dua puluh tiga; pengirim pesan (2)

49 5 3
                                    







Selamat membaca ^^









Memang dasar kepala batu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Memang dasar kepala batu. Itulah mungkin kalimat yang pantas Kaia dengar dari orang-orang sekitarnya, apabila mereka mengetahui aksinya yang sungguh diluar nalar, sore itu.

Berbekal ransel kecil dan sebuah ponsel di tangannya, ia berjalan mengikuti arahan maps menuju sebuah tempat yang sama sekali belum pernah ia kunjungi. Sebuah tempat asing yang akan mempertemukannya dengan seorang pengirim pesan misterius yang ia terima beberapa minggu terakhir.

Tanpa ia ketahui pula, di belakangnya mengekor dua orang gadis yang sejak tadi berusaha menyembunyikan diri agar tidak terlihat oleh Kaia. Sedikit sulit melakukan hal semacam ini, terlebih lagi mereka tidak memiliki bekal apapun untuk menjadi seorang mata-mata.

Berbekal ilmu seadanya dari hasil belajar nonton film action, dua gadis itu memakai penyamaran yang cukup menutupi identitas asli mereka. Begitupula dengan cara menyembunyikan diri yang mungkin terlihat klasik, namun cukup berhasil diterapkan kali ini.

"Mbak Kaia ngapain sih cuma bawa ransel doang? Kenapa nggak sekalian bawa peta sama boots?

“Kamu pikir dia Dora?

Reine tertawa tertahan mendengar ucapan Hanum. Sembari menyembunyikan diri agar tidak terlihat oleh Kaia, ia sedikit melontarkan canda. Lelah juga seharian berakting serius, ia sudah tidak tahan berlama-lama menjadi sesosok mata-mata seperti ini.

“Lagian mbak Kaia mau ketemu siapa sih? Kita ngapain ngikutin dia?”

“Demi apapun kamu cerewet banget ya? Daritadi ngomong mulu,”

Secepat kilat Reine membuat gestur resleting di depan mulutnya sendiri. Sedangkan Hanum menggeleng pelan melihat aksi sang adik sepupu yang memang unik bin ajaib.

"Mbak mu dalam bahaya, kalau kita nggak ngikutin dia, nanti dia kenapa-kenapa gimana?” tanya Hanum.

Meskipun banyak sekali pertanyaan, Reine tidak ingin lagi berbicara. Ia hanya mengekori kemanapun Hanum pergi. Hingga mereka tiba-tiba saja berhenti di sebuah tempat yang cukup sepi. Tidak tahu dimana, tetapi tempat ini sangat jauh dari hiruk pikuk, semacam tidak ada kehidupan karena rumah-rumah di sekitarnya pun kosong melompong.

‘Dari sekian banyak tempat di bumi, kenapa si pengirim pesan ngajak Kaia ketemu di tempat kayak gini?’ gumam Hanum lirih.

‘Nggak bener nih,’ sambungnya.

Diraihnya tangan Reine lantas berjalan cepat menghampiri Kaia. Namun belum sempat langkahnya tiba di tempat tujuan, ia melihat sepupunya tersebut ditarik oleh seorang laki-laki yang entah siapa. Hanum melotot kemudian mengajak Reine lari bersamanya.

RUMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang