4.

2.6K 245 8
                                    

"High risk high return."

Itu kata papa Rafa saat mereka serumah bersantap makan malam.

Rafa menatap papanya dari seberang meja. Sementara, Rafa duduk bersebelahan dengan Rafi, adiknya.

Asli mereka nggak kembar. Rafa lebih tua dua tahun dari Rafi. Sekarang Rafi kelas sembilan SMP.

Cuma, nama mereka dimirip-miripkan oleh orang tuanya.

Papa Rafa barusan tambah sup merah di mangkuknya. Mama Rafa menuangkan sup tersebut untuk suaminya. Papa dan Mama Rafa duduk bersebelahan.

Rafa kemudian minum air putih dari gelasnya. Papanya tahu-tahu bertanya, "High risk high return. Apa itu, Rafa?"

"Prinsip investasi?" balas Rafa sambil menaruh gelasnya di atas meja, di sebelah piring.

Papa Rafa mengangguk, "Apa artinya?"

"High risk high return berarti semakin tinggi resikonya, semakin besar keuntungannya," jelas Rafa.

Papa Rafa mengiyakan, "Nah. Jadi kalau di investasi, semakin besar menanam modal, maka nanti kita akan dapat keuntungan yang semakin tinggi juga,"

"modal besar sama dengan risiko besar, tapi keuntungannya, hasilnya itu, nanti juga besar."

Rafi barusan mengisi gelasnya dengan air minum sambil bersendawa. Dia cuma diam menyimak obrolan papa dan kakaknya.

"Resiko tinggi berarti kemungkinan rugi Pa," Rafa setengah bertanya.

Papanya berkata, "Semuanya berjalan beriringan. Jadi sama. Kalau risiko tinggi berarti tingkat pengembaliannya juga tinggi,"

"nah kalau risikonya rendah dan pasti-pasti aja, tingkat pengembaliannya juga semakin rendah."

"Iya Pa. Ini tentang apartemen baru itu? Yang lagi dibangun," tanya Rafa.

Mama Rafa menyahuti, "Iya Papa lagi repot ini, nurutin maunya investor."

"Investor ini ya, mereka bangun apartemen Sunsets persis tetanggaan sama apartemen Riverside yang udah rame itu,"

"kebayang kan saingannya. Tapi Sunsets berani kasih harga di bawah Riverside," kata papa Rafa.

Rafa mulai memahami situasinya.

Papa Rafa melanjutkan, "Resiko kan, udah Sunsets masih baru masih sepi, harganya murah. Jadi targetnya dapetin pembeli kelas menengah, yang masih muda-muda itu,"

"kalo Riverside targetin orang-orang kaya, nah Sunsets targetin kalangan menengah yang bujetnya nggak gede-gede amat."

Rafa mencoba membaca situasinya, "Sunsets ngambil resiko tinggi ngebangun gedung di sebelah Riverside yang udah terkenal dan punya nama,"

"tapi Sunsets juga berani nunjukin ke orang-orang, dengan bujet rendah, mereka udah bisa dapetin apartemen nyaman di Sunsets dengan view sebagus di Riverside."

Papa Rafa antusias, "Iya. Gitu caranya mereka menarik orang. Targetnya lebih banyak orang pindah milih Sunsets. Ya, kalo berjalan sesuai rencana."

Rafa mengangguk saja. Dia biasa dengan obrolan tentang bisnis karena papanya yang merupakan seorang pengusaha properti.

"Pa Minggu jadi ke taman safari?" tanya Rafi yang nggak tertarik dengan obrolan barusan.

Papanya tersenyum, "Iya jadi."

"Berangkat pagi-pagi loh Fi, bangunnya pagi," mamanya mengingatkan.

Rafi menjawab, "Siap."

Rafa diam saja tapi dia merasa konyol melihat adiknya yang bocah itu. Rafi sepertinya nggak ada bibit pebisnis. Lagipula dia masih suka main-main saja.

crash and burnWhere stories live. Discover now