10.

2.2K 217 25
                                    

Dio berkata, "Makasih."

"Ngapain," Rafa heran.

"Soalnya lo perhatian," jawab Dio seakan hal tersebut sudah jelas.

Tapi Rafa berkata malas, "Siapa yang perhatian. Lo aja yang suka bikin skenario sendiri."

Setelah bilang begitu, Rafa berbalik. Dia mulai melangkah, bermaksud meninggalkan Dio tanpa berkata apa-apa seperti biasanya. Tapi.

"Hei."

Langkah Rafa terhenti, dia terkejut. Dio baru saja memanggilnya sambil memegangi pergelangan tangan Rafa.

Dio menahannya sehingga Rafa mau nggak mau berhenti melangkah. Rafa setengah memutar badan untuk menghadap ke Dio.

"Lepasin," kata Rafa setengah hati.

"Atau apa?" balas Dio.

Rafa terdiam. Dia ngapain dan kenapa gue ngerasa nggak nolak, Rafa jujur dalam hatinya. Dia merasa gugup entah kenapa.

Dengan muka usil, Dio berkata, "Gue cuma mau bilang, gue mau kasih prank lagi, buat balesan yang kemarin."

"Terserah lo," balas Rafa seadanya.

Dio diam saja, tapi tanpa sadar, dia sedikit meremas pergelangan tangan Rafa dengan lebih kencang.

Rafa bisa merasakannya, dia jadi mengerutkan kening. Lalu Rafa menarik tangannya, membuat Dio sadar dan melepaskan pegangannya dari tangan Rafa.

Hening sebentar.

Dio menatap kedua mata Rafa yang tertimpa cahaya matahari.

Gue suka pas matanya kelihatan hijaunya kayak gini, aneh, unik tapi, pikir Dio.

Terlihat mata Rafa yang berwarna hijau semburat kecokelatan itu sedang balas menatap Dio. Ada ekspresi bertanya-tanya dari sorot mata Rafa.

Dio semakin nggak mengerti, dia ini cowok tapi kenapa mukanya, gimana ya, indah atau gimana, gue nggak bisa jelasin, pikir Dio sambil mengamati wajah Rafa.

Kalau diamati, bulu mata Rafa terlihat panjang, tatapan matanya sedikit sendu tapi juga teduh. Hidungnya bisa dibilang mancung, dan bibirnya seperti kemerahan.

Rambutnya yang cokelat gelap tertiup angin yang berhembus pelan. Helai-helai rambutnya di bagian ujung bawah bergerak sangat perlahan terkena angin.

Dio merasa semakin perlu mengamatinya karena itu, entahlah, menyenangkan untuk dilihat.

Di sisi lain, Rafa terdiam melihat Dio sedang memerhatikannya. Rafa merasa kesal karena anehnya dia sendiri balas memerhatikan Dio.

Dia selalu keliatan aneh mukanya, gue nggak ngerti apa yang dia pikirin pas dia ngeliatin gue begini, dasar nggak jelas, batin Rafa.

Nggak jelas, sama nggak jelasnya dengan perasaan hangat yang aneh yang lagi dirasakan Rafa. Perasaan yang cuma muncul saat Dio berada di dekatnya.

"Gue balik," akhirnya Rafa pamit ke Dio.

Tanpa menunggu jawaban apa-apa, Rafa berbalik dan melangkah cepat meninggalkan Dio.

Di situ, Dio memerhatikan sosok Rafa yang barusan menghilang begitu saja.

Dio jadi sadar, "Dia pamitan barusan," gumamnya.

Menyadari itu membuat Dio tersenyum sendiri. Dia merasakan kesenangan yang nggak bisa dijelaskan. Ini pertama kalinya Rafa pergi dengan pamitan dulu ke dia.

Pulang sekolah, Dio mampir ke kelas MIPA 1. Ada orang yang ingin dia temui, bukan Rafa sih, melainkan Tobi.

crash and burnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang