─ 审 .ೃ 𝘧𝘪𝘷𝘦 .°୭̥

1.4K 194 30
                                    

"pftt, kau terlalu menganggap semua hal serius tau.."

Chou berdiri dari pangkuannya, lalu kembali duduk disamping Paquito. Ia mengambil sepotong apel lalu memakannya, Paquito hanya bisa menghela nafas.

Chou mengunyah sembari memainkan jari kakinya, ia menatap kearah Paquito. "Sebenarnya, apa tugas para detektif?" Tanyanya kepo, Paquito melirik kearahnya.

"Tergantung pada situasi, kami pasti bertugas untuk menyelesaikan misi.. entah itu berbahaya atau tidak.." jelasnya sedikit bingung.

Paquito memejamkan matanya, "kau lebih mirip pengganguran." Saut Chou. "..itu karena saya jarang mau mengambil kasus kriminal." Balas Paquito sedikit menahan kesal, Chou terkekeh.

"Wahh, brarti aku cukup beruntung ya? Bahkan seorang detektif yang kurang tertarik kasus kriminal.. mau mengambil alih kasusku." Ucap Chou tersenyum.

"Jika bukan saya, mungkin para detektif lain akan mati di tanganmu." Balas Paquito, Chou lagi-lagi terkekeh geli mendengarnya. "Kau selalu pandai menebak korban ku." Ucap Chou bertopang dagu, Paquito menatapnya.

Chou memberikan tatapan tajam kembali, sembari tersenyum miring. "Kau menidurinya?" Tanya Paquito, Chou mendengus.

"Tidak, aku membunuhnya dengan senjata tajam. Dikantornya." Jelasnya.

Paquito mengerutkan keningnya, "kenapa kau tidak menidurinya?" Tanyanya lagi. "Dia sudah memiliki istri, mana mungkin aku meniduri pria yang memiliki pasangan." Balas Chou jengkel, ia melipat kedua tangannya.

"Aku pikir.. ia detektif yg cerdas dan kaya, selalu menangani kasus korupsi.. jadi.. kubunuh saja dia, agar aku kaya." Ucap Chou.

Chou menatap kearah Paquito yang hanya terdiam, "..begitu ya." Balas Paquito mencatat kembali di dalam otaknya. Chou kembali tersenyum miring, lalu mengangkat satu kakinya.

"Aku bukan pria pelit jika kau butuh lebih banyak informasi, hanya saja.. aku membutuhkan imbalan sepadan." Jelas Chou.

Paquito berdiri, lalu mengambil jaketnya. "Ya, tentu. Kita akan membicarakan hal itu lebih dalam, tapi bagaimana dengan jalan-jalan sebentar?" Tawarnya, Chou ikutan berdiri. "Ya, tentu!" Balasnya.

Paquito mengambil jaket lain, lalu memberikannya ke Chou. "Kau ingin makan sesuatu?" Tanyanya, Chou mengambil jaket itu dan berpikir sejenak.

"Bagaimana dengan hot dog?"

***

Chou melepaskan kacamata hitam milik Paquito, lalu menatap keramaian kota. "Hah.. rupanya masih ramai juga di pagi hari." Ucapnya, Paquito berjalan sembari membawa 2 hot dog.

"Ini, hot dog mu."

Paquito memberikan 1 hot dog untuk Chou, dan satunya untuk dia. Mereka berdiri di tepian gang sempit, sembari memakan hot dog. Baru saja Chou ingin memakan sosis itu, ia menjeda sejenak lalu berpikir.

Perlahan Chou menengok kearah Paquito yang sibuk memakan hot dog itu, sembari menatap keramaian sekitar. Tampak ada sisa mayonaise di pinggir bibir Paquito, "..." Chou mengerutkan keningnya lalu kembali fokus ke hot dog nya.

'sial, aku kepikiran saat di kamar mandi lagi.' pikir Chou, ia berusaha memakan hot dog nya.

Kali ini Paquito yang menatapnya, "kau tampak kesusahan memakannya." Ucapnya mengusap pinggir bibirnya. Chou mengerutkan keningnya, "mulutku tidak besar sepertimu, wajarkan saja." Balasnya.

"Bagaimana dengan pria yang pernah kau kulum?" Tanya Paquito yang berhasil membuat Chou tersedak, "kenapa harus pertanyaan itu.." gumam Chou jengkel. Paquito memiringkan kepalanya.

𝗨𝗡𝗞𝗡𝗢𝗪𝗡 [✓]Where stories live. Discover now