1.

6.9K 424 21
                                    

credit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


credit

dio
ig: kaidenwandreasen

rafa
ig: zariobolanos

Seharusnya suasana rumah di pagi hari itu tenteram. Hangat juga menyenangkan di mana semua anggota keluarga menikmati sarapan bersama.

Namun, nggak seperti itu di rumah Dio.

Di kamarnya dengan pintu terbuka, Dio sedang duduk di tepi tempat tidur. Dia membungkuk untuk mengikat tali sepatunya.

Dasi abu-abu Dio menggantung dengan kendur di kerah seragamnya.

Di luar kamar terdengar suara orang bernada tinggi, saling melempar kata-kata kasar.

"Kenapa lagi," gumam Dio.

Dari kamarnya, Dio bisa mendengar percakapan penuh emosi yang sepertinya datang dari ruang TV.

"Mama udah bilang, Mama nggak mungkin nolak. Itu bos Mama yang ngajakin. Ini perjalanan dinas sama Pak Bram," terdengar suara perempuan dengan nada putus asa.

"Kenapa selalu Mama yang diajak, berdua pula. Emang karyawan di kantor cuma ada satu? Itu perjalanan dinas atau liburan," balas seorang laki-laki dengan suara terdengar geram.

Mama Dio membalas, "Selalu Papa ini ada aja. Terus aja cari masalah. Cuma gini doang digede-gedein."

"Papa nggak cari masalah. Kenyataannya Papa pernah lihat sendiri Mama ada main sama Pak Bram. Ngapain bos sama karyawan pulang berdua malem-malem pelukan," kata Papa Dio semakin naik pitam.

Dio memutar bola mata. Papanya benar. Dio juga tahu kalau Mamanya yang genit itu sering bertingkah nggak sadar, lupa kalau dirinya sudah bersuami dan memiliki anak.

"Payah," Dio bergumam lalu keluar kamar. Dia nggak berpamitan bahkan nggak menoleh ke orang tuanya saat melewati mereka di ruang TV.

Dio sampai di pintu ruang tamu. Dia pun melangkah keluar tapi Mamanya memanggilnya.

"Dio. Kamu ada Mama di sini nggak pamitan, nggak noleh. Hm? Sekarang kayak gitu kamu?" Mama Dio kecewa.

"Dio," Papa Dio cuma memanggilnya.

Kembali Mama Dio berkata, "Udah nggak apa-apa Dio benci sama Mama. Tapi Dio sekolahnya yang bener. Liat nilai rapor kamu kemarin jelek kayak gitu. Jangan bikin malulah."

Dio berhenti sesaat di pintu, dia memutar badan. "Dio berangkat," pamitnya, wajahnya nggak berekspresi.

Setelah itu Dio langsung kembali balik badan dan keluar dari rumah. Masih terdengar teriakan-teriakan dari dalam.

"Liat Dio jadi gitu gara-gara Papa."

"Gitu gimana Ma? Dio udah pamitan kan tadi. Lagian anak mau berangkat sekolah malah dimarahin."

crash and burnWhere stories live. Discover now