Masalah Baru

742 77 2
                                    

Beberapa hari berlalu...
Semakin dekat dengan ujian akhir sekolah, semua siswa sibuk ikut kelas tambahan demi nilai yang bagus. Ikut bimbingan belajar dan mempelajari kisi-kisi yang diberikan, begitu pun dengan April. Om Tio masih sering memberi semangat dan dukungan lewat pesan singkat meski saat ini mereka berdua belum bisa bertemu, karena Om Tio bilang April harus fokus kepada belajarnya terlebih dahulu. Tentu saja hal itu membuat April semakin bersemangat belajar, ia tersenyum meletakan kembali ponselnya ke atas meja belajar dan melanjutkan belajarnya.

Tiba-tiba saat asik belajar, Ibu April memanggil dari luar kamar. Mengejutkan gadis itu yang langsung keluar dari dalam kamarnya.
"Kenapa ma?" Tanya April yang mengintip dari balik daun pintu kamar.
"Papa sama Mama mau ngomong sama April sebentar, bisa nggak?" April mengangguk kemudian meletakan kembali pena yang ia pegang sedari tadi ke atas meja belajar, lalu menuju ruang tamu dimana kedua orang tuanya yang ternyata sudah menunggunya sedari tadi. Tak biasanya kedua orang itu ingin berbicara serius seperti ini, membuat April khawatir dan tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. April duduk di sofa berseberangan dengan kedua orang tuanya.

Di meja telah tersedia beberapa cangkir teh dan makanan kecil, gadis itu duduk rapi dengan wajah bingung. Ayah dan Ibunya juga duduk dengan tenang dengan raut wajah yang tidak dapat April artikan dengan mudah. Membuat April tidak dapat menerka-nerka apa yang ingin dibicarakan kedua orang tuanya dengan serius seperti ini,
"Jadi gini nak, bapak sama Mama sudah bicara. Tentang sekolahmu ini loh!" Ujar Ayah April yang mulai membuka suara, membuat debaran jantung April menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Tapi mendengar kata sekolah, April bisa segera menghembuskan nafas lega. Ia sempat berpikir ada hal lain yang menjadi masalah hingga kedua orang tuanya memanggilnya seperti ini.

"Sebentar lagi 'kan April lulus SMA, jadi sudah harus lanjut kuliah 'kan? Temen-temennya sudah pada mikirin nanti lanjut kemana. April sudah juga belum?" Kali ini Ibu April yang bersuara, gadis itu tersenyum seraya mengangguk. Tentu saja ia sudah memikirkan hal ini dari jauh-jauh hari bahkan sebelum memasuki kelas dua belas.
"Sudah ma, Pak!" Jawab April dengan mantap, kedua orang tuanya juga ikut tersenyum melihat antusias anak gadis mereka satu-satunya itu.
"Bagus lah kalau sudah, nanti bapak sama Mama bisa siapkan dananya. Tapi ada lagi satu hal yang mama sama bapak minta!" Ujar Ayah April.

Tanpa berpikiran negatif, April menunggu Ayah atau Ibunya melanjutkan pembicaraan. Karena ini hanyalah masalah sekolah dan jika kedua orang tuanya itu tidak setuju pada keinginan April, maka April akan memilih mengalah demi melihat kedua orang tuanya bahagia. Lagi pula, April bagus di semua bidang. Tidak ada yang tidak ia suka terutama olahraga.
"Bapak sama Mama minta maaf sebelumnya, kamu 'kan sama Om Tio sudah lama pacaran. Om Tio juga sudah kelewat dewasa buat kamu, tapi masalahnya bukan itu aja..."
"...kalau April mau lanjut sekolah, pacarannya sama Om Tio di stop dulu bisa nggak? Supaya Mama sama Bapak perasaannya nggak was-was gitu loh, takut nanti kuliahnya setengah-setengah malah nggak lulus." Ujar Ibu April.

Bagai tersambar petir, April mendengarnya dengan perasaan tak percaya jika kedua orang tuanya yang berkata seperti itu. April memandang nanar ke arah dua orang itu, namun setelah mengingat perkataan Ibunya di ujung kalimat tadi. Membuat April berpikir dua kali untuk marah kepada kedua orang tuanya, April sadar pasti akan ada rasa khawatir. Jika April berada di posisi kedua orang tuanya, April pasti akan berpikir demikian. Melihat ke arah wajah kedua orang tuanya yang berharap banyak pada April membuat gadis itu merasa berat akan pilihan itu.

Ia hanya diberi dua pilihan..
Melanjutkan kuliah dengan tanpa Om Tio untuk sementara waktu, sedangkan April merasa takut jika Om Tio tidak akan kembali kepadanya kelak jika ia sudah menyelesaikan kuliahnya sesuai janji kedua orang tuanya itu. Bagaimana jika Om Tio kembali pada mantan kekasihnya atau telah menemukan kekasih baru yang berhasil menarik perhatian pria itu, hingga akhirnya melupakan April?
Dan pilihan lainnya sudah pasti jelas, tapi kedua orang tuanya tak mau menyebutkan hal itu karena pasti mereka berharap April mau mengambil pilihan yang pertama.
Dua hal itu, berhasil membuat April merasa pusing. Seolah kedua hal itu terus berputar-putar di atas kepalanya dan menghantuinya di setiap saat.

Melihat kebingungan April, Ayah dan Ibunya memberikan waktu untuk berpikir secara matang tentang hal ini.
"Uhm, April boleh pikirin dulu ya beberapa hari atau diomongin dulu sama Om Tio. Siapa tau dia bisa ngerti dan mau nunggu April!" Ujar Ibunya, perkataan Ibunya barusan memberikan April sebuah cahaya terang dengan harapan Om Tio benar-benar mau menunggunya dengan setia dan kembali lagi kelak padanya. Meski kecil kemungkinan hal itu akan terjadi, tapi setidaknya ia bisa membicarakan hal ini terlebih dahulu bersama Om Tio.
"Ya udah, ma! April pikirin dulu sekalian omongin sama Om Tio, nanti April kasih tau kalau sudah ada jawabannya." Ujar April.

"Iya, kalau bisa jangan lama-lama ya! Soalnya biar Mama sama Bapak bisa nyiapin dana buat April masuk kuliah." Kata Ayah April, gadis itu lalu kembali masuk ke dalam kamarnya setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya itu.
Berpikir keras setibanya di dalam kamar tentang masalah ini, masalah yang April kira tidak akan ada lagi. Dan ternyata masalah ini lebih besar dari pada yang kemarin-kemarin, April harus memilih di antara kedua pilihan itu. Dimana ia harus memikirkan kedua orang tuanya atau memilih Om Tio.

Tapi perkataan Ibunya barusan membuat April yakin kepada Om Tio jika pria itu akan menunggunya, terbukti dari dukungan dan semangat yang selalu diberikan oleh Om Tio kepada dirinya. Besar kemungkinan Om Tio akan bersedia menunggunya jika begitu, April tersenyum kecut seraya melihat ke arah layar ponselnya dimana ada gambar dirinya bersama Om Tio terpajang di sana sebagai wallpaper ponsel.
Ia akan membicarakan hal ini terlebih dahulu bersama Om Tio usai ujian sekolah selesai, April bisa saja berjanji jika dirinya akan selalu setia sampai ia kembali kepada Om Tio dengan harapan Om Tio juga seperti itu kepadanya.

Tapi, semua hal yang direncanakan oleh manusia belum tentu terjadi. Takdir yang akan menentukan segalanya termasuk takdir hubungan antara Om Tio dengan April, gadis itu belajar dengan giat karena terlalu berharap Om Tio akan bersedia menunggunya dengan setia. Padahal seharusnya April sudah tahu bagaimana sikap dan sifat Om Tio yang sebenarnya, April tidak akan mudah berpisah dari pria itu.


***

To be continued

29 Sept 2022

Om TioWhere stories live. Discover now