou melihat sekitar ruangan rumahnya yang minimalis.

Meja kerja, kasur, bahkan televisi di jadikan satu ruangan. Hanya ada kamar mandi yang memiliki ruangan berbeda, "..tidak buruk." Komen Chou. Ia berganti pandangan kearah Paquito yang mengganti bajunya menjadi kaus biasa, 'pemiliknya juga.' pikirnya.

Chou seenaknya duduk di ujung kasur, lalu menatap kearah Paquito yang sibuk mengurusi berkas. "Jadi, apa yang ku lakukan selama polisi itu akan datang?" Tanya Chou, Paquito menengok kearahnya. "Tidak ada, mungkin kita akan berbincang mengenai kasusmu." Balasnya.

"Hahh.. bagaimana dengan tanganku, apakah ini akan terikat sampai polisi datang?" Tanya Chou kembali, ia menghela nafas panjang. "Ya." Balas singkat Paquito, ia kembali menaruh berkasnya.

Chou menaikkan satu alisnya, saat Paquito berjalan mendekat kearahnya. "Hm?" Tangan Paquito perlahan memegang kedua kuping Chou, lalu menekan belakang kuping kanan Chou. Membuat pemiliknya reflek memejamkan satu matanya, "ah, disini ya.." gumam Paquito.

'apakah ia berusaha mencari kelemahan ku?' pikir Chou.

Paquito berganti mengusap pelan wajah Chou, wajahnya masih datar seperti biasa. "Padahal kau pria yang manis, sangat sulit dipercaya jika kau pembunuh berantai." Ucapnya, Chou tersenyum simpul sekilas.

"Terima kasih atas pujian manisnya, detektif." Balas Chou, menyeringai tipis sekilas. Paquito menatapnya datar, "detektif, apakah kau ingin bermain denganku?" Tanya Chou. Ia tampak mendekat, lalu mengigit resleting celana Paquito.

Paquito yang tau maksudnya diam, "jangan bertingkah konyol, polisi akan datang." Bantahnya. Chou masih menyeringai, "polisi selalu datang terlambat, bagaikan pahlawan kesiangan. Kita masih ada waktu.." balasnya pelan.

"Apa tujuanmu melakukan ini, apakah kau pria mesum?" Tanya Paquito, ia tampak mendorong Chou agar menjauh dari resleting celananya. "Hahah, ayolah detektif.. kau sebenarnya menyukai ciumanku saat di hotel kan? Kau tampak menikmatinya." Balas Chou.

Paquito menyipitkan matanya, "itu bukan menikmati, tapi karena saya adalah seorang detektif saya harus bisa berakting juga." Ucapnya. "..heheh, bagaimana dengan sebuah perjanjian?" Tawar Chou, Paquito mengangkat alisnya lalu jarinya tampak mencoba masuk ke dalam mulut Chou.

Jari Paquito meraba dan menelusuri setiap gigi Chou, bahkan hingga taring nya yang cukup tajam. "Apa maksudmu perjanjian, kita ini musuh. Tidak mungkin bisa ada perjanjian, itu hal konyol." Balas Paquito. Chou menjilat jari Paquito yang di dalam mulutnya, mengulumnya.

Sontak, Paquito reflek terdiam sembari menatap Chou. "Hentikan, kau mulai bersikap aneh." Ucapnya, Paquito sedikit memasukkan jarinya kasar ke mulut Chou yang berhasil membuat lawannya tersedak.

Paquito mengeluarkan jarinya, yang basah akibat Chou kulum. Ia menatap tajam kearah kriminal itu, melainkan Chou malah tersenyum tanpa dosa. "bukankah aku pengulum yang baik?" Ucapnya, lalu kembali menatap kearah resleting celana Paquito.

"Jangan berpikir, saya akan membiarkanmu melakukannya." Bantah Paquito. Chou terkekeh, "kau tau, aku selalu penasaran bagaimana rasanya jika mengulum penis seorang detektif." Ucapnya santai. Paquito mengerutkan keningnya, lalu berjalan kearah meja kerjanya.

'makin kesini, makin kesana.' pikir Paquito.

Drrt drrt!

Telpon berbunyi, Paquito langsung mengambilnya. Dari kepolisian, sontak Paquito mengangkat telpon tersebut. "Halo." Sapanya, Chou yang masih duduk di ujung kasur tersenyum penuh akan sesuatu kearah Paquito.

𝗨𝗡𝗞𝗡𝗢𝗪𝗡 [✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt