satu ; kita

742 51 4
                                    






Kalau suka silahkan dibaca, kalau tidak suka bisa ditinggalkan ....


Vote dan komennya jangan lupa~










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hei turun dulu! Itu kamu pakai rok kenapa nekat naik pohon segala sih?!"

"Apa sih kamu bawel banget, Har! Udah diem aja disitu!"

"Nah makanya itu Gita! Kamu kira aku nggak pegel ini tutup mata terus daritadi heh! Aku mau balik sekarang, jangan nyariin! Sumpah pegel banget tangan aku daritadi tutupin mata mulu!"

"Har, kok malah ditinggalin sih? Ini tangganya pegangin dulu! Woy ini gimana aku turunnya! Heh Hardan, balik nggak?!"

Sementara itu sang oknum yang sedang diteriaki oleh manusia di atas pohon, telah duduk tenang di atas motor-nya seraya memakai helm. Telinganya terpasang sejak tadi mendengar temannya mencak-mencak di belakang sana demi meraih atensinya. Tidak lama kemudian ia merasakan beban berat bertumpu di jok bagian belakang dengan sepasang lengan melingkar sempurna di sekeliling pinggangnya.

Kedua netra Hardan terpaku pada kaca spion bagian kanan, dimana bayangan seorang gadis yang ada diboncengannya terlihat jelas darisana. Bibir yang ditekuk lucu itu, membuat Hardan terkikik geli sebelum menyalakan mesin motor dan melajukannya pelan-pelan.

"Jahat banget kamu!"

"Ya habis kamu jadi cewek nggak ada anggun-anggunnya sama sekali!"

"Ya, kan aku nolongin anak kecil tadi ngambil layangan yang kesangkut di pohon. Kamu sih, kenapa pakai takut manjat pohon segala? Jadinya aku kan yang turun tangan bantuin bocil tadi?"

Gita terus menggerutu di sepanjang perjalanan pulang dan seperti biasa, seorang pemuda yang selalu setia memboncengnya kemanapun dan kapanpun itu-hanya tersenyum menanggapi setiap ocehannya. Hardan dengan santai membelokkan motornya memasuki area kedai yang kebetulan masih buka sore itu. Gita bersiap untuk marah, namun dengan cekatan Hardan membekap mulut mungilnya. Kedua mata sipit milik Gita terbelalak, tetapi bukannya terlihat seram, gadis itu justru terlihat sangat menggemaskan.

RUMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang