Andaikan kau datang

530 74 9
                                    

"I've lost enough to never need another lesson in heartache again. - a u t u m n "

---

[*]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[*]

Sudah tiga hari berlalu sejak Oma dikuburkan. Rumah Oma terasa sangat kosong. Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh Raga. Kerap kali dadanya terasa sesak ketika berjalan ke dapur untuk mengambil air putih, melewati kamar Oma yang selalu tertutup beberapa hari ini. Tidak ada lagi suara Oma yang memanggil Raga untuk sarapan dan makan siang.

Hujan turun cukup deras hari itu. Raga mendapati rumah Oma kosong karena Liam sedang pergi keluar dan Ibu Citra sudah selesai membereskan rumah. Raga baru saja pulang dari makam Oma. Pemuda itu meninggalkan payung di pusara Oma agar Oma yang sangat ia sayangi itu tidak kehujanan.

Raga terduduk lesu di ruang makan memandang kosong seisi rumah Oma. Perasaan yang sudah hampir Raga lupakan kini harus terulang lagi. Sama persis seperti saat Raga kehilangan Bundanya. Tanpa disadari air mata menetes di pipi Raga. Pria itu tertunduk, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan yang bersandar di meja makan. Terisak. Akhir-akhir ini Raga sering menangis sendiri.

Tiba-tiba tangan mungil mengusap pundak Raga lembut. Selama beberapa menit tanpa suara tangan itu masih terus berada di pundak Raga. Raga mengangkat wajahnya perlahan dan memandang sosok yang sejak tadi ada di samping. Wajah putih Raga sudah penuh air mata, terlihat pucat. Dengan nafas terengah-engah karena habis menangis keras Raga hanya menatap Jiwa dengan wajah sayu.

Melihat Raga dengan kondisi seperti itu membuat Jiwa tidak bisa membendung air matanya juga. Jiwa membuka kedua tangannya memberikan pesan bahwa Raga boleh memeluknya. Tanpa menunda Raga langsung memeluk Jiwa. Tubuhnya sangat lemah.

"Ji, sakittt. Sakit banget," ucap Raga lirih di telinga Jiwa. "Aku gak kuat, sesak banget rasanya, aku gak bisa nafas," lanjut Raga sambil terus menangis.

Jiwa tidak tahu harus berkata apa. Gadis itu hanya mempererat pelukannya, memastikan kalau Raga merasa tidak sendirian. Dia hanya perlu ada di sana menemani Raga menangis bersama.

Tuhan, aku harap ini cuma mimpi. Aku udah coba untuk bangun tapi gak bisa.

Jiwa bisa mendengar dengan jelas suara hati Raga.

Ga, seandainya aku tahu caranya membuat perasaan kamu lebih baik, akan aku lakuin. Tapi aku beneran gak tau caranya. Maafin aku. Aku gak tega ngeliat kamu begini.

Jiwa yang kebingungan bagaimana harus menghibur Raga hanya bisa terus memeluk pria di hadapannya. Setelah beberapa menit berlalu, tangisan Raga mulai mereda. Jiwa menghapus tetasan air mata yang membasahi wajah Raga dengan lembut.

UnconditionallyWhere stories live. Discover now