Orang Tua

642 73 1
                                    

April sudah menjawab pilihannya kepada Om Tio, hari ini giliran kedua orang tua April mendengar langsung jawaban dari gadis itu. Meski ada rasa kecewa dan tak tega kepada kedua orang yang telah membesarkannya itu, tapi ini lebih baik dari pada April akan mengecewakannya nanti lebih dalam lagi. Jika April sudah menolaknya, maka hal itu akan menutup kemungkinan April mengecewakan kedua orang tuanya jika ia tetap ngotot untuk melanjutkan pendidikannya. April sudah memikirkan hal ini matang-matang, karena meskipun April tetap ngotot untuk melanjutkan kuliah dan berpisah dengan Om Tio. April tidak akan menjamin dirinya tahan berpisah dengan pria itu terlalu lama.

Maka dari itu, April langsung mengambil keputusan bulat yang mengecewakan sekarang ini dari pada nanti malah membuat semua orang kecewa karena berharap banyak pada dirinya.
Kedua orang tua April telah menunggu di ruang tamu, disusul oleh April yang baru saja duduk di atas sofa dengan senyum yang dipaksakan. Membuat kedua orang tuanya khawatir akan senyum itu, kali ini April berbicara terlebih dahulu tanpa menunggu salah satu dari kedua orang tuanya membuka suara. April segera berbicara dengan lantang dan siap menerima segala ocehan dan mungkin kesedihan dari kedua orang tuanya itu, tapi lebih baik seperti ini dari pada kelak April akan mengecewakan mereka berdua.

"April sudah membuat keputusan Ma, Pak!" Ujar gadis itu dengan senyum kecut masih bisa terukir di bibirnya.
"Jadi, April memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan lebih memilih untuk tetap bersama dengan Om Tio!" Ujar April, hal itu tentu saja membuat Ibunya memegang dadanya sendiri seolah tak kuat menahan keterkejutannya. Dan juga Ayah April yang ingin marah namun berhasil April tahan dengan ucapannya lagi.
"Bapak jangan marah dulu! Biar April jelasin, ini kan pilihan Mama sama Bapak kasih ke April? April cuman bisa bilang, kenapa April lebih memilih Om Tio dari pada kuliah. Karena April nggak mau buat Mama sama Bapak nanti jadi kecewa.." jelas April.

"...dari pada nanti, April bilang sudah putus sama Om Tio. Terus nggak tau kapan tiba-tiba April balikan lagi sama Om Tio ataua malah pacaran sama orang lain, Mama sama Bapak pasti nggak suka. Ujung-ujungnya nanti kuliahnya nggak selesai karena sesuatu hal, jadi mendingan April nggak usah lanjut aja sekalian." Kata April panjang lebar, kedua orang tuanya mulai berpikir mungkin yang dikatakan oleh April barusan ada benarnya. Tapi kedua orang tua April juga khawatir dengan masa depan gadis itu.
"Terus kalau nggak kuliah, mau ngapain? Nikah?" Tanya Ayah April, membuat April ingin tertawa.

"Yang mau nikah siapa? Sama siapa juga? Om Tio? Dia aja belum tentu mau nikahin April." Sahut gadis itu.
"Terus?"
"Ya kerja lah, ngapain kek gitu. Yang penting April nggak di rumah aja, banyak kok temen-temen April yang kerja sambil biayain kuliahnya sendiri. Terus ada juga yang langsung kerja kalau rejeki sih nggak kemana." Kata April mencoba meyakinkan, kedua orang tuanya lalu melihat satu sama lain. Sebenarnya mereka berdua tidak yakin, tapi perkataan April barusan membuat mereka berdua menjadi lega karena April tak mudah menyerah begitu saja dan masih ingin bekerja.
"April tau kok, Bapak sama Mama pasti nggak suka 'kan sama Om Tio?" Cecar April.

"Bukannya nggak suka, tapi April kan masih kecil. Sedangkan Om Tio sudah dewasa, April punya masa depan." Kata Ayah April berusaha membela diri.
"Ya udah, berarti masa depan April kerja aja. Jadi nggak nyusahin Bapak sama Mama!" Balas April yang kembali membuat kedua orang tuanya terdiam.
Ayah April menghembuskan nafas panjang, padahal ia ingin putri semata wayangnya juga bisa sukses seperti orang-orang di luar sana. Tapi sepertinya pengaruh Tio yang terlalu besar di kehidupan April membuat gadis itu terlalu jauh dari kedua orang tuanya, dan ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa di sini.

Sedangkan April merasa dirinya baru saja merugikan kedua orang tuanya, padahal April hanya menolak untuk menyusahkan kedua orang tuanya agar tidak memikirkan biaya untuk April. Karena April sadar keluarganya bukan orang berada seperti teman-temannya di sekolah, jadi sepertinya bekerja adalah jalan keluar dan tentunya tidak akan menambah masalah. April tidak menyusahkan kedua orang tuanya, tidak hamil di luar nikah saat masih remaja seperti beberapa temannya di luar sana. Tidak hamil di luar nikah saat sudah terlanjur membuang terlalu banyak biaya untuk kuliah, tidak! April hanya mempunyai keputusannya sendiri. Mungkin bagi orang lain, April adalah gadis yang bodoh karena telah membuang kesempatan berharga seperti ini.

Tapi bagi April tidak!
Ia baru saja meringankan beban kedua orang tuanya dan memilih jalannya sendiri, ini bukan hanya perkara tentang hubungannya dengan Om Tio. Tapi April hanya takut mengecewakan kedua orang tuanya kelak jika April tidak bisa lulus sesuai keinginan kedua orang tuanya, hingga pada akhirnya membuat April menolak dan lebih memilih untuk tidak merepotkan kedua orang tua yang sudah bersusah payah membesarkannya itu.
"Ya sudah, kalau itu keputusan April. Bapak sama Mama minta maaf kalau tidak bisa membuat April melanjutkan kuliahnya, karena April sendiri yang membuat keputusan." Kata Ayah April, gadis itu lalu menganggum seraya tersenyum penuh kemenangan.

Rasanya begitu lega setelah memberi tahu kedua orang tuanya itu dan bisa menjelaskan alasannya dengan baik, bahwa semua ini bukan hanya karena tentang Om Tio. Tapi karena April takut pada dirinya sendiri jika kelak ia tidak akan mampu hingga akhirnya mengecewakan banyak pihak.
April tidak akan langsung menikah begitu saja karena Om Tio sendiri belum ada omongan bersama April, dan belum tentu juga April yang akan menjadi pelabuhan terakhir pria itu di hidupnya. April tak mau besar kepala dulu, yang April tahu sekarang ini dirinya hanya ingin bersama dengan Om Tio entah sampai kapan dan kemana hubungan mereka akan dibawa.

"Makasih Ma, Pak! Udah mau denger alasan April, nggak apa-apa kok April nggak kuliah. Jadi nggak perlu jauh-jauh dari Mama sama Bapak, April cari kerja di sini aja yang deket-deket rumah." Ujar gadis itu, sebenarnya ada kesedihan tersendiri di dalam perasaan kedua orang tua April maupun gadis itu. Melihat semua teman-temannya sedang sibuk mencari universitas pilihan, April hanya berada di dalam rumah sambil memikirkan pekerjaan apa yang bagus untuknya. April lalu pamit kepada kedua orang tuanya kembali ke dalam kamar, meski sakit tapi lebih baik sakit sekali ini dari pada nanti April malah menebar rasa sakit itu kemana-mana. Karena April yakin kini dirinya tidak akan sakit lagi mengingat Om Tio sudah berjanji kepadanya.



***

To be continued

4 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now