#CASE 30

952 59 0
                                    

KAKI melangkah ke arah rumah flat Anne yang berada di tingkat teratas sekali dari ketinggian 10 tingkat . Dia berdiri di hadapan rumah itu . Mulutnya memuncung memandang sekeliling sebelum tangan menekan loceng .

Anne yang duduk terpaku di sofa segera menoleh memandang ke arah pintu . Irfan memberi isyarat mata menyuruh gadis itu untuk membukakan pintu buat Yara .

Terusan sahaja Anne menurut . Irfan sudah masuk ke dalam bilik stor kecil untuk menyorok di situ . Pintu dibuka dan Yara terus melemparkan senyumannya .

" Anne ? Okay ? " dia mengangguk . Yara hairan saat wajah itu pucat lesi . Mata Yara memandang sekeliling rumah Anne . Cantik dan kemas .

Dia terkaku saat matanya terpandangkan kesan tapak kasut yang hampir hilang kesannya . Dia lihat pun disebabkan daripada cahaya matahari yang menerosok masuk ke dalam ruangan tersebut . Yara mengeluarkan telefon bimbitnya sambil disengajakan berjalan lambat . 

" Aku buat air dulu . Duduklah . Ada benda aku nak cerita "

" Anne " bahu gadis itu ditahan . Yara menunjukkan skrin telefonnya pada gadis itu . Anne membaca satu baris ayat yang ditunjukkan padanya .

' Ada orang lain dalam rumah ni ke ? ' Anne mengangguk bila Yara dapat tahu segalanya tanpa dia sedari . Kuat benar firasat hati inspektor polis tersebut .

" Irfan ? " dia mengangguk lagi . Yara mengusap bahu itu . Dia membuat isyarat agar berbuat seperti tiada apa- apa yang berlaku . Yara terus menerpa ke arah sofa . Anne pula ke dapur .

" Ouh ya Anne . Ada jumpa Irfan ? Lepas kejadian tequilla haritu terus tak jumpa dia " sengaja Yara buat-buat berbual kuat untuk tidak menaikkan suasana suram di dalam rumah itu .

Sambil itu tangannya sibuk melihat peluru yang berada di dalam pistolnya . Alhamdulillah masih penuh . Telefon dikeluarkan . Dia membuat panggilan kepada setiap anggota kumpulannya .

Mereka yang berada di berlainan lokasi hairan saat Yara membuat panggilan secara berkumpulan . Akim terus mengangkat panggilan itu diikuti yang lain .

" Hello ? Kenapa Yara ? "

" Haah . Kenapa call ? "

" Silent and listen " itu sahaja yang Yara katakan . Nasib sahajalah dia memakai earbud miliknya . Mereka semua sekadar menurut arahan .

" Err... tak jumpa pula dia . Dah lari agaknya "  Anne menatang dulang ke ruang tamu . Dia membuat isyarat mata menandakan Irfan ada di dalam stor kecil .

" Kau minumlah dulu " Yara mengangguk . Dia mencicip sedikit minumannya tenang . Ekor matanya memandang pintu stor kecil itu terbuka . Dalam hati sudah berdoa kepada Allah agar melindungi dirinya yang sekali lagi bersendirian melakukan tugas .

Irfan melangkah perlahan ke arah Yara yang duduk di sofa membelakanginya . Anne yang berdiri memandang sahaja Irfan dan dia mengarahkan gadis itu agar berdiam diri .  Pistol sudah dipersiapkan untuk mengacu ke kepala itu .

Lagi tiga tapak Irfan mendekati , terus dia menarik tangan Anne yang menjerit terkejut dan memeluk gadis itu kemas . Yara memusingkan tubuh berdiri mengacukan pistol tepat kepada lelaki itu . Irfan juga berbuat perkara yang sama . Lelaki itu tertawa sinis .

" Hei... laju eh ? "

" Letakkan pistol tu " rakan sepasukannya mula terkejut bila kedengaran suara Irfan . Kaysa mula gelabah memanggil nama Yara .

" Weh ! Kau memang nak mati ke gila ?! " Yara tetap mengabaikan suara marah-marah itu . Jangan katakan Kaysa marah-marah , Akim pun sama sedang berleter padanya .

HEMLOCK ✅Where stories live. Discover now