Hari Pertama Kerja

567 77 1
                                    

"Selamat ya, Pril! Udah keterima kerja!" Seru kedua teman-temannya di pagi hari melakukan video call dengan April, gadis itu sedang tertidur lelap di kamarnya. Namun tiba-tiba saja dering ponsel membangunkan April dari tidur indahnya, tak menyangka jika kedua temannya itu akan menghubungi dirinya sepagi ini.

Semalam, April memang memberi kabar kepada dua temannya itu jika ia sudah diterima bekerja di perusahaan itu setelah melakukan banyak tes sekaligus tes kesehatan. Dan sekarang, kedua gadis itu sedang tersenyum lebar ke arah layar ponsel dimana April masih memasang wajah bantalnya.
"Pagi-pagi gini video call!" Ujar April dengan suara khas bangun tidur.
"Mau ngucapin selamat! Soalnya tadi malem pas kamu chat di grup, udah kemaleman. Jadi kita nggak notice!" Kata Amy.
"Iya, soalnya dapet email dari pihak perusahaannya sore. Baru tahunya pas malem, nggak nyangka seneng aja hari ini adalah hari pertama kerja." Ujar April.

"Jangan lupa traktiran gaji pertama ya?!" Kata Nita.
"Kerja aja baru hari ini, kamu minta traktiran." Balas Amy.
"Ya nggak apa-apa dong! Biar nanti pas gajian April nggak lupa." Sahut Nita.
"Iya, ntar kalau gaji pertama aku traktir kalian berdua deh! Tapi kalian balik ke sini ya."
"Waduh! Kalau bulan depan kayanya belum bisa balik!" Kata Amy begitu teringat sesuatu.
"Sama sih, aku juga nih!" Tambah Nita.
"Terus gimana mau minta traktiran kalau gitu? Ada-ada aja kalian ini." Sahut April, sementara kedua temannya itu terkekeh geli. Setelah melakukan obrolan yang singkat itu, April segera membersihkan diri untuk bersiap bekerja di hari pertamanya.

Tapi seperti biasa, Om Tio selalu mengantar April kemana pun gadis itu pergi. Membuat April memasang wajah tak enak ketika Om Tio datang menjemputnya.
"Kok mukanya masem gitu sih? Semangat dong hari pertama kerja!" Ujar Om Tio berusaha memberikan semangat.
"April tuh mau pake motor sendiri." Sahut April.
"Bukannya lebih enak kalo Om Tio yang anter?" Kata Om Tio.
"Ya enak sih, tapi nanti pulangnya gimana?" Protes April.
"Ya nanti Om jemput lagi."
"Kalau Om Tio pulangnya malem gimana? April pulangnya jam lima loh!" Kata gadis itu tak mau kalah.
"Udah, nanti bisa diatur. Kan bisa minta jemput Bapak sama Ibu, lokasi kerjanya kan nggak jauh-jauh amat." Kata Om Tio lalu menghentikan perdebatan mereka berdua dan lagi-lagi pria itu akan selalu menang.

Pada akhirnya April akan mengalah dan menuruti keinginan Om Tio, mendudukan diri di jok belakang meski di dalam hatinya sungguh April ingin melakukan semuanya seorang diri tanpa harus dikawal terus-menerus seperti ini. Di sepanjang perjalanan April hanya diam, bahkan ketika Om Tio menanyakan perihal sarapan pagi gadis itu tak mau menjawabnya. Hari pertama bekerja yang harusnya diiringi dengan semangat dan senyum lebar kini hancur sudah, dan semua itu karena pria yang saat ini tersenyum ramah kepadanya saat April turun dari motor.

"Kalau sudah mau pulang, chat Om aja ya? Nanti Om jemput!" Ujar Tio, April masih tak menjawab dan hanya memasang wajah datar lalu meninggalkan Om Tio yang mengantarnya sampai di area parkiran saja. Tapi sebelum April benar-benar pergi, Om Tio segera menarik sebelah lengan April yang membuat langkah gadis itu terhenti hingga membuat April menoleh ke arah pria yang masih duduk di motornya.
"Jangan macem-macem!" Bisik Om Tio sebelum akhirnya pergi melajukan motor sportnya meninggalkan April dengan segala kebingungan sekaligus ngeri di dalam pikirannya.

Seolah mengatakan kepada April untuk tidak berbuat sesuatu yang membuatnya marah dan cemburu, bahkan saat membisikan kalimat itu di samping telinga April. Om Tio memasang wajah datar namun dengan tatapan yang tajam ke arah April, dan entah mengapa hal itu membuat April merinding karena takut. Takut jika Om Tio melakukan sesuatu yang mengerikan dan membuat April menangis histeris, tapi ia segera mengenyahkan pikiran tersebut karena harusnya hari ini April merasa senang karena telah bekerja di sebuah perusahaan. April segera memasuki bangunan perkantoran di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontraktor, tak banyak wanita yang bekerja di sana. Hanya ada beberapa dan sisanya semuanya pria.

Sebagai orang baru, April sangat ramah dan bersahabat kepada semua orang. Cepat akrab meskipun April tidak terlalu banyak bicara karena ia berusaha menjaga image dan masa percobaannya yang berjalan selama tiga bulan. April hanya berusaha bahwa dirinya cukup baik untuk bertahan di perusahaan ini, karena ada banyak orang di luar sana yang menginginkan pekerjaan ini. Akan tetapi tidak bisa..
Seharian berlalu, April banyak belajar hal-hal yang belum ia bisa. Keinginan April untuk belajar sangat besar sehingga semua orang yang ada di kantor tersebut merasa senang April telah bergabung dengan mereka. Karena ada banyak perempuan dengan usia yang sama seperti April tak pernah menghargai pekerjaannya dan lebih mencari seorang Sugar Daddy untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Hari pun telah sore..
Jam pulang sudah tiba dan April segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas yang telah seharian ini tak ia pegang, ada banyak panggilan tak terjawan dan juga pesan singkat dari Om Tio. April hanya bisa menggeleng lemah, bisakah pria itu sedikit saja mengurangi rasa posesif dan kecurigaan yang ia miliki? April lalu mengirimkan pesan singkat kepada Om Tio untuk segera menjemput April, gadis itu menunggu di luar kantor setelah mengirim pesan itu. Menunggu seray melirik jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya, jam sudah menunjukan pukul lima sore hari.

Ting..
Ponsel April berbunyi pertanda pesan masuk, ia cukup terkejut setelah membuka pesan yang ternyata dari Om Tio. Pria itu tidak dapat menjemput April karena sibuk, pada akhirnya April menghembuskan nafas kasar. Apa yang ia bilang tadi pagi ternyata benar terjadi, tapi Om Tio tak pernah mau mendengarnya. Jadilah April menghubungi Ayah dan Ibunya untuk meminta jemput, tapi tak kunjung ada jawaban dari panggilannya. Hingga membuat April merasa bingung harus bagaimana pulang ke rumah, ia tak mungkin menumpang kepada seseorang apalagi semua orang yang bekerja di sini hampir semuanya pria. Itu tentu saja akan menjadi masalah baru bagi dirinya dan Om Tio.

Dan benar saja..
Seseorang baru saja memberikan tumpangan kepada April karena sedari tadi gadis itu terlihat gusar menunggu di depan kantor ketika semua orang sudah pulang. Seorang pria cukup dewasa, mungkin usianya sama dengan Om Tio menawakan April untuk diantar pulang. Awalnya April ingin menolak, tapi kondisi kantor yang sepi serta bangunan perkantoran itu lumayan jauh dari pinggir jalan. Pada akhirnya April menerima tawaran tersebut dan diantar pulang oleh pria itu, tanpa April sadar bahwa hal sekecil itu dapat membuat April berada di dalam masalah besar.

***

To be continued

9 Okt 2022

Om TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang