PART 20

274 38 0
                                    

Hai gays apa kabar?
Buat kalian yang menemukan typo bantu komen ya dan juga jangan lupa kasih vote.
Mampir juga ke IG : hsnlsr_
Tik tok : hsnlsr
Btw ada yang nunggu author up ngga? Jangan lupa komen untuk part selanjutnya.

Happy reading





































Fayra mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke kediamannya, baru saja kakinya menginjak di depan pintu, mamanya sudah menghampiri Fayra.

"Eh sayang tumben pulangnya telat." Ucap Aida dengan lembut yang malah membuat hati Fayra sakit.

"Iya ma" Jawab Fayra dengan gugup.

"Ayo sayang langsung masuk, kamu nunggu papa kan. Itu papa udah datang." Ucap Aida menunjuk keberadaan Evan yang tak jauh dari tempat Fayra berdiri.

Dapat Fayra lihat senyum laki-laki paruh baya yang sudah amat sangat Fayra rindukan, gadis itu pun langsung melangkah mendekati papanya dan langsung menghambur ke pelukan laki-laki paruh baya itu.

"Kangen banget nih kayanya sama papa?" Goda Evan pada putrinya.

Fayra hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Padahal papa belom 1 tahun loh sayang ninggalin kamu, udah rindu aja."

"Aku selalu rindu papa." Gumam gadis itu yang mungkin hanya bisa terdengar oleh Evan.

Sedangkan Nancy yang memang berada di ruangan yang sama dengan Fayra dan papanya pun merasa marah, papanya tadi tidak se excited itu saat melihatnya.

Gadis itu langsung berdiri dan berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya meninggalkan ruang keluarga.

"Nancy ke mana sayang." Tanya Aida.

"Kamar" jawab gadis itu tanpa menoleh sedikit pun.

Sedangkan Aida sudah sangat faham dengan karakter anaknya, "harus aku kasih pelajaran anak sialan itu." Batin Aida.

"Mas aku susul Nancy dulu ya, nanti aku turun lagi buat makan malam." Ucap Aida.

Evan pun hanya mengangguk dan kembali fokus pada putrinya yang masih sangat betah di dalam dekapannya.

Setelah kepergian mamanya Fayra langsung melepaskan pelukannya pada papanya, gadis itu pun langsung membuka suara.

"Aku kangen banget sama papa," tak bisa di cegah pun air matanya turun dengan sendirinya.

"Papa juga kangen sama kamu nak, jangan sedih dong sayang. Papa kan udah pulang." Ucap Evan pada putrinya dengan penuh kasih.

"Kapan papa menetap di sini?" Tanya Fayra.

"Nunggu kamu bisa gantiin papa," jawab Evan dengan bercanda.

Mendengar jawaban dari papanya pun Fayra langsung cemberut, "papa ih, Fayra serius." Kesal gadis itu.

"Papa juga serius nak." Jawab Evan.

"Ah tau lah, papa bercanda Mulu." Ucap Fayra pura-pura kesal.

Evan pun tertawa kecil, "tunggu papa dapat pengganti dulu ya nak. Bukannya kamu bahagia kalau papa ngga di rumah, jadi ngga ada yang larang kamu buat pulang telat kaya tadi." Goda Evan pada putrinya.

"Ih papa, nggak. Tadi Fayra cuma beli makanan kucing, sekarang Fayra punya kucing loh. Nanti papa lihat ya ke kamar Fayra." Cerita gadis itu dengan penuh semangat.

"Sini bawah turun aja, papa mau lihat." Ucap Evan.

Fayra menggeleng, "nanti ma-" up Fayra hampir kelepasan. Hadeuh dasar Fayra, saking senangnya bercerita dia hampir kelepasan.

"Kenapa sayang?" Tanya Evan pada putrinya.

"Nggak pa, takut kucingnya nanti masuk angin." Jawab Fayra berusaha mengelak dan mengeluarkan cengiran andalannya.

"Ada-ada aja kamu ini nak." Ucap Evan.

Keduanya pun asik bercerita, dan hanya saat-saat seperti ini Fayra bisa bebas bercerita tanpa takut ada yang mencela dirinya, dan hanya papanya tempat dia pulang.

Keduanya mengobrol cukup lama hingga akhirnya mamanya kembali turun dan mengajak mereka makan malam.

Ketiganya sudah berkumpul di meja makan, dan hanya Nancy yang masih belum turun.

"Nancy mana ma?" Tanya Evan.

"Ngga tau mas, coba kamu ajak turun." Ucap Aida.

"Kalian tunggu dulu, papa mau lihat Nancy." Ucap Evan dan mulai beranjak meninggalkan ruang makan menuju kamar anak sulungnya.

Melihat Evan yang sudah menghilang di balik tangga Aida pun langsung membuka suara.

"He kamu, jangan mentang-mentang papa di rumah kamu bisa seenaknya bikin anak kesayangan mama sedih. Dan ingat ya, kalau sampai kamu ngadu macam-macam sama papa, mama akan bikin kamu pergi dari rumah ini." Ancam Aida dengan tatapan yang amat sangat tajam dia berikan pada Fayra.

Gadis itu tidak menjawab ancaman dari mamanya, dia hanya menunduk tanpa mengeluarkan sepatah-kata pun sampai papanya kembali turun.

Melihat Evan yang sudah kembali terlihat Aida pun langsung berdiri dan berpura-pura mengambilkan makan Fayra.

"Eh kamu tadi minta ini kan sayang?" Tanya Aida pada Fayra sembari menunjuk cumi Pete yang sebenarnya itu adalah makanan yang Fayra tidak suka sejak dulu.

Namun gadis itu tetap mengangguk dan membiarkan mamanya menaruh cumi Pete itu di piringnya.

Saat Evan sudah sampai di meja makan pun laki-laki itu langsung membuka suara, "loh sayang, bukannya kamu ngga suka Pete ya nak?" Tanya laki-laki paruh baya itu.

"Fayra pengen nyoba aja pa, hehehe" jawab gadis itu berbohong.

"Ouh yaudah kalau gitu." Jawab Evan dan langsung mendudukkan dirinya di kursi yang sudah di sediakan.

"Nancy kamu mau apa nak?" Tanya Aida pada anak sulungnya itu.

"Terserah mama aja." Jawab Nancy.

Aida pun langsung mengambilkan anaknya itu rendang.

Setelah itu mereka semua langsung melanjutkan makan malam dengan khidmat berbeda dengan Fayra yang sudah benar-benar mual. Perutnya sama sekali tidak bisa menerima Pete yang dia makan ini, Fayra pun memutuskan untuk segera menghabiskan makan malamnya agar bisa segera kembali ke dalam kamar.

Setelah suapan terakhir Fayra langsung bangkit dari tempat duduknya, "ma, pa, kak aku naik dulu. Ada tugas yang belom aku kerjain." Ucap Fayra dan langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamarnya Fayra langsung berlari ke dalam kamar mandi yang memang berada di dalam kamar pribadinya.

Gadis itu langsung mengeluarkan semua makanan yang barusan dia makan, bukan lebay atau gimana, tapi sejak kecil Fayra memang tidak bisa makan Pete.

Setelah selesai gadis itu langsung tumbang di atas ranjang miliknya, setelah semua isi perutnya keluar rasanya tubuh Fayra sudah tidak ada tenaga lagi.

"Semoga ngga Kabuh mag gue." Batin Fayra.

Saat ingin memejamkan mata tiba-tiba Moly kucing barunya sudah meloncat naik ke atas perut Fayra.

Gadis itu langsung mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata dan langsung memberi senyum hangat pada anak kucing barunya.

"Hai Moly, apa kamu sudah kenyang?" Tanya Fayra pada anak kucing di atas perutnya.

Seakan tau dengan apa yang Fayra ucapan, kucing mungil itu mengeluarkan suara "meow" yang begitu mengemaskan yang membuat Fayra tak mampu untuk tidak membawa anak kucing itu ke dalam pelukannya.

"Makasih Moly udah nemenin gue." Ucap Fayra dan langsung memejamkan mata untuk segera menjelajahi alam bawah sadar. Tak lupa gadis itu menaruh Moly di tempat yang nyaman di sebelahnya.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now