30.

380 40 8
                                    

Di jalan, Dio boncengan dengan Rafa, dan Dio nggak pakai kecepatan tinggi sama sekali.

Rafa membuka kaca helmnya kemudian mencondongkan badan ke depan, mepet ke Dio.

Dio melirik ke belakang sedikit dari sudut matanya, saat terasa tubuh Rafa mendekat ke dia, ke punggungnya. Hangat.

"Lo jalan pelan banget kayaknya," kata Rafa.

Dio bilang, "Iya kan kayak kita."

"Hm?" balas Rafa.

Dio jawab, "Progresnya pelan, gue sama lo. Sepelan ini rasanya."

"Lo masih ngebahas itu?" Rafa jadi galau.

Dio terkikik, "Gue cuma jawab pertanyaan lo. Lagian. Gak usah dibawa serius."

"I'm sorry," gumam Rafa.

Lalu dia melingkarkan kedua tangannya ke depan perut Dio, kemudian Rafa memeluk Dio dari belakang.

Buset ini anak paling bisa bikin gue bingung,

kalo kelakuannya gemesin gini, gak aneh kan kalo gue ngerasa dia pacarable,

bahkan setelah doi gantungin hubungan kita,

tapi yang penting perasaannya mutual, bener kan, pikir Dio.

"Lo gemesin gini," Dio menggerutu, "gimana bisa gue tahan sama lo?"

"Entah," kata Rafa sambil menopangkan dagu di pundak kiri Dio, "emang gue gemesin?" tanya Rafa.

"Iya," kata Dio jujur, "makanya gue cium lo waktu itu."

"Mm," Rafa sedikit kikuk, "pas di rumah lo waktu itu?"

"Iya," jawab Dio, tangan kirinya meremas jari-jemari Rafa yang saling bertautan di depan perutnya.

"Sori kalo gue sering ngelakuin hal-hal yang gak bener ke lo," kata Dio, "dan tanpa seizin lo."

"Gue yang sori," balas Rafa, "waktu itu gue duluan yang ngisiin knalpot lo pake jagung. Sori banget. Udah gapapa kan motor lo?"

"Gapapa, ini kita naikin," kata Dio, "ya gue pas itu kudu ngebenerin ke bengkel, tapi udah kelar. Udah lama," kata Dio santai.

"Mm, oke," Rafa lega, dia lalu mengangkat dagunya dari pundak kiri Dio.

Rafa bilang, "Lo bilang ngelakuin hal-hal gak bener ke gue, tapi gue juga gitu sama lo, impas gak."

"Boleh," Dio tertawa.

Dan Rafa melanjutkan, "Gue juga merasa mengizinkan kok, saat lo cium gue waktu itu."

"Hmm? Oke?" balas Dio, memancing.

Rafa kembali jadi kikuk, "Maksud gue, uh, gue kan juga bales cium lo."

Nggak pernah sekalipun, Dio membayangkan bakal boncengan dengan Rafa, sambil membahas soal ciuman pertama mereka.

Seketika berasa canggung tapi cuma sesaat. But damn, Dio merasa perlu menepi sekarang juga.

Dan Dio pun menghentikan motornya di pinggir dekat trotoar. Nggak ada tanda dilarang berhenti di situ, aman.

Dio menepi di bawah pohon yang rindang banyak daunnya. Rafa seketika nggak paham, tapi menuruti saja.

Lalu, Rafa melepaskan pelukannya dari Dio. Alih-alih memeluk cowoknya, Rafa cuma meremas kedua pinggang Dio dari belakang.

Mereka nggak turun dari motor dan nggak pindah posisi sama sekali. Cuma menepi sambil duduk boncengan.

Lalu Dio bertanya, "Pas gue cium lo waktu itu, apa yang lo rasain?"

"Kita berhenti cuma buat ngebahas ini?" Rafa balik tanya.

crash and burnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang