04

1.6K 185 4
                                    

Renjun diam sekaligus takut di hadapan jaemin, ia takut karena ia tidak tau di mana letak keberadaannya sekarang. Sementara jaemin masih menutup mulutnya, seperti enggan berbicara lebih dulu.

"sebenarnya aku di mana?" cicit renjun ragu dan takut

"kau tak perlu tau, yang pasti kau aman" balas jaemin datar

"apa yang terjadi?" renjun kembali bertanya, sebenarnya ia takut untuk berkata banyak namun, rasa penasarannya lebih dari rasa takutnya

Jaemin menghela nafasnya, menatap orang di depannya itu, "kau tadi di serang oleh murid di sekolah. Dan aku membawa mu ke sini"

Renjun tersenyum kecil, "seharusnya kau tidak perlu menyelamatkan ku, biarkan aku mati" balasnya lirih

Jaemin spontan menatap lebih lekat mata renjun yang terlihat pasrah, ia menggeram mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut renjun, "dengan mudah? Kau ingin mati? Hidup mu masih panjang, huang" suara berat jaemin menguar di telinga renjun

"aku sendiri, aku tak punya siapapun saat ini"

"kau bisa saja mati, tapi aku menyelamatkan mu" ulangnya lagi

"kenapa kau menyelatkan ku?" tanya renjun lagi, kali ini terdengar seperti penuntutan

"karena—

Dia mate mu

"kau mate ku"

Sial, jaemin dengan spontan berucap seperti itu karena bisikan yang kembali terdengar di gendang telinganya.

"hah? Mate? Maksud mu?" renjun tiba-tiba menjadi bingung sekaligus heran, ia tau pasal mate, tapi itu mengenai vampire dan dia bukan vampire, kan?

"aish, lupakan" ucap jaemin lalu memaningkan wajahnya ke arah lain

Renjun menarik lengan jaemin, bermaksud agar si empu melihat ke arahnya, "jelaskan pada ku. Mate? Aku bukan vampire seperti mu" tuntut renjun pada jaemin, wajahnya bahkan sudah berubah menjadi serius

"kau vampire, aku mengubah mu. Maaf."

Renjun tak percaya dengan ucapan jaemin, dengan segera ia meraba area lehernya, "bagaimana bisa... Kau mengubah ku tanpa seizin ku, bajingan!" renjun mulai tersulut emosi, ia menatap tajam ke arah jaemin

"kau, bajingan! Bisa-bisanya kau menjadikan ku vampire sialan seperti mu"

Karena renjun terus memberontak, jaemin segera memegang kedua pundak renjun guna menahan pemuda itu, "dengarkan aku—

"sialan! Kau siapa—

"HUANG RENJUN!" bentak jaemin, renjun langsung terdiam kala mendengar nada tinggi dari sang lawan

"maafkan aku, maaf karena mengubah mu tanpa izin dari mu. Maaf" ucapnya, jaemin menatap lekat ke arah mata lawannya yang sudah berkaca namun tatapannya masih tajam.

Jaemin dapat mendengar deru nafas renjun, ia terus mencoba memeberikan kata penenang, "maafkan aku, jika aku tak mengubah mu, kau akan mati" ucap jaemin
Renjun mendelik tajam, "seharusnya kau biarkan aku saja, sialan" geramnya

"aku bisa saja melakukannya, ren. Tapi, tiba-tiba ada bisikan yang meminta ku untuk mengubah mu" balas jaemin

Renjun tidak menjawab, melainkan hanya memalingkan wajahnya enggan menatap jaemin.

"maaf, aku akan menjaga mu sebisa ku" lirih jaemin













————————











Setelah kejadian itu, jaemin baru bisa pulang saat hari hampir berganti menjadi malam, ia bahkan langsung di sambut oleh ke khawatiran orang tuanya namun, jaemin hanya membalas seadanya dan langsung menuju kamarnya.

Jaemin melepaskan baju dan melemparnya ke sembarang arah, baru saja ia akan mengambil handuk, suara berat dari kembarannya terdengar di telinganya.

"kau darimana saja?" tanya jeno, ia sedang bersandar pada pintu

Jaemin hanya melihat ke arah jeno sekilas, "kau tak perlu tau" ketusnya

"kau membawa seorang siswa, bukan? Dan ku dengar dia manusia. Kau tak mungkin mengubahnya atau menjadikannya mangsa mu, bukan?"

Jaemin mencoba sabar saat harus meladeni jeno, namun saat ini rasanya ia ingin sekali menghantam leher tegas milik jeno.

"bisa kau tidak mengurusi urusan ku? Urusi saja diri mu" lagi-lagi jaemin berbicara ketus pada jeno

"aku kembaran—

"jangan anggap aku kembaran mu jika kau saja tidak bisa melihat ku bahagia, bajingan" desis jaemin dengan menatap tajam jeno di ambang pintu

"ayolah na, itu masa—

"tutup mulut mu sebelum leher mu ke hantam" tegasnya dengan suara yang semakin berat

Jeno hanya berdecak lalu pergi begitu saja, sementara jaemin menarik nafasnya lalu membuangnya secara perlahan, mencoba untuk menenangkan dirinya.


Out Of My MindDonde viven las historias. Descúbrelo ahora