─ 审 .ೃ 𝘦𝘪𝘨𝘩𝘵𝘦𝘦𝘯 .°୭̥

914 111 10
                                    

Bruk brak!!

Dor!

Paquito membanting bawahan lain, lalu menghela nafas berat. Claude dari belakang mengisi peluru kembali, mereka berhasil membuat orang-orang itu tumbang seketika.

"Kerja bagus." Ucap Paquito.

Claude tersenyum bangga sembari meniup pistol, dari kejauhan mereka bisa melihat Chou yang tampak berlari sembari berpegangan pada tembok.

"DETEKTIF!! CLAUDE!!" Seru Chou.

"Chou!!" Panggil Claude berlari, Paquito bernafas lega dan ikutan menyusul. "Sialan, ternyata itu kalian." Ucap Chou terkekeh senang, Ia langsung memeluk Claude sejenak.

Paquito berdiri tepat dihadapan Chou, ia tersenyum tipis sekilas. Selesai memeluk, Chou langsung menarik kerah baju sang Detektif dan mencium bibirnya.

Sontak Paquito langsung mendorong tengkuk Chou dan membalasnya, Claude terkekeh melihatnya. Walau sedikit canggung sebagai saksi melihat ciuman ganas ini,

Puas berciuman, Chou tersenyum nakal kearah Paquito. "Bahkan disaat begini.. sempat berpikir untuk ciuman?" Tanya sang Detektif, Chou terkekeh.

"Aku merindukan ke kaku an mu, Detektif." Ucap Chou.

"Begitu pula saya." Balas Paquito.

"Bisakah kita kembali sekarang?" Saut Claude di sela-sela, kedua pria itu menatap kearahnya. "Baiklah, ayo kembali, Chou perlu di obati." Balas Paquito setuju.

"Tunggu dulu!!"

Tiba-tiba Leomord yang keluar dari ruangan, memberikan ekspresi penuh amarah. Paquito langsung menyuruh Chou berdiri dibelakangnya, "Leomord, sudah lama tidak berjumpa." Sapanya.

Leomord dengan ekspresi datar, mendengus geli. "Ternyata kau masih hidup, setelah semua yang sudah berlalu.." balasnya, Chou mengernyitkan dahi.

"Kita dilahirkan berbeda, saya selalu diberi keberuntungan dan sebaliknya dengan anda." Balas Paquito.

"Setelah semua pekerjaan yang kau lakukan, sekarang kau memiliki hubungan dengan bawahan setiaku?" Tanya Leomord dengan ekspresi tidak terima, Chou memberikan tatapan tajam. "Aku bukan bawahan mu lagi." Bantahnya.

"Kukira kita akan menjadi sahabat." "Sayangnya tidak." Tolak Paquito.

Perlahan Leomord berjalan mendekat dengan sempoyongan, dengan tatapan amarahnya mengarah ke Chou.

"Kau tau.. saya mencintaimu Chou, dengan tulus.." ucap Leomord, berhenti tak jauh dari hadapan mereka.

"Tapi sayangnya.. kau tidak memuaskan seperti pelacur." Lanjut Leomord.

Chou memberikan ekspresi penuh emosi, namun Paquito sudah menonjok pria dihadapannya duluan. "Kau pikir ia boneka pemuas, sialan?" Tanyanya mengepalkan tangan.

"Saya harus menghabisinya dulu, sebelum membawanya juga ke kepolisian." Lanjut Paquito menyuruh Claude menjaga Chou, melainkan ia maju mendekat kearah Leomord yang sempoyongan.

Bruk! Brak!! Duk!

Paquito memberikan ekspresi kesal kearah Leomord, lalu menarik kerah pria itu dan membantingnya ke tembok. "akh! Ukh.." Leomord terbatuk-batuk, "apakah ini sudah cukup?" Tanya Paquito.

Perlahan Leomord tersenyum licik, "..sama sekali.. belum." Ucapnya serak.

"DETEKTIF!! AWAS!!"

Jleb.

Paquito terdiam, menatap kearah sebilah pisau menusuk bagian perutnya dari belakang. Faramis memejamkan matanya erat sembari memegang pisau itu dengan gemetar,

𝗨𝗡𝗞𝗡𝗢𝗪𝗡 [✓]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum