15.

1.9K 205 32
                                    

Rafa kembali ke kelas, kemudian dia duduk di bangkunya. Jantungnya masih berdegup sedikit cepat, karena habis setengah berlari menuju kelasnya tadi.

Emil sudah duluan duduk di bangkunya di sebelah Rafa. Lalu Emil memandangi Rafa yang terlihat memerah mukanya. Udah gitu, Rafa sedikit terengah.

Emil heran sekaligus penasaran dengan teman sebangkunya itu.

"Lo dari mana? Gue cariin sama Zain, elo tadi ngilang gitu aja. Ini balik pas udah bel. Tumben lo telat," kata Emil.

Rafa bilang, "Gue dari kantin depan."

Ada dua kantin di sekolahan. Satu di depan di dekat gerbang masuk, nyempil tempatnya kecil, isinya jajanan dan minuman. Kantin satunya yang seperti food court ada di belakang.

"Kantin depan?" Emil mengulang ucapan Rafa.

Rafa mengangguk saja. Dia setengah menunduk memperhatikan sebatang Snickers dengan bungkusnya yang berwarna hitam, barusan dia taruh di mejanya.

Kenapa barang ini jadi ada sama gue di sini, tapi anehnya, gue nggak merasa ... keberatan, tapi tetep aja Dio bodoh sumpah, Rafa menggerutu dalam hati.

Jadi tadi, Dio menyeret Rafa ke kantin depan. Sampai di lokasi, Dio membeli dua batang Snickers. Satu untuk dia dan satunya diberikan ke Rafa.

Sepanjang kejadian itu, Rafa nggak bisa berkata apa-apa, berusaha memahami apa yang terjadi. Meskipun protes, akhirnya Rafa menyerah juga.

Jadilah setelah itu, Dio dan Rafa balik, kemudian berpisah di tengah-tengah, karena mereka berdua harus kembali ke kelas masing-masing.

Di tengah jalan kembali ke kelas itu, saat berjalan sendirian, Rafa berpikir, apaan barusan, Dio payah, ngeselin.

Kesal, tapi sekaligus nggak bisa menutupi rasa malu yang nggak ada penjelasannya, Rafa berjalan ke kelasnya sambil menggenggam Snickers dari Dio.

Soalnya, Rafa terus teringat percakapan mereka di kantin depan tadi, yang semakin nggak masuk akal.

Sebelumnya di kantin depan

Dio baru saja buru-buru membeli dua Snickers, lalu dia mendekati Rafa yang dia suruh menunggu di pinggir kantin, dan anehnya Rafa menurut.

"Nih, buat lo," kata Dio sambil mengulurkan Snickers ke Rafa.

Tentu Rafa bingung, "Ngapain?"

"Kok ngapain sih, bego. Ini buat lo, biar lo nggak rese karena lagi laper," jawab Dio.

Rafa memutar bola mata, "Sumpah lo ngapain sih, nggak usah."

"Ambil nggak," kata Dio kalem sekaligus nggak peduli.

Jadinya Rafa mengatupkan bibir, kemudian dia berkata, "Nggak usah, lo bawa aja buat lo."

"Lo nggak sempet ngantin, karena tadi ribet mulu sama gue. Minimal ini lo bawa, lo makan di kelas apa di mana terserah," Dio menyuruh Rafa.

Jelas seketika Rafa terdiam, tapi detik berikutnya dia bilang, "Lo ngapain sih begini sama gue, bukannya lo musuhan sama gue."

"Lo bilang musuhan, tapi lo sendiri suka perhatian sama gue. Nggak lo doang yang bisa perhatian, gue juga," Dio berkata dengan wajah puas.

Seakan Dio menunjukkan muka menang, seperti dia berhasil membalas Rafa. Sumpah nggak masuk akal.

Rafa bungkam, mesti menanggapi apa coba, dan Dio mengatakan hal yang nggak benar itu dengan muka senang. Gimana coba.

crash and burnWo Geschichten leben. Entdecke jetzt