19

1.1K 152 0
                                    

Jaemin masuk kedalam kamarnya dan melihat Renjun menunduk karena jujur saja Renjun sangat takut saat ini, belum lagi ingatan yang masih belum jelas bahkan ingatan itu juga terus berputar di kepalanya membuat kepalanya sedikit pusing tapi aura Jaemin benar-benar membuatnya semakin takut dan seakan-akan tercekik.

"Apa yang sudah aku katakan padamu Huang?" Datar Jaemin.

"Na, aku-"

"Apa?" Datar Jaemin.

"Aku benar-benar tidak bermaksud melakukan itu Na. Aku hanya membiarkan karena Jeno memang meminta maaf pada ku, aku tidak melakukan hal lebih sama sekali." Ucap Renjun dengan susah payah.

"Kau tau dia seperti apa bukan?" Datar Jaemin bahkan tatapannya berbeda dari tatapan biasanya.

"Aku tau-" Renjun menghentikan ucapannya karena ingatan itu semakin menyakiti kepalanya hingga dia benar-benar merasa pandangannya semakin memburam.

Bruk.

"Renjun?!" Kaget Jaemin lalu diapun menepuk pipiku Renjun pelan untuk menyadarkan matenya itu, jujur dia benar-benar sangat kalut bahkan cemas saat ini, hingga diapun langsung menggendong Renjun dan memakai teleportasi nya menuju rumah sakit.











At. Rumah sakit.

Jaemin menunggu dengan duduk di bangku tapi jujur saja dia takut terjadi hal buruk pada Renjun, jika sampai Renjun begini karena dia maka dia akan menyalahkan dirinya sendiri sekaligus mengajak Jeno berduel untuk membuatnya jerah.

Disaat bersamaan Haechan dan Mark datang karena Jaemin memang mengabari Mark sebelumnya.

"Jaem."

"Hyung."

"Apa yang terjadi dengan Renju, Jaem? Kenapa dia tiba-tiba pingsan?" Cemas Haechan.

"Ini semua karenaku." Ucap Jaemin menunduk.

"Apa maksudmu?" Ucap keduanya.

"Andai saja aku mendengarkannya dan tidak marah padanya. Tapi. Ini semua juga karena sih sialan Jeno." Ucap Jaemin benar-benar kalut.

"Sudah kuduga. Pasti tidak akan jauh-jauh dari Jeno." Ucap Haechan.

"Kau tenanglah Renjun pasti baik-baik saja Jaem." Ucap Mark mengelus punggung Jaemin.

Ceklek.

Jaemin lantas mendekat pada dokter itu.

"Bagaimana keadaan mate saya?" Cemas Jaemin.

"Sudah jauh lebih baik tuan."

"Kenapa dia bisa pingsan dok?" Ucap Haechan penasaran.

"Sepertinya karena ingatan yang dia ingat membuatnya semakin bingung, kalau saya benar mungkin ingatannya tidak jelas makanya kepalanya semakin sakit dan akhirnya pingsan. Usahakan agar dia tidak terlalu memaksakan ingatannya." Ucap dokter itu.

"Baik dok, saya mengerti. Apa saya bisa melihatnya?"

"Silahkan tuan." Ucap dokter itu lalu Jaeminpun masuk lebih dulu diikuti oleh markhyuck.

Di dalam ruangan...

Jaemin mendekat dan duduk disebelah bangsal Renjun bahkan dia langsung menggenggam tangan matenya yang belum sadar.

"Sayang, maafkan aku" Ucap Jaemin sembari mengecupi tangan yang dia genggam itu.

Bersamaan dengan Renjun yang membuka matanya secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya. Lalu diapun melihat Jaemin, Mark dan Haechan.

"Na?" Jaemin langsung mengangkat wajahnya dan menatap Renjun yang baru saja sadar dan langsung memeluk perutnya bahkan dia benar-benar meneteskan airmatanya.

"Maafkan aku. Maafkan aku. Tolong jangan membuatku cemas. Aku minta maaf karena tidak mendengarkanmu. Maafkan aku." Ucap Jaemin sembari menangis di perut Renjun. Membuat markhyuck sangat kaget karena melihat Jaemin seperti saat ini. Renjun hanya tersenyum kecil lalu mengelus kepala Jaemin.

"Tidak apa Nana. Aku begini juga bukan karena kau marah padaku, hanya saja kepalaku sakit tadi." Jaemin lantas mengangkat kepalanya dan diapun mengelus kepala Renjun.

"Harusnya katakan padaku, jika kau merasakannya lagi segera katakan padaku. Hmm?" Ucap Jaemin.

"Hmm." Angguk Renjun dan Jaemin langsung menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Renjun dan mengecup tanda dimana dia menggigit Renjun agar Renjun cepat pulih karena itu adalah salah satu caranya.

Out Of My MindHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin