12

1.3K 156 4
                                    

Renjun berharap semuanya akan ia lalui dengan tenang tanpa ada sesuatu yang menganggunya, kesehariannya sudah berubah, tidak seperti dulu saat ia masih sendiri.

Kini Renjun bersama Haechan berjalan menuju kantin, sudah jam istirahat dan Haechan langsung saja menarik Renjun untuk ikut bersamanya, padahal Renjun seharusnya menunggu Jaemin datang menjemputnya.

"chan, apa tak apa jika kita pergi lebih dulu?" lirih Renjun ragu, ia hanya tak suka dirinya di tatap oleh para siswa yang menatapnya

"tenang saja, selagi kau aman tak apa" balas Haechan santai.

"baiklah"

Mereka diam, tak ada obrolan lagi di antara mereka, namun beberapa menit setelahnya, Renjun tiba-tiba di rangkul oleh seseorang.

Auranya beda, bukan Jaemin. Renjun dapat merasakan itu, ia tau mana Jaemin dan mana yang bukan.

"ya! Lepaskan tangan mu, Jeno" peringat haechan, ia mencoba melepaskan tangan Jeno yang merangkul Renjun.

Yang di rangkul gugup, sekaligus sedikit takut, ia kini menjadi tontonan, apalagi jika Jaemin melihatnya nanti.

"santai, Chan. Aku hanya ingin lebih akrab dengan Renjun apa itu salah?" balas Jeno

Haechan berdecak kesal, "niat mu tak salah tapi diri mu yang membuatnya salah" desis Haechan

"bisa kalian berhenti bertengkar? Dan Jeno, bisa lepaskan tangan mu?" ucap Renjun, ia memberanikan diri untuk mengatakan itu semua karena tak mau menjadi tontonan

"santai Renjun, lagipula untuk apa takut dengan ku? Aku ini hanya bersikap baik pada mu"

"ingin bersikap baik? Maka lepaskan tangan mu itu" ucap Renjun, ia memang sedari tadi mencoba meleoaskan tangan Jeno namun pemuda itu malah mencengkeram pundaknya

"wow, kau sudah lebih berani ternyata" ucap Jeno sambil tersenyum

"of course, he's mine"

Renjun menoleh ke arah suara, ia melihat Jaemin yang berjalan dengan wajah datar mendekat ke arahnya. Lalu Jaemin hanya menatap datar Jeno yang masih menempel dengan menempel pada Renjun.

"bukankah Renjun sudah meminta lepaskan tangan mu? Apa kau tuli?" ketus Jaemin

Jeno malah tersenyum remeh, ia melepaskan tangannya lalu sedikit menjauh dari Renjun, "santai saja, Jaem"

"shut up!" desis Jaemin

Setelah itu, Jaemin memeluk pinggang Renjun sebelum pergi meninggalkan jeno yang hanya menatap mereka.

Sementara itu, Haechan tertawa meledek Jeno yang membuat Jeno merasa jengkel, "lebih baik kau menjauh dari Renjun" ucap Haechan dengan nada mengejek

Haechan ikut pergi menyusul Jaemin dan Renjun, meninggalkan Jeno yang kini menjadi perhatian para siswa yang ada di sekitarnya.

"sialan" gumam Jeno dengan mengepalkan tangannya erat











.............................







Setelah kejadian tadi, Jaemin menjadi sangat waspada dengan Jeno, karena kembarannya itu bisa berbuat nekat selama ia bisa, dan itu membuat Jaemin merasa terancam, ia takut jeno akan berbuat sesuatu yang tidak di inginkan olehnya.

"aku akan pergi ke sebentar, tak apa aku tinggal? Atau mau ikut dengan ku?" tanya Jaemin

Renjun yang sedang duduk di atas kasur hanya menggelengkan kepalanya pelan, "tidak, aku disini saja" balasnya

Jaemin mendekat ke arah renjun lalu mengusap rambut Renjun, "tapi aku takut Jeno menganggu mu" tutur jaemin, Renjun dapat merasakan rasa gelisah dari Jaemin

Senyuman Renjun pancarkan untuk meyakinkan Jaemin bahwa dia akan baik-baik saja, "aku tak apa, kau pergi saja jangan khawatir dengan ku"

"kau yakin? Jika aku lengah sedikitpun jeno akan semakin maju nantinya"

"aku akan baik, Na"

"baiklah, tapi jika Jeno berbuat sesuatu beritahu aku, mengerti?" pesan Jaemin

"mengerti!" Renjun berucap sambil berpose memberi hormat kepada Jaemin

Jaemin mengangguk melihat itu lalu ia segera pergi meninggalkan renjun, walau rasa khawatir terus ada dalam hatinya.

Setelah jaemin pergi, Renjun pergi ke arah balkon untuk memeriksa bunga baby breath miliknya, selain itu ia juga menikmati angin yang berhembusan dan ketenangan yang ada.

Selang beberapa menit, ada yang mengetuk pintu kamar, Renjun terlihat bingung, apa ada sesutu yang tertinggal milik Jaemin? Atau itu orang lain?

"siapa!" tanya Renjun sembari berjalan mendekat ke arah pintu

Karena tak ada jawaban, Renjun menjadi waspada, renjun memegang knop pintu lalu membuka pintu kamar

"hai, renjun"

Sial. Itu Jeno.

Out Of My MindOnde histórias criam vida. Descubra agora