#CASE 36

811 48 0
                                    

PELUH membasahi dahinya itu dikesat . Matanya tajam menikam mata suaminya dengan pandangan sinis . Penumbuk dikepal sebelum dia membuat serangan .

Nurhan lebih pantas . Tangan Yara menjadi sasarannya sebelum dilipatnya tangan itu rapat ke tulang belikat sebelum dijatuhkan tubuh itu ke bawah . Yara menumbuk lantai geram .

" Kenapa lembik sangat harini sayang ? Selalu okay je " Yara menarik nafas dan dihembus perlahan . Kaki ditongkat satu sementara sebelah lagi diluruskan kehadapan .

" Entah . Tak larat pula harini . Abang pun bukannya nak bagi peluang pada Yara " tidak Yara sangka suaminya ini mahir dalam seni pertahanan diri . Memang suaminya sahajalah menjadi tempat dia berlatih hari-hari .

" Yara sendiri cakap jangan bagi Yara peluang kan ? Nanti Yara kata Yara perempuan lemah "

" Pada mata abang , Yara tetap perempuan lemah . Mahir macam mana pun Yara dalam handle senjata , pukul orang ,
abang tetap kata Yara lemah " suaminya ini terlalu menjaganya . Jarinya luka terkena pisau pun dah gelabah cari first-aid . Apalah sangat pisau tu ? Peluru tembus badan pun dia pernah rasa tau .

" Abang sayang Yara . Amanah abang untuk jaga Yara dan pastikan Yara selamat . Ubah mindset tu jangan rasa diri tu  kuat sangat boleh ? Baru sengugut pun dah tumbang " Yara melibas tuala bewarna biru miliknya pada kaki suaminya geram . Sempat sahaja nak memerlinya .

Soal sengugut , Yara teringatkan sesuatu . Dia menoleh memandang jam digital yang tersedia masa dan tarikh digantung di dinding bilik gym ini . Terdiam dia dibuatnya .

" Abang , Yara baru perasan Yara tak datang period dah sebulan " Nurhan tergamam merenung Yara yang duduk di hadapannya .

" Haah kan ? Yara pun tak miss jadi makmum abang setiap kali solat . Takkan la... "

" Tak mungkin la ! " laju Yara memotong kata suaminya . Dia mula rasa gelabah . Nak panik atau tak ?

" Tak mustahil , sayang . Before kita kahwin ada pernah jadi macam ni ? " Yara menggeleng dengan wajah yang cuak . Dia rasa mahu menjerit takut sekarang . Eish ! Takkan la !

" Abang... takut la... "

" Apa nak ditakutnya ? Abang ada . Sayang duduk rumah abang pergi beli pregnancy test tu " Nurhan terus bangun dari duduknya . Kedua-dua tangan dihulur kepada Yara . Gadis itu menyambutnya sebelum Nurhan menariknya agar dia berdiri .

" Dah... Jangan takut . Doa je baik-baik . Abang tahu sayang nervous kan ? "

Pipi Yara dicuit sebelum ditarik tangan itu untuk keluar dari bilik gym bawah tanah ini menuju ke tingkat atas . Kedua-dua mereka membersihkan diri setelah gian mengeluarkan peluh bersenam tadi .

──•~❉᯽❉~•──

Nurhan yang duduk di birai katil menunggu isterinya itu keluar daripada kamar mandi . Dia tidak putus-putus berdoa kepada Allah agar semuanya baik-baik sahaja .

Bila pintu kamar mandi itu terbuka sahaja , laju Nurhan mendapatkan isterinya . Wajah Yara pucat lesi . Tangannya agak sedikit menggeletar memegang alat pengesan kehamilan itu .

" Yara ? Macam mana ?" Yara menghulurkan alat itu kepada suaminya . Nurhan mengambil alat tersebut daripada tangan isterinya . Keputusan yang sudah kelihatan di alat tersebut dilihat . Dengan perlahan bibirnya menguntum senyuman sebelum memeluk tubuh Yara yang masih kaku keras .

" Ya Allah sayang... Thank you ! " Yara masih kaku . Wajahnya tidak beriak . Nurhan yang sedar respon isterinya tidak sepatutnya begitu mula meleraikan pelukan . Dia memegang kedua-dua bahu itu dan diusap lembut .

HEMLOCK ✅Where stories live. Discover now