Senyumlah

1K 88 9
                                    

"Senyumlah syukuri hidupmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Senyumlah syukuri hidupmu."

-Senyumlah-Andmesh-

[*]

Rintik hujan secara serentak turun dari langit membasahi Trez pagi itu. Jiwa sedang menyiapkan sarapan untuk Raga yang sibuk dengan tabletnya di meja makan sambil menyeruput kopi hangat yang sudah dibuatkan oleh Jiwa lebih dulu. Sesekali mata Raga tertuju ke arah dapur di mana Jiwa sedang sibuk dengan peralatan masaknya.

"Sayang, udah ada info dari Bu Citra?" tanya Raga yang menghentikan aktivitas Jiwa sementara.

"Kata Bu Citra minggu depan orangnya datang. Aku mau siapin kamar di atas untuk mbaknya nanti," jawab Jiwa yang sempat berbalik ke arah Raga kemudian kembali lagi ke aktivitasnya setelah selesai berbicara pada Raga.

Beberapa detik kemudian tangan Raga sudah melingkar di perut Jiwa yang sudah mulai membesar. Raga mengecup lembut pundak istri kesayangannya dan menyandarkan sejenak kepalanya di sana.

"Boleh gak kalau kamu jangan terlalu capek? Gak perlu siapin aku sarapan gapapa, aku gak mau kamu kecapean," bisik Raga di telingan Jiwa.

Jiwa menoleh ke samping, kini mata keduanya bertemu, "Tapi aku bosen kalau diem terus. Lagian kata dokterkan aku tetap boleh beraktivitas."

"Iya tetep aja jangan kecapean. Our babies udah makin besar kamu pasti lebih gampang capek. Bersihin kamar buat Mbak nanti aku minta mama suruh Mas Ojan yang biasa bantuin di rumah Papa. Oke?" Raga memberikan peringatan pada Jiwa.

Cup.

Satu kecupan berhasil membungkam celotehan Raga.

"Ji, aku serius sayang," wajah Raga tidak berubah tetap serius.

Cup. Jiwa mencoba untuk ke dua kalinya.

"Jiwa, aku gak lagi bercanda. Ini buat kebaikan kamu," Raga yang merasa sedikit kesal tidak sadar suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya. Hal itu murni karena kekuatiran Raga pada kondisi Jiwa yang memang berbeda dari ibu hamil pada umumnya. Usia kandungannya sudah mendekati waktu kelahiran jika tidak meleset dalam satu minggu ke depan perhitungan minggu ke 36.

Jiwa melepaskan pelukannya di tubuh Raga dan mundur beberapa langkah dengan wajah tertunduk lesu. Bukan tidak menyadari kondisinya, Jiwa hanya tidak ingin Raga terlalu cemas akan kondisinya. Biasanya Jiwa bisa lebih mudah mengerti isi pikiran Raga begitu mereka bersentuhan tapi semenjak kehamilannya tiba-tiba saja kemampuannya itu menghilang bukan hanya itu Jiwa tidak lagi bisa mendengar suara-suara bising seperti biasanya.

UnconditionallyWhere stories live. Discover now