18

1.1K 141 5
                                    

Melihat Renjun dan Jaemin semakin dekat membuat Jeno merasa kesal, Jeno sering melihat Renjun dan Jaemin bermesraan, saat kamar Jaemin sedikit terbuka, pasti Jeno melihat mereka sedang berpelukan.

Kesal, Jeno merasa sangat kesal akan itu. Apalagi saat melihat senyuman Renjun pada Jaemin, hatinya pasti akan berkata jika senyuman itu seharusnya untuknya bukan Jaemin.

Seperti sekarang, Jeno ingin sekali mendekat pada Renjun, hanya saja Jaemin terus saja bersama Renjun.

Jeno merasa dirinya seperti pengecut karena tidak bisa mendekat pada Renjun, padahal dirinya bisa melakukannya hanya saja Jaemin pasti akan langsung menghajarnya dan terjadi lagi keributan.

Saat ini Jeno hanya memperhatikan Renjun dari jauh, sampai saat ini Jeno masih berusaha untuk sabar, namun tak menjajikan jika ia hanya akan terus seperti ini.

Berbeda dengan Renjun, ia dan Jaemin kini ada di ruang keluarga, hanya untuk sekedar berbincang dengan Taeyong, sementara Jaehyun ia ada di kantornya.

Jaemin yang ada di sebelah Renjun merangkul pundak Renjun sembari mendengarkan Renjun dan Taeyong.

"teman mommy tidak menginap di sini?" tanya Renjun, karena merasa jika ia ada ingatan mengenai teman Taeyong itu membuat Renjun ingin mencari tau

"sebenarnya mommy sudah menawarkan untuk menginap di sini saja tapi, mereka lebih memilih untuk menginap di hotel" balas Taeyong

"apa ada sesuatu, Ren?" celetuk Jaemin, membuat Taeyong dan Renjun menoleh padanya

Namun Renjun hanya mengangguk kecil, "saat melihat teman mommy, tiba-tiba aku mengingat sebuah ingatan yang hilang"

"ingatan?" bingung Taeyong

Renjun kembali mengangguk, "hanya saja ingatan itu masih tidak jelas" sedih Renjun

"tak apa, mungkin nanti ingatan itu menjadi lebih jelas" ucap Jaemin dengan mengelus pundak Renjun dengan lembut













...........................









Renjun saat ini akan masuk ke dalam kamar, Jaemin pergi karena ada urusan dengan Mark, dan seperti biasa Renjun malas untuk ikut dengan Jaemin dan yang bisa ia lakukan hanya menunggu di dalam kamar.

Baru ingin masuk, suara berat membuat Renjun berhenti.

Renjun dengan ragu berbalik dan seketika tubuhnya berhadapan dengan tubuh Jeno, Renjun mulai waspada bahkan ia berjalan mundur.

"aku hanya ingin berbicara dengan mu, jangan takut, ku mohon" pinta Jeno

Renjun merasa jika Jeno yang ada di hadapannya ini sangat berbeda, bagaimana cara, nada dan ekspresi Jeno saat berbicara dengannya tidak seperti Jeno yang biasanya.

"apa? Aku tak punya waktu banyak" balas Renjun, ia harus berani untuk menghadapi Jeno

"aku hanya ingin meminta maaf" ucap Jeno lirih, bahkan kepalanya mulai menunduk, "maaf karena sudah lancang pada mu, bahkan aku sampai berkelahi dengan Jaemin karena itu. Aku tau jika kau memang mate Jaemin, hanya aku cemburu. Bagaimana jaemin bisa memeluk mu dengan bebas, aku tau aku tak ada hak tapi, aku juga ingin merasakan bagaimana bisa memeluk mate ku sendiri" masih dengan menundukan kepalanya Jeno berucap

Renjun merasa bersalah, entah karena apa. Ia mengusap pundak Jeno, "tak apa aku tau perasaan mu, hanya saja semua tergantung pada Jaemin, kembaran mu sendiri" balas Renjun, mau bagaimanapun Jaemin yang lebih berhak, ia mate Jaemin, dan Jaemin adalah dominantnya

Jeno mendongak menatap Renjun, "aku tau, tapi..." Jeno ragu untuk melanjutkan ucapannya, namun Renjun menyuruhnya untuk melanjutkan ucapannya, "boleh aku memeluk mu? Hanya kali ini" pinta Jeno ragu

Renjun tersenyum tipis, walau ia juga merasa ragu namun ia tetap melakukan, hanya untuk kali ini dan seterusnya hanya Jaemin yang akan menentukan yang seharusnya.

Dalam pelukan, Jeno mengelus punggung Renjun begitu juga sebaliknya, "maaf dan aku mencintaimu"

Renjun terkejut mendengar itu, namun ia juga tak bisa membalas ucapan Jeno, ia hanya tersenyum.

Saat mereka melepas pelukan, Jeno tersenyum manis bahkan matanya seperti bulan sabit, dan Renjun ikut tersenyum membalas Jeno

"terimakasih—



BUGH!

Baru mengucapkan terimakasih, Jeno langsung di hantam oleh pukulan Jaemin yang tiba-tiba itu. Dan sialnya jeno yang tak siap sedikit oleng dari posisinya.

"JAEMIN!" pekik Renjun terkejut

Jaemin mendekat ke arah Jeno, tangannya memegang kerah Jeno lalu menatap sang lawan dengan tajam.

"sudah ku bilang untuk tidak menyentuh Renjun, sialan!" geram Jaemin

"tenang, Jaem. Aku hanya meminta maaf" jelas Jeno, namun Jaemin sepertinya abai dengan alasan yang diberikan Jeno.

"aku tak perduli, kau itu licik" ucap Jaemin

Renjun yang melihat itu segera menahan Jaemin, ia memegang lengan Jaemin lalu menyuruh Jaemin untuk berhenti, "Na, ku mohon berhenti" pinta Jaemin

Jaemin melepaskan tangannya dari kerah Jeno, kini ia beralih menatap Renjun, "masuk ke kamar" perintah Jaemin

"tapi—

"ku bilang masuk" tegas Jaemin, auranya sudah berubah membuat renjun hanya bisa diam dan menurut.

Setelahnya, Jaemin berbalik dan kembali menatap Jeno, "ingat batasan mu, Jung" ucap Jaemin.

Jaemin kembali memukul Jeno lalu meninggalkan Jeno tanpa perduli dengan keadaannya.

Jeno mengusap pipinya lalu tersenyum tipis, "ku harap kali ini akan berhasil" lirihnya melihat pintu kamar Jaemin tertutup.



Out Of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang