dua puluh lima; berdamai

83 5 2
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Jika diizinkan, aku tidak minta banyak hal kecuali satu ... )

“Mbak sini sebentar, ada yang mau ngomong sama kamu,”

( ... yaitu kebahagiaan.)

Marvin merekahkan senyuman kala melihat seorang anak gadis masuk ke dalam rumah lengkap dengan wajah bingung bercampur ketakutan. Namun semua itu tidak berlangsung lama, setelah dirinya melihat kehadiran papa dan bundanya di ruang tengah.

Kaia duduk di kursi dekat papanya, menghadap kepada seorang laki-laki dewasa yang ia temui tempo hari.

Seseorang yang telah meninggalkannya bersama sang bunda, sebatang kara. Seseorang yang telah menyembuhkan diri selama bertahun-bertahun tanpa berniat mencari keberadaannya.
Seseorang yang mengakui dirinya sendiri sebagai, ayahnya.

(Dan jiika diizinkan, aku ingin memutar waktu, dan mengembalikan semuanya seperti semula, mengurungkan niat dan tidak bertemu dengannya, dimana hari itu berujung pada sebuah petaka ... )

“Halo Kaia, kita bertemu lagi disini,”

( ... yang selalu kusesali seumur hidupku.)

Kaia menatap papa dan bundanya secara bergantian, lantas mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan lelaki tadi. Menyunggingkan sebuah senyuman singkat dengan kesan terpaksa, lalu menarik tangannya kembali ke posisi semula.

“Meskipun anda hadir disini, itu bukan berarti anda dapat bertindak semena-mena baik kepada keluarga ini maupun saya sendiri, karena yang terjadi setelah hari itu, saya belum bisa mempercayai apa yang anda katakan,”

Marvin tersenyum tulus. Meskipun ya, bagi Kaia senyuman itu tidak berarti apa-apa baginya. Gadis itu memilih memalingkan pandangan, tak ingin membuat kontak mata terlalu lama dengan Marvin.

(Aku juga ingin meminta agar aku berhenti menempatkan orang-orang yang kusayangi pada posisi yang sulit, membebaskan mereka untuk memilih kebahagiaan mereka sendiri, namun nyatanya, aku lah malapetaka ... )

“Lagipula saya punya pertanyaan untuk anda, tentang bagaimana anda bisa masuk ke rumah saya dan berbincang dengan orang tua saya,” tanya Kaia.

“Selama bunda mu memberikan izinnya, saya tentu bisa masuk ke dalam rumah ini dengan mudah,” jawab Marvin.

( ... yang tidak pernah disadari oleh siapapun.)

“Bener begitu bunda?”

Kalyana menganggukkan kepalanya seolah suatu hal yang sulit untuk melakukannya dihadapan Kaia.

“Hanya ini yang bisa bunda lakukan, maaf ya mbak,”

(Dan mereka tidak pernah bertanya, mengapa aku melakukan ini dan itu tanpa meminta pendapat. Itu karena aku ... )

RUMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang