Virginity

3.6K 119 5
                                    

Dengan sengaja, April merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tepat berada di hadapan Om Tio yang sedang berdiri menjulang di hadapannya dengan gairah yang menggebu, sesuatu yang semakin membesar dan membuat sempit celana boxer pria itu berhasil membuat nafas Tio naik-turun dengan berat. Pada akhirnya ia kalah dengan gairahnya sendiri setelah April menggodanya dengan keras, dan itu berhasil. Sebelum melakukan hal itu Tio terlebih dahulu berdoa di dalam hati agar setelah selesai, April tidak akan kecewa padanya, apalagi meninggalkannya..

Gadis itu berbaring memandangi Tio seolah menggoda pria itu untuk berada di atasnya, dengan tatapan polos dan tubuh yang berbalut baju tidur. Secara perlahan Tio mulai membungkukan tubuhnya menuju gadis itu, berada di atas April dengan kedua tangan menopang tubuhnya agar tidak menindih tubuh mungil yang berada di bawahnya. Seketika garis senyuman manis terukir indah di bibir April, inilah yang gadis itu mau. Terlihat kedua lengan kekar Om Tio berada di kedua sisi April, sangat besar dan keras. Ada urat-urat yang tercetak jelas di sana apalagi saat posisi Om Tio menahan tubuhnya seperti ini, semua wanita pasti jelas menyukai hal itu. Tapi April, belum terlalu paham hal-hal seperti itu.

Cukup lama Tio memandangi April secara intens, di dalam hati April merasa tidak sabar menunggunya. Tapi ini adalah kemajuan yang bagus dari Om Tio dan April tidak ingin menghancurkannya dan membuat Om Tio kembali mengurungkan niatnya. Jadi, April memilih menunggu. Mungkin pria itu dapat mendengar suara detak jantung April di dalam kamar yang sunyi dan sepi ini.
Tio kembali bergerak, menuju ke arah bibir ranum berwarna peach yang sudah pernah ia rasakan sebelumnya.
Cup!
Manis, hal yang pertama Tio rasakan adalah manis. Seperti biasanya bibir gadis itu terasa manis dan memabukan.

Sudah Tio katakan kalau dirinya khawatir tidak bisa mengontrol gairahnya sendiri, saat Om Tio mulai melumat bibir April. Gadis itu menutup kedua matanya merasakan sensasinya, membuat desahan dari bibir April akhirnya keluar juga di sela ciuman mereka. Mendengar desahan indah dari April, rasanya Tio ingin meledak saat ini juga. Dada bidang pria itu mulai menempel di dada April tanpa Tio sadari, ciuman Tio juga terasa semakin kasar dan brutal seolah ia ingin menelan seluruh bibir April saat ini juga. Merasa tidak dapat bernafas dengan baik, April sedikit mendorong dada bidang pria itu yang mulai menghimpit tubuh April di dalam kedua tangan Tio yang mulai mendekap April dengan kuat.

Tio mulai menggeram, kedua matanya menggelap. Pandangannya terhadap April juga telah berubah, seolah Om Tio yang biasanya bersikap lembut dan perhatian kini telah berganti menjadi pria lain yang sedang dilanda gairah. Tio segera mengakhiri ciuman panas itu dan membuat April kebingungan, tapi ternyata Tio tak berhenti sampai di situ seperti yang April kira. Setelah raut wajah Tio berubah drastis dan berhasil membuat April sedikit ngeri, pria itu membuka baju tidur yang April kenakan satu per satu. Sementara gadis itu hanya diam ketika seluruh pakaiannya dilucuti oleh Om Tio.

Menyisakan bra dan celana dalam, gadis itu terduduk di atas ranjang dengan polosnya. Melihat April dalam keadaan demikian, di dalam kamarnya dan hanya ada mereka berdua di dalam kamar. Membuat Tio hampir kehilangan akal sehatnya, tak lagi memikirkan perasaan April atau kekhawatirannya selama ini. Tio membuka celana boxer yang ia kenakan dan hanya itu yang menutupi tubuhnya, April yang sempat melihat sesuatu merasa malu dan menunduk seketika. Bahkan gadis itu tak sadar jika Om Tio sudah menaiki ranjang dan berada di hadapannya karena terlalu lama menunduk, Tio merebahkan tubuh April di atas ranjang. Kali ini seluruh tubuhnya ada di atas ranjang tidak seperti tadi ketika kedua kakinya masih menggantung di pinggiran ranjang.

April yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa berbaring lurus dan terdiam, sementara Tio kembali menerkam bibir April dengan rakus saat berada di atasnya. Seperti biasa pria itu seolah menahan pasokan udara di paru-paru April, dan gadis itu hanya bisa mendesah sekaligus berusaha mengambil udara dengan sedikit mendorong dada bidang Om Tio.
Gerakan tangan pria itu terbilang lincah, bra yang menutupi salah satu aset milik April terbuka begitu saja tanpa April sadari. Tio kembali menyudahi ciuman mereka berdua hanya untuk memandangi dua gunung kembar dengan puting yang terlihat segar dan ranum.

Baru April sadari jika dadanya telah terpampang dengan sempurna di depan wajah Om Tio, tapi Om Tio malah bermain di sekitar leher dan dagu April. April merasakan geli hingga membuatnya mendesah cukup nyaring dan mengganggu konsentrasi Tio.
Entah bisikan dari mana, tiba-tiba Tio menarik secara kasar celana dalam yang menjadi penutup terakhir tubuh April. Hingga gadis itu terbaring polos tanpa sehelai benang pun di bawah tubuh kekar Tio, nafas panas Tio semakin berat. Beruntung di sisa kewarasannya, ia masih bisa berucap dengan baik dan kembali meminta ijin kepada si pemilik tubuh sebelum Tio mengambil kehormatan gadis itu untuk selama-lamanya.

Meskipun Tio tidak akan kembali mengurungkan niatnya jika April berubah pikiran jika sudah seperti ini..
"April yakin mau ngelakuin ini? Karena Om Tio nggak janji mau batalin kalau sudah begini." Tanya Tio sekali lagi, suara pria itu terdengar serak seperti sehabis bangun tidur. Terdengar seksi di telinga April tercampur rasa takut dan ngeri karena Om Tio sepertinya telah berubah menjadi pria yang haus akan sesuatu.
Tapi April tetap mengangguk dan meng-iyakan, lagi pula sudah terlanjur jauh untuk kembali.
"Iya Om, udah kaya gini juga kenapa harus dibatalin." Sahut April, padahal di dalam hatinya sendiri April sedikit ngeri.

Tio tidak menjawab, lalu April merasakan sesuatu mulai menyeruak masuk ke dalam dirinya. Awalnya terasa perih dan semakin perih ketika didorong masuk secara paksa.
"Aduh, Om sakit...!" Rintih April, dahinya terlihat berkerut tapi Tio tak menyahut seolah menulikan pendengarannya.
"Ah! Om udah aja ah, sakit rasanya...!" April mulai merasa tidak nyaman, memang seperti itulah rasanya. Hanya saja gadis itu tidak mengerti..
Tio berusaha keras ketika gairahnya sudah memuncak, April berusaha meronta karena tak ingin melanjutkan. Tapi ditahan oleh Tio di saat mereka sudah berada di posisi seperti ini dan Tio tidak ingin berhenti.
"Sakit Om!"
"Shhh, diam..." bisik Tio yang akhirnya masuk ke dalam April secara paksa dengan sekali hentakan.

Membuat April berteriak dengan kencang namun jemari besar Tio berhasil menahan jeritan gadis itu, tanpa terasa jika April meneteskan air mata karena rasa sakit dan perih di selangkangannya. Tubuhnya bahkan bergetar dengan hebat namun Tio hanya diam menatap gadis itu.

***

To be continued

17 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now