Try Again

583 84 21
                                    

No matter how many times we fall apart, due to our frequent arguments
Like I said, we're the ones that matter the most, we're not meaningless
I'm taking a step forward and I'm telling you what the past has shown us

-Try Again, Jaehyun & dear m-

Ruangan dengan dominan warna putih itu tampak sunyi saat Jiwa masih memejamkan matanya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Ruangan dengan dominan warna putih itu tampak sunyi saat Jiwa masih memejamkan matanya. Perlahan kelopak mata Jiwa terbuka dan gadis itu hanya bisa melihat cahaya lampu yang tepat berada di hadapannya. Setelah beberapa kali Jiwa berkedip pandangannya mulai fokus.

Jiwa mencoba mengingat kejadian terakhir yang di alaminya sampai ia terbangun di kamar rumah sakit saat ini. Terakhir dirinya mencoba keluar dari theme park dan seorang pria yang ia kenal menghampiri untuk menahan tubuh Jiwa agar tidak jatuh. Setelah itu Jiwa ambruk dan tidak bisa mengingat apa-apa lagi.

Saat Jiwa masih mencoba mengingat semuanya seorang pria membuka pintu dari luar dan bergegas masuk menghampiri Jiwa.

"Jiwa, you ok?" tanya pria itu.

"I'm okay ka," Jiwa mengangguk dengan suara pelan.

"Kamu mau apa? Makan? Kamu pingsan hampir 3 jam, ayo makan ya mau makan apa? Kata dokter gak ada pantangan kok jadi bisa makan apa aja?" Pertanyaan tanpa henti dari pria itu membuat Jiwa kewalahan menjawab.

"Ka, aku gak lapar, nanti kalau udah lapar pasti aku minta makan. Kakak duduk sini pasti capek ngurusin aku masuk rumah sakit gini," jawab Jiwa yang meminta Dante untuk tidak melakukan apapun. Jiwa bisa mendengar jelas rasa bersalah Dante walaupun pria itu tidak menceritakannya. Dante sangat merasa bersalah karena datang terlambat bertemu Jiwa dan tidak mengangkat panggilan gadis itu.

"Jiwa, maaf ya. Maafin aku, gak seharusnya aku ngebiarin kamu nunggu," ucap Dante penuh rasa bersalah.

Jiwa mengambil tangan Dante yang diletakan di atas kasur tempatnya berbaring.

"Ka, gak usah minta maaf. Ini salah aku bukan salah kamu, udah cukup minta maafnya. Aku yang salah, udah tau sakit masih mau tetep ketemuan sama kakak. Aku kan udah janji mau kasih jawaban ke kakak," jelas Jiwa yang membuat Dante justru merasa bersalah.

"Jiwa, kejadian hari ini merubah jawaban kamu gak?" tanya Dante ragu. Jiwa menggeleng. "Jadi jawaban kamu apa?"

Jiwa dan Dante berbincang dengan jarak duduk yang cukup dekat karena suara Jiwa terdengar sangat pelan di telinga Dante. Pembicaraan mereka sangat serius sampai tidak menyadari sejak semenit yang lalu Raga berdiri di depan pintu yang setengah terbuka menunggu waktu yang tepat untuk bersiap masuk. Saat sudah siap untuk masuk Raga mengurungkan niatnya karena Dante tiba-tiba saja memeluk Jiwa.

"Kok gak masuk?" Liam yang datang menyusul karena harus memarkirkan mobil tampak dengan santai membuka lebar pintu kamar Jiwa dan berdiri di muka pintu. "Oh pantesan gak mau masuk," ucapan Liam tersebut membuat Dante melepaskan pelukannya dari Jiwa.

UnconditionallyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin