Peter Pan Was Right

706 120 56
                                    

Fairytales are not the truth

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Fairytales are not the truth. What am I supposed to do?

-Anson Seabra-

"Jiwa bisa dengar jelas gak suara hatinya Liam?" tanya Oma sambil sibuk membuat adonan kue di dapur bersama Jiwa.

"Bisa Oma. Tapi kayanya Ka Liam tuh jarang ngomong dalam hati deh, Jiwa dengernya cuma hal-hal gak penting aja gitu jadi ga terlalu banyak suara," ucap Jiwa.

"Apa aja tuh contohnya?" tanya Oma.

"Misalnya kaya makanannya enak, terus Ka Liam lagi capek pokoknya hal-hal yang pada umumnya aja," jelas Jiwa.

"Selain itu? Misalnya pendapat Liam soal Jiwa? Gak pernah denger?" pertanyaan Oma hanya disambut gelengan oleh Jiwa.

"Oh iya Oma, Raga sama Ka Liam kan adik kakak, kenapa Jiwa bisa dengar suara batinnya Ka Liam tapi kalau Raga gak bisa? Kalau Oma dulu gimana? Cuma Opa aja atau ada yang lain sebagai pengecualian?" lanjut Jiwa.

Belum sempat Oma Marie menjawab, kedua pemuda penjaga Oma sudah muncul ke dapur.

"Oma ada yang perlu dibantu gak?" Liam mengambil posisi di samping Jiwa.

Raga segera menyelip ruang kecil antara Jiwa dan Oma. Jadi saat ini posisinya diapit oleh Jiwa dan Oma.

"Ini apaan sih Ga, sempit," kata Jiwa sambil mendorong Raga.

"Iam (read : Yam), geseran dikit," ucap Raga agar bisa tetap ada di posisinya.

Liam bergeser sedikit ke kanan tapi Jiwa justru menarik Liam ke arah seberang. Jadi kini Jiwa dan Liam berhadap-hadapan dengan Oma dan Raga. Mata Raga menyipit melihat ulah Jiwa.

"Apa liat-liat?" Jiwa menantang.

"Jelek," jawab Raga sambil menyolek hidung Jiwa dengan tepung yang ada di depannya.. Jiwa menekuk wajah dan bersiap memukul Raga tapi dengan sigap Raga menghindar.

Oma tertawa melihat kelakuan cucu-cucunya. Liam yang tenang tapi lucu, Raga yang suka meledak-ledak dan Jiwa yang susah ditebak. Entah seperti apa akhir kisah mereka nantinya, pikir Oma.

"Oh iya, kalian jadi ikut bussiness trip Papa Mama kalian gak?" tanya Oma pada ketiga anak di hadapannya.

"Kalau kita pergi semua yang temenin Oma siapa?" tanya Raga.

"Oma bisa ke rumah kamu, kan ada mbak yang bisa jaga Oma. Sana gih pergi, sekalian liburan. Cuma tiga hari kan? Sebelum sibuk kuliah lagi," sahut Oma.

"Mau gak Ji?" kini Raga melirik ke arah Jiwa.

"Gue ga ditanya nih?" sahut Liam.

"Kamu mau ikut gak Liam sayang?" canda Raga.

"Geli, ihhh." Liam bergidik. "Kalau Jiwa ikut ya gue ikut," lanjut Liam.

UnconditionallyKde žijí příběhy. Začni objevovat