part 27

130 29 0
                                    

Hai gays apa kabar?
Buat kalian yang menemukan typo bantu komen ya dan juga jangan lupa kasih vote.
Mampir juga ke IG : hsnlsr_
Tik tok : hsnlsr
Btw ada yang nunggu author up ngga? Jangan lupa komen untuk part selanjutnya.











































Saat ini Aska dan El masih duduk sembari menemani ibu Leon yang ternyata dari tadi sendiri karena Leon sedang berkerja part time di salah satu cafe, Aska jadi kasian. Laki-laki itu teringat mamanya, Aska membayangkan apabila posisinya berada di posisi Leon.

"Ka Leon udah Dateng" kata El memberi tahu Aska.

"Lo suruh tunggu di luar, mau gue ajak cari makan sekalian. Dan suruh salah satu anggota Aodra untuk memindahkan kamar ibu Leon ke ruang VVIP" ucap Aska pada El.

"Aduh nak tidak perlu, kasian Leon tidak ada biaya nak. Apalagi sekarang dia harus cari uang sendiri karena ibu yang sakit" sahut Rini ibu Leon.

"Tante tenang aja, Leon adalah anak yang baik di geng Aodra tan. Saya dan semua anggota Aodra wajib berbalas Budi atas kebaikan Leon itu, jadi Tante tidak perlu khawatir masalah biaya ya" ucap Aska pada ibu Leon.

"Nak apa ini tidak merepotkan kalian?" Tanya ibu Leon.

"Tentu saja tidak Tante, kami malah sangat senang bisa membantu Tante" sahut El.

"Terimakasih Aska, El. Tante nggak tau harus berterimakasih seperti apa atas kebaikan kalian ini" ucap Rini.

"Sama-sama Tante, saya izin keluar ya Tante. Tante nanti akan di temani El dan saya akan menyuruh salah satu anggota Aodra lain untuk masuk dan jaga Tante" ucap Aska.

"Iya nak, kamu hati-hati ya" jawab Rini.

"Baik Tante, saya izin keluar dulu" ucap Aska dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Saat di depan pintu Aska langsung membuka suara, "Jay tolong Lo masuk temenin El, dan kalian semua tetap nunggu di sini sampai gue balik ke sini lagi, dan Lo Yon. Ikut gue," ucap Aska dengan nada tajam pada Leon.

Aska dan Leon saat ini berada di rooftop rumah sakit.

Mereka hanya diam tanpa mengeluarkan satu katapun dari satu sama lain, Aska pun mulai melangkahkan kakinya menuju pinggiran rooftop.

"Kenapa Yon?" Tanya Aska. Sedangkan Leon yang kebingungan pun hanya bisa diam, laki-laki itu tidak tau harus menjawab dengan apa pertanyaan dari leadernya itu.

Aska yang tidak mendapat jawaban dari Leon pun langsung kembali membuka suara, "Kenapa hah? Bentak Aska. "Kenapa Lo nggak ngasih tau anggota Aodra kalau Lo ada masalah, sebenarnya Aodra ini Lo anggap apa? Tempat Lo nongkrong doang? Atau tempat Lo buat ngilangin rasa bosan Lo?" Lanjut Aska pada Leon.

"Sorry Ka, tapi bukan gitu maksud gue. Gue nggak mau nyusahin anak Aodra" jawab Leon pelan.

Bugh..

Satu Bogeman mentah Aska arahkan pada pipi Leon, "apa Lo bilang, Lo takut nyusahin kita? Hah!" Sentak Aska, "jawab tolol, kenapa Lo diem aja. Gue kasih tau ke Lo ya, Aodra itu bukan hanya geng yang berisi anak-anak muda tidak berguna, tapi di dalam Aodra itu selalu ada darah persaudaraan yang kental antar sesama geng kita. Kita bukan hanya geng yang akan bersatu hanya saat bersenang-senang aja Yon, Lo harus paham ini, kita juga akan ikut sedih saat salah satu anggota geng kita ada masalah. Tapi kenapa Lo malah nggak enak dan takut nyusahin, apa Lo nggak anggap Aodra ini sebagai rumah ke-dua Lo Yon? Kalau iya beri tau gue Yon, biar gue bikin Aodra bisa menjadi tempat pulang Lo sama seperti rumah Lo sendiri" tutur Aska dengan nada yang begitu pelan.

Mendengar ucapan Aska barusan tentu saja Leon langsung merasa bersalah dan terduduk di lantai rooftop, "sorry bukan begitu maksud gue Ka. Bahkan gue udah anggap Aodra lebih dari sekedar rumah gue Ka, Aodra bener-bener segalanya bagi gue. Tapi gue nggak enak karena memang gue yakin gue bisa biayain ibu gue sendiri. Tapi ternyata nyari uang itu susah ka, jadi ibu gue harus sabar agar bisa gue bawa berobat. Maafin gue ya ka" kata Leon.

"Gue maafin Lo Yo, sorry gue udah marah-marah dan sampai pukul Lo. Sekarang Lo datengin anak Aodra yang lain dan minta maaf" ucap Aska.

"Lo tenang aja ka, gue emang salah. Gue bakal ke markas Aodra sekarang, tolong Lo jagain ibu gue ya" ucap Leon.

"Lo tenang aja, pasti gue jagain ibu Lo" ucap Aska.

...

Fayra saat ini sudah sampai di halaman rumahnya setelah diantar oleh Hani. Fayra mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah yang mungkin di dalam mamanya sudah siap memarahinya karena 3 hari tidak pulang.

Baru Fayra membuka pintu vas bunga cantik sudah melayang ke arahnya.

Prangg..

"Awss" ringgis Fayra saat vas itu mengenai dahinya.

"Kenapa masih pulang, saya kira kamu sudah tidak butuh kita lagi" ucap Aida dengan sengit pada Fayra, tanpa memperdulikan darah segar yang mengalir dari dahi anaknya itu.

"Kenapa kamu diam? Kamu memang anak yang licik Fayra. Kamu sengaja pergi agar saya dan papa kamu bertengkar bukan, sekarang kamu puas melihat saya dan papamu bertengkar?" Sinis Aida pada Fayra yang masih saja tidak membuka suara.

Badan Fayra saja belum fit 100% namun sekarang sudah mendapat serangan lagi. Dan sekarang kepala Fayra rasanya benar-benar pusing.

"JAWAB FAYRA! Kenapa kamu hanya diam? Apa memang ini rencana kamu untuk balas dendam dengan saya?" Bentak Hani.

"Aku nggak tau ma, aku nggak pernah sekalipun berniat balas dendam dengan mama" ucap Fayra.

"Halah nggak usah munafik Lo, gue tau ini pasti niat busuk Lo" ucap Nancy.

"Aku beneran nggak tau ma, aku bahkan nggak menghubungi papa sama sekali" jelas Fayra.

"Bohong dia pasti ma, anak ini pasti ingin papa benci sama kita" ucap Nancy.

"Kamu memang benar sayang, anak ini tidak pernah tau bersyukur. Sudah baik saya rawat kamu tapi kamu malah tidak tahu diri" kata Aida.

"Tapi aku kan anak mama" lirih Fayra.

"Kamu itu anak yang tidak saya harapkan! Kalau saja saya punya pilihan, saya lebih memilih mengugurkan kamu, Kalau saya tau kamu adalah anak pembawa sial!" Sengit Hani yang langsung membuat hati Fayra benar-benar sakit mendengar perkataan mamanya itu.

Deg..

"Maafin Fayra ma" ucap gadis itu. Namun Aida tidak menghiraukan ucapan maaf dari Fayra dan langsung berlalu begitu saja dari hadapan Fayra.

Sedang Fayra sendiri mendengar ucapan mamanya barusan tentu saja hati Fayra begitu sakit, bahkan sakit hatinya mengalahkan sakit yang ada di dahinya.

"Aku juga nggak minta di lahirin ma" kata Fayra begitu lirih.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now