29.

530 43 13
                                    

Pertanyaan yang mengejutkan, tapi sebenernya gue udah feeling kalo Dio bakal nanyain ini entah kapan, segera bahkan, pikir Rafa.

Jadi Rafa terdiam sesaat dengan kedua mata sedikit melebar. Rafa memandangi kedua mata Dio. Mereka saling memandang dalam diam.

Apa cuma gue yang pengen kita pacaran?

Rafa menjawab, "Kalo gue merasa nyaman kayak gini?"

"Kayak gini?" ulang Dio.

Rafa mengiyakan, "Iya kayak gini. Maksudnya, kita udah bersama, gue jalan sama lo. Dan, kita lebih dari temen. Bukankah udah jelas Yo?"

"Bener, gak salah. Tapi apakah lo sadar Raf, kalo gue bener-bener suka sama lo? Dan gue pengen hubungan kita bener-bener jelas," kata Dio.

Rafa nggak mengerti, "Menurut lo hubungan kita gak jelas?"

"Ya," Dio mengangguk, jujur.

Lagi-lagi Rafa cuma diam, memandangi Dio.

Kedua mata Dio yang hitam itu, selalu terasa seperti merengkuhnya dalam kegelapan yang hangat.

Kalo boleh jujur, konsep pacaran ini asing buat gue, pacaran sama cowok apalagi, pikir Rafa.

Gue sadar kalo dari dulu gue tertarik sama cewek--dan cowok, tapi gue kurang paham harus gimana sih pacaran itu,

dan gue sama Dio, kalo udah jelas perasaan kita mutual, terus apa? Gue cuma pengen semua mengalir aja,

dan siapa tau kan, siapa tau perasaan ini, hubungan ini, cuma sebuah fase aja, sehingga opsi kita bisa tetap terbuka,

shit gue bukannya masih nyari pacar, mana gue kurang paham soal cinta-cintaan, lagian ngapain, gue kan udah sama Dio,

gue cuma merasa aja, kalo status pacaran itu, kayak tiba-tiba mengikat gue,

apa gue berengsek?

Dan Rafa nggak sekadar membatin, tapi dia juga mengatakannya ke Dio, tentang apa yang ada di dalam pikirannya.

"Dio, lo udah pernah pacaran, ya? Gue gak pernah," Rafa berterus terang.

Dan Dio bilang, "Gue gak pernah pacaran. Lo pac--lo yang pertama buat gue," Dio berhati-hati biar Rafa nggak sensitif.

Rafa diam sebentar, membuat Dio berpikir, gue udah gak nyebut dia pacar gue kan tadi, takutnya Rafa semakin kesel.

Lalu Rafa bilang, "Jujur gue gak merasa kalo pacaran itu penting. Emang pacaran itu kudu gimana sih, yang penting kita jalan bareng kan."

Dio cuma diam lalu mengangguk, mengisyaratkan Rafa supaya melanjutkan bicara dulu sampai selesai.

"Jadi, gue merasa cukup kayak gini, kayak kita sekarang ini, gak perlu pacaran gitu kan," kata Rafa.

Dio menanggapi, "Biar apa?"

"Huh?" Rafa bingung.

Dio coba lagi, "Gak ada status pacaran itu biar apa?"

"Biar kita tetep bebas kan, kalo mau jalan dan ngapa-ngapain sama yang lain," Rafa heran.

Dio menutup mata rapat-rapat dan membukanya lagi.

"Jadi lo gak mau kita official itu, karena lo masih membuka hati buat orang lain?" tanya Dio.

Rafa ternganga, "Gak gitu kali."

"Terus maksud lo ngapa-ngapain sama yang lain itu apa?" Dio meminta penjelasan.

crash and burnWo Geschichten leben. Entdecke jetzt