Part 22

177 20 0
                                    

Hai gays apa kabar?
Buat kalian yang menemukan typo bantu komen ya dan juga jangan lupa kasih vote.
Mampir juga ke IG : hsnlsr_
Tik tok : hsnlsr
Btw ada yang nunggu author up ngga? Jangan lupa komen untuk part selanjutnya.

Happy reading


































"Aska" panggil Hani pada anaknya.

Aska yang sedang bersantai di depan televisi pun segera menghampiri ibunya.

"Iya Bun, kenapa?" Tanya Aska.

"Nak kita di sini masih 1 Minggu lagi, apa kamu udah ngabarin Fayra?" Tanya Hani.

"Bunda tenang aja, sebelum kesini aku udah ngabarin dia kok Bun," Jawab Aska.

"Yaudah, takutnya calon mantu kesayangan bunda itu nyariin" ucap Hani.

"Nggak kok Bun tenang aja," jawab Aska.

"Yaudah sini duduk dulu, buna pengen ngobrol sama kamu."

Aska pun mengangguk dan mulai mendudukkan dirinya di depan kursi yang berada di dapur.

"Bunda mau ajak kamu bertemu ayahmu nak, besok kalau kita- Ucapan bunda Hani terpotong oleh suara Aska.

"Nggak! Aska nggak Sudi ketemu laki-laki sialan itu" ucap Aska dengan amarah yang masih coba Aska tahan.

"Sayang, mau sejahat apapun ayahmu tetap saja darahnya masih mengalir di darah kamu sayang" tutur Hani lembut.

"Tetap Bun, Aska nggak mau" jawab laki-laki itu dan langsung beranjak pergi meninggalkan bundanya.

"Nak, dengerin bunda dulu" panggil Hani mencoba mencegah anaknya yang hendak beranjak, dia menuntun halus Aska agar kembali duduk di kursinya.

"Ayo kita berbicara tanpa melibatkan amarah ya sayang" ucap Hani.

Aska mengangguk, "aku mau membahas apapun sama bunda tapi tolong bunda jangan ajak Aska untuk bahas laki-laki itu Bun, Aska benci sama dia!" Lanjut Aska.

"Nggak, kamu nggak boleh benci sayang bunda nggak pernah ngajarin kamu jadi anak pendendam seperti ini. Ayo kita berdamai dengan masa lalu nak, bunda sudah memaafkan ayahmu sayang, sekarang giliran kamu" lanjut Hani.

"Sampai kapanpun Aska nggak akan maafin laki-laki sialan itu Bun, mau laki-laki itu sujud di kaki Aska pun Aska nggak akan mau maafin laki-laki brengsek itu!" Ucap Aska dengan menggebu-gebu.

Hani menggeleng, Hani tidak ingin anaknya menjadi seperti ini, "nak dengerin bunda ya, bunda mohon kita pelan-pelan bisa berdamai sayang. Apa kamu tidak rindu dengan adikmu? Bunda tidak apa-apa sayang bunda sudah memaafkan ayahmu"

Aska menggeleng keras, "bunda tidak apa-apa, tapi hati Aska sakit bunda, 15 tahun itu bukan waktu yang sikat Bun. Bunda harus ngurus Aska sendiri, sedangkan laki-laki sialan itu apa dia memikirkan kita? Memikirkan keadaan kita? Tidak Bun, aku mohon sama bunda jangan paksa Aska buat berdamai dengan laki-laki sialan itu. Aska bisa mencari adik Aska dengan cara Aska sendiri!" Ucap Aska dan langsung berdiri meninggalkan bundanya.

"Maaf bunda, maaf kalau sikap Aska bikin bunda khawatir dan sakit hati. Tapi hati Aska masih belum bisa menerima laki-laki yang sudah bikin bunda hampir demi menghidupi Aska itu" batin Aska tak terasa air matanya ikut menetes mengingat semua perjuangan bundanya.

Hani menatap nanar panggung anaknya, "bunda faham apa yang kamu rasakan nak, maafin bunda yang terlalu memaksa kamu. Tapi bunda takut kamu akan terus benci pada ayahmu nak," batin Hani.

Kita dan Takdir (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang