Hukuman

2.2K 112 2
                                    

"Buka celananya, terus nungging di ujung ranjang!"

April terdiam melongo, masih berdiri di ambang pintu kamar Om Tio dengan tubuh tak bergerak sama sekali. Hanya tekanan di dada karena nafasnya kembali berat setelah mendengar perkataan Om Tio yang terdengar seperti sebuah perintah, pada awalnya April merasa ngeri saat Om Tio berkata demikian.

Tapi melihat pahatan indah di tubuh Om Tio yang seakan ingin menelanjangi April saat ini juga, rasa penasaran gadis itu perlahan muncul.
"M-mau ngapain, Om?" Tanya April memastikan karena ia benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan pria itu.
"Sudah sini, dikerjain yang tadi Om suruh!" Tukas Om Tio, terdengar nada suaranya semakin berat. Menekankan setiap kata agar April cepat melakukan perkataannya yang lagi-lagi terdengar seperti perintah, karena rasa penasaran April lebih besar dibandingkan apapun. Ditambah Om Tio terlihat sangat panas malam hari ini, pada akhirnya April melangkahkan kakinya memasuki kamar Om Tio dan menutup pintunya secara perlahan.

"Nggak usah ditutup, nggak bakal ada yang liat juga!" Ujar pria itu, April hanya berjaga-jaga jika ada tetangga atau seseorang yang tiba-tiba berkunjung ke rumah Om Tio. Apalagi saat ini Nita sedang ada di kota ini, April tidak ingin menambah perasaan tidak suka Nita terhadap Om Tio jika mengetahui hal yang mereka berdua lakukan meski bukan urusan Nita sekali pun.
Sampai di hadapan Om Tio, April menghentikan langkahnya. Menunduk perlahan setelah pandangannya bertemu dengan kedua mata setajam elang tersebut yang sedang menunggu April mengerjakan perintah Om Tio tadi, jika bisa April sebut dengan perintah.

April menegak salivanya sendiri, perlahan tapi pasti ia membuka kancing celana jeans yang ia kenakan. Lalu menurunkannya hingga jeans tersebut menyentuh lantai seluruhnya, disusul dengan celana dalam dan membiarkan hodienya tetap dipakai. April sebenarnya merasa malu dengan keadaannya yang setengah telanjang ini meskipun Om Tio telah melihat seluruh tubuhnya setiap jengkal sekali pun.
"Sana nungging!" Ujar Om Tio lagi.
"Mau ngapain sih, Om?" April menjeda sebelum ia benar-benar melakukannya.
"Udah, sana aja!" Tambah pria itu, hingga pada akhirnya April menuju ujung ranjang dengan langkah pelan. Sempat melihat kembali ke arah Om Tio sebelum akhirnya April menelungkupkan tubuhnya di atas pinggiran ranjang.

"Hah..." nafasnya terdengar pelan dan tenang meski kini jantung April berdetak tak karuan, mendengar Om Tio berjalan ke arahnya dengan posisi bokong terekspos sempurna seperti ini semakin menambah rasa malu April. Gadis itu menenggelamkan wajahnya ke atas ranjang demi menahan rasa malu, tapi sebuah tangan kekar dan berurat menyentuh bokong April sembari mengelusnya secara perlahan. Sontak membuat April menoleh ke arah belakang guna melihat apa yang Om Tio lakukan di sana, apalagi ada sensasi geli yang April rasakan dan anehnya perasaan itu membuat gairahnya muncul seketika.
"Kenapa? Mau liat ya?" Om Tio menaikan sebelah alisnya sembari menyunggingkan senyum, rasa malu April kembali menyadarkan gadis itu dan membuatnya menenggelamkan wajahnya ke ranjang.

"Enggak." Jawab April singkat membuat Tio menyeringai.
Plak!!!
"Akhhhh!!!" April menjerit cukup keras saat Om Tio melayangkan tamparan keras di bokong mulus gadis itu, rasa panas dan perih seketika menjalar di bokong April. Gadis itu ingin bangkit dan bertanya kenapa Om Tio melakukan hal ini padanya, tapi ternyata pria itu menahan pinggul April sehingga ia tidak bisa bangkit. Karena tentu saja tenaga Om Tio dengan tubuh kekar seperti itu bukan tandingan gadis seperti April.
Tapi, setelah tamparan keras itu. April merasa sedikit lebih tenang karena elusan lembut dari jemari kekar dan berurat milik Om Tio.

Nafas April yang tadi terasa berat dan cekat di tenggorokoan akibat tamparan itu, kini sedikit lega meski terasa berat. Menghembuskan nafas berat beberapa kali, April hanya berharap Om Tio tidak melakukan hal itu lagi. Apalagi seperti apa yang April pikirkan, dengan tali pinggang pria itu.
"Tau kenapa Om pukul?" Tanya Om Tio, April berpikir sejenak. Bagaimana mungkin ia bisa tahu, Om Tio pasti sudah gila. Pikir April begitu.
April menggeleng lemah, Tio tidak dapat melihat wajahnya karena posisi gadis itu masih menungging.
"Karena udah buat salah, makanya Om pukul. Lain kali jangan diulangi, kalau nggak mau Om pukul pakai itu!" Tio menunjuk ke arah tali pinggang yang tergeletak manis di atas ranjang, membuat April merasa ngeri dan merinding di saat bersamaan.
"Denger nggak?!" Ujar Om Tio, kali ini suaranya sedikit nyaring. April khawatir jika ada yang mendengar, apalagi tadi April sempat berteriak sekali dengan cukup nyaring.
"I-iya, denger Om." Jawab April tergagap, setelah itu April merasa tubuhnya ditarik oleh Om Tio secara perlahan. Pria itu mendudukan diri di atas ranjang menyandarkan bahu ke kepala ranjang dengan April berada di dalam dekapannya, seperti nenggendong anak bayi di dalam pelukannya.

April yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa menyandarkan kepalanya di dada bidang Om Tio, terdengar suara detak jantung pria itu yang begitu tenang dan damai. Tidak seperti April yang tidak karuan detak jantungnya.
April belum mengenakan celananya, tapi Om Tio tidak melepaskan April dan malah mempererat pelukannya.
"Tolong, kalau Om suruh ini itu dikerjain. Jangan dibantah, apalagi bohong! Om nggak suka!" Kata Om Tio tiba-tiba, April teringat akan kesalahannya barusan yang membuat Om Tio menjadi seperti ini padanya.
"Maaf, April lupa!" Hanya itu yang bisa April katakan kepada Om Tio, tanpa gadis itu sadari jika ia telah memberi Tio sebuah kebiasaan yang pria itu kira April setujui.

Seperti menghukum..
Tio akan terbiasa melakukan hal itu karena ketika hal ini terjadi untuk pertama kalinya, tidak ada perlawanan sedikit pun dari April.
Karena gadis itu sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan mengapa hal itu terjadi..
Tidak ada sahutan dari Tio, April bahkan tidak tahu apakah pria itu memaafkannya atau tidak.
"Emangnya, orang dewasa kalau pacaran suka mukul gitu juga?" Tanya April yang penasaran, Tio sama sekali tak berniat menjawab karena ia ingin tahu hal lain dari pada hal itu.

"Pas dipukul bokongnya tadi, ada ngerasa apa?" Tanya Tio, April berpikir sejenak.
"Sakit, panas." Jawab April dengan jujur, Tio masih berusaha mengulik sesuatu yang ia inginkan.
"Nggak ada sensasi lain?" Tanya Tio lagi, April menggeleng lemah. Karena memang hanya itu yang ia rasakan selain takut.
"Kalau ini?" Tio kembali menyunggingkan senyum, setelah melihat wajah April yang berubah terdiam. Gadis itu seperti menahan sesuatu, rasa geli dan nikmat. Tio tahu itu..
"Besok Om pukul lagi bokongnya, mau?" Tio berbisik di telinga April, kali ini ada gelenyar aneh yang tadi sempat April rasakan saat jemari berurat Om Tio menyentuh bokongnya. Dan kini jemari berurat itu tengah bermain di selangkangan April yang sama sekali tidak tertutup oleh apapun.




***

To be continued

21 Okt 2022

***

Refresh dikit ya biar gak tegang 😌

Om TioWhere stories live. Discover now