Kelulusan

551 69 1
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan...
April tak sabar menunggu namanya disebutkan dan dinyatakan lulus, begitu pun dengan teman-temannya. Hingga pada akhirnya semua nama telah disebutkan dan semuanya pun lulus dengan nilai bagus.
April, Nita dan Amy tak henti-hentinya lompat kegirangan sambil berpelukan satu sama lain saking senangnya. Tak menyangka akhirnya mereka telah selesai menempuh pendidikan formal sampai sejauh ini dan mereka tetap bersama.
"Seneng banget guys! Pasti bakal kangen banget ntar!" Ujar Nita di sela pelukan mereka bertiga.

"Iya, aku harus ikut Papi keluar kota buat lanjutin kuliah di sana! Kita pasti bakal jarang ngumpul lagi." Ujar Amy dengan raut wajah sedih.
"Iya, aku juga sudah nyari kos-kosan yang bagus dan murah." Sambung Nita.
Sementara April tersenyum lebar dengan perasaan sedih karena harus berpisah dengan teman-temannya itu.
"Nggak apa-apa! Nanti kalau ada kesempatan kita bisa ngumpul lagi kalau kalian pulang ke sini." Kata April mencoba memberi semangat, mereka tak akan pernah berpisah dan akan selalu bersama. Lagi pula, di jaman seperti ini sudah ada sosial media dan ponsel yang menjadi alat penghubung untuk mereka bertiga. Sehingga jarak sepertinya bukan menjadi masalah.

"Ayo ikutan convoi guys!" Seru Nita yang diikuti oleh April dan Amy.
"Eh, tunggu dulu. Kamu udah ijin sama Om Tio belum? Soalnya kita takut disalahin kalau bawa ceweknya kemana-mana!" Kata Nita menghentikan langkah kedua temannya.
"Udah kok, tenang aja! Aku udah bilang kalau hari ini bakal jadi hari terakhir sekaligus perpisahan aku sama temen-temen, jadi dia kasih ijin." Jawab April.
"Yakin? Kita berdua nggak mau dimarahin sama Om Tio loh!" Sambung Amy.
"Enggak, aku janji! Ini urusan aku sama Om Tio, kalian nggak bakal keseret-seret." Kata April meyakinkan.

Akhirnya mereka bertiga pergi mengikuti convoi tersebut dengan wajah berbinar, gembira sambil tertawa. Ini akan menjadi awal bagi kehidupan setiap orang yang telah melewati fasenya, dan April tak lagi sedih dan merasa gundah setelah ia membuat keputusan berat. Gadis itu merasa bisa bernafas lega, karena baginya kehidupan itu bukanlah apa yang diinginkan oleh hati dan terkadang apa yang membuat semua orang bahagia adalah pilihan yang harus ia ambil. Dan April baru saja melakukannya, membuat kedua orang tuanya tak berpikir keras untuk mencari dana kuliahnya dan ia juga tidak mengecewakan Om Tio karena mereka akan terus selalu bersama mulai saat ini.

April, Nita dan Amy duduk di pinggir tepian..
Menikmati pemandangan sore kota itu sambil bercengkrama.
April mengangambil ponselnya yang ada di dalam tas, tidak ada panggilan atau pesan dari Om Tio. Yang menandakan pria itu benar-benar membiarkan April menikmati masa-masa terakhirnya, gadis itu tersenyum lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam tas dan menghampiri Nita dan Amy yang sedang menyeruput kelapa muda di pinggiran tepian.
"Jam berapa kita pulang?" Tanya April yang langsung duduk di samping mereka.
"Ya ampun, baru juga sore. Udah dicariin sama Om Tio ya?" Sahut Nita memasang wajah tak enaknya di saat hari bahagia mereka nama Om Tio masih saja menghantui April.

"Enggak, Om Tio nggak nyariin. Kan aku udah bilang dia ngebiarin aku menikmati masa-masa terakhir sama kalian, sama temen-temen yang lain juga." Kata April.
"Ngebiarin kamu di sini terus Om Tio sama siapa di rumahnya?" Celetuk Nita.
"Hush!" Potong Amy yang membuat Nita menyengir.
"Ini kan udah sore, nggak mau pada pulangan gitu?" Tanya April.
"Acaranya sampai malam, Pril! Nanti malam ada party di rumahnya Reno!" Ujar Amy.
"Hah, beneran?"
"Iya lah, masa kamu nggak mah ikutan?" Tambah Nita.
"Tapi, emangnya kita nggak mandi? Kucel gini." Tukas April sembari memperlihatkan tampilannya yang sudah urak-urakan setelah seharian berkeliling.

"Ya itu emang tujuannya, bajunya jangan diganti dulu." Kata Nita meyakinkan April.
"Oh, ya udah deh! Tapi apa aku nggak dicariin sama Mama Bapak aku ya?" April menggaruk tengkuk belakangnya yang terasa tidak gatal.
"Jangan bilang kamu udah mulai ketularan Om Tio yang nggak pernah kemana-mana, di rumah aja dan nggak mau diajak ngumpul bareng!" Cecar Nita, membuat April hanya terkekeh geli.
"Hehehe, enggak kok!" Sahut gadis itu.
"Ya udah sini duduk, kita tunggu sampai malem!" Seru Amy, April lalu duduk di sebelah mereka sembari menyeruput es kelapa milik sahabatnya itu. Membuat mereka bertiga akhirnya tertawa lepas.

"Nit, yakin mau bawa April ke sini? Apa kita nggak dimarahin Om Tio ntar?" Bisik Amy di telinga Nita yang cukup jauh dari April, kini mereka bertiga sudah tiba di kediaman Reno yang tengah menyelenggarakan party kelulusan.
"Udah lah, biarin aja! Ini juga hari terakhir bisa ngumpul sama April, kalau Om Tio marah ya biarin aja! Lagi pula tuh cowok biar semarah apa pun sama April, nggak mau ngelepasin April juga, 'kan?" Sahut Nita.
"Iya bener juga sih." Kata Amy yang pada akhirnya menarik lengan April untuk bergabung bersama mereka.

Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, tapi Om Tio tak kunjung menghubungi April seolah benar-benar membiarkan gadis itu menghabiskan waktunya bersama teman-temannya di hari terakhir ini. Mereka bertiga sudah mau pulang ke rumah masing-masing karena Amy yang mulai mual dan pusing.
"Kenapa My, masuk angin?" Tanya April saat melihat Amy dibantu berjalan oleh Nita.
"Tau nih, malu-maluin aja!" Omel Nita yang tengah keberatan membantu Amy berjalan.
"Jadi udah mau pulang semua nih?" Tanya April lagi.
"Iya, mau ngapain lagi? Nunggu nih anak mati lemes?" Cecar Nita.
"Hehehe, jangan terlalu jahat Nit. Kasihan mukanya pucat!" April ingin tertawa tapi merasa kasihan kepada temannya itu.

"Bisa nggak kalian pulang bareng naik motor aja? Kalau nggak bisa aku bantuin." Kata April menawarkan bantuan.
"Nggak usah, aku bisa sendiri. Rumahku nggak jauh kok, kamu pulang aja udah malem gini!" Sahut Nita, akhirnya April pulang seorang diri ke rumahnya sendiri. Sesampainya di rumah April terkejut bukan main melihat pria itu sudah duduk di teras rumah sambil menyeruput secangkir teh hangat, April yang baru turun dari sepeda motornya berjalan pelan. Tersenyum kecil ke arah Om Tio yang juga tersenyum ke arahnya.
"Udah tengah malem gini masih di sini atau baru aja dateng?" Tanya April yang mulai melepas sepatu sekolahnya.

"Baru jam sepuluh tadi datengnya." Jawab Om Tio, April mengangguk seraya melirik ke arah wajah pria yang telah ia pilih di dalam hidupnya dan akan menjadi akhir dari tujuan April. Menyadarkan gadis itu bahwa Om Tio adalah pilihannya sendiri, bukan pilihan teman-temannya atau kedua orang tuanya.


***

To be continued

5 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now