18.

1.9K 224 36
                                    

Dio melihat wajah Rafa yang begitu kaget. Rafa terlihat panik sambil memegangi kedua bahu Dio dari depan. Bahkan Rafa meremas bahu Dio itu.

Rafa kemudian mendorong Dio tapi dengan pelan. Seakan Rafa ragu apakah dia harus mendorong Dio agar menjauh, atau menariknya supaya mendekat sampai mereka ... entahlah.

Dari sangat dekat, Dio bisa melihat kedua mata Rafa yang berwarna hijau kecokelatan itu, ada kecemasan dari sorot matanya.

Dio menghela napas. Apa yang gue lakuin, pikirnya.

Seketika Dio menjatuhkan kepalanya di bahu Rafa dan bersandar di sana. Dio menunduk, dia menyandarkan dahinya di bahu Rafa itu.

"Dio?" panggil Rafa pelan, dia terkejut dan melepaskan pegangannya dari bahu Dio. Kedua tangan Rafa terkulai di samping badannya.

Sejujurnya gue jadi ngerasa bersalah, dikit tapi. Bisa juga gue nggak tega pas ngeliat mukanya tadi, lagian kita masih di sekolah.

Haha, emang kita mau ngapain, kenapa gue mikir ini masih di sekolah. Bodo, gue cuma pengen ngedeket ke dia bentar aja, pikir Dio.

Rafa sedikit geli karena rambut Dio yang mencuat ke mana-mana itu menyentuh lehernya.

Rafa cuma bisa melihat Dio menunduk, dengan kepala Dio bersandar di bahunya, dan kelihatan rambut Dio saja.

Kedua tangan Dio masih memegangi kain seragam Rafa di bagian pinggangnya. Dio nggak lagi meremas pinggang Rafa, tapi cuma kain seragamnya saja.

Meskipun gitu, Rafa merasa hangat seperti Dio merengkuhnya. Rafa nggak mengerti perasaan apa ini yang meremas jantungnya dan membuat dadanya berdesir.

Gue merasa nggak berdaya, dan gue merasa bodoh, tapi gue pengen ngebiarin Dio begini, gue seneng kayak gini, Dio ada di sini, di deket gue,

rasanya kayak gue ada kemungkinan buat berteman sama dia, meskipun jujur aja gue masih nggak yakin, gue berharap dia ngerasain hal yang sama kayak gue.

Rafa membatin sendiri, dan sejujurnya dia masih deg-degan, apalagi Dio malah betah menyandarkan kepala di bahunya, dekat banget ke lehernya.

Tapi lalu Dio mengangkat kepalanya dan mundur selangkah dari Rafa, memberi sedikit ruang di antara mereka. Soalnya tadi mereka berdempetan nggak wajar sambil berhadapan.

Gue kira gue bakal nggak peduli kalo Rafa kenapa-napa gue paksa, tapi sebaliknya, gue berasa pengen dia baik-baik aja, gue emosi sendiri kalo dia terluka,

buat sekarang, kayaknya gue merasa senang berteman sama dia, temen deket mungkin, deket banget? Gatau sih, gue ngerasa nggak pengen jauh dari dia,

tapi gue pengennya nggak cuma itu, gue pengen dia cuma deket sama gue, dan dia nggak boleh asal deket sama orang lain, apa gue aneh, batin Dio.

Dio pun masih membiarkan kedua tangannya berada di pinggang Rafa, Dio meremas kain seragam Rafa dan Rafa nggak terganggu dengan itu, dia biarkan saja.

Begitu juga dengan sedikit bau rokok tipis-tipis dari Dio. Rafa menyadari itu, dia berpikir, udahlah mungkin dia lagi banyak pikiran. Tapi Rafa sendiri masih kepikiran.

Akhirnya, Rafa bergumam, "Dio."

"Hm," balas Dio.

Rafa bertanya, "Gue salah apa?"

crash and burnOn viuen les histories. Descobreix ara