delapan belas; semua akan baik baik saja

101 13 0
                                    



Vote komennya boleh banget yukk


Hanum pulang dengan seraut wajah lesu yang ia tunjukkan secara terang-terangan di depan Gita dan Hardan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanum pulang dengan seraut wajah lesu yang ia tunjukkan secara terang-terangan di depan Gita dan Hardan. Pasangan suami istri tersebut baru saja saling melepas rindu dengan berpelukan hangat sembari menonton film. Namun pelukan keduanya terlepas begitu saja kala mendapati putri semata wayang mereka-masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu sembari menahan tangis.

Melihat putrinya untuk pertama kali setelah perjalanan bisnisnya, tentu membuat Hardan merasa bahagia. Tetapi senyumannya luntur kala mendapati Hanum berjalan menghampirinya dengan wajah menekuk seraya merentangkan kedua tangannya.

Tanpa banyak berpikir, Hardan turut merentangkan kedua tangannya menyambut masuknya sang putri ke dalam pelukannya. Lantas tangannya terjulur untuk mengusap surai hitam legam milik Hanum penuh kasih sayang. Sembari diperdengarkan suara isak tangis sang putri-yang membuat hatinya ikut pedih kala mendengarnya.

"Hey cup ... cup ... , papi sama mami disini, kamu boleh nangis sepuasnya tapi nanti janji harus cerita ya?"

Bukannya mereda, suara isak tangis Hanum terdengar kian nyaring. Gita yang berada disamping mereka ikut menjulurkan tangan guna menepuk-nepuk lembut punggung putrinya.

"Hanum masih marah ya sama papi, ngapain cerita ke papi coba?"

"Hmm ... lagi marah tapi peluk-peluk papi, gimana sih kamu?"

"Biarin, papi ini papi aku bukan sih? Dipeluk protes, nggak dipeluk juga protes!"

"Ya kamu yang mulai. Yang diinget cuma mami, papi nya nggak,"

Hanum sedikit melonggarkan pelukannya pada sang ayah lantas menatap Gita.

"Mi, papi nih!"

"Papi," tegur Gita pada Hardan.

"Kok aku sih sayang, anak kamu nih,"

"Heh bukan anak aku doang ya, anak kamu juga ini, anak kita!" ucap Gita mengoreksi dan Hardan meringis mendengarnya.

Sementara itu Hanum sibuk menangis. Tidak peduli sama sekali dengan perdebatan kecil diantara kedua orang tuanya. Pelukannya kembali mengerat pada tubuh Hardan dan dengan senang hati papi satu itu membalas pelukan sang putri.

Hari-harinya memang diwarnai dengan perdebatan kecil antara dirinya dan Hanum. Namun bukan berarti mereka berdua sama sekali tidak menjalin kerukunan. Hanum itu sangat manja pada Hardan, meskipun ya, tidak jarang pula dibuat kesal oleh ayahnya itu.

"Mami, Hanum laper,"

Kali ini Hanum sungguhan melepas pelukannya. Sisa-sisa jejak air matanya masih menempel pada permukaan kulitnya yang seputih susu. Ia menyelesaikan kegiatan menangisnya kemudian meninggalkan papinya yang tengah menatapnya cengo. Apa maksudnya ini?. Putri kecilnya itu benar-benar memeluknya untuk menumpahkan kesedihan saja? Tidak disertai dengan cerita sesuatu begitu?.

RUMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang