Putus?

883 82 8
                                    

April menunggu seseorang di sebuah kafe, tempat pertama ia dan pria itu berbicara cukup dekat untuk mengenal satu sama lain. April sudah mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Om Tio untuk menemuinya di tempat ini dan membicarakan sesuatu, Om Tio meng-iyakan ajakan April dan di sinilah gadis itu berada.

Di tengah keramaian seorang diri menunggu sang pujaan hati, April merasa gelisah dengan sesuatu yang ingin disampaikannya kepada Om Tio. Sebuah jawaban yang ditunggu oleh pria itu dan juga kedua orang tuanya, sudah terlalu lama April berpikir. Ia harus segera memberikan sebuah jawaban sebelum hari kelulusan tiba. Dan menyampaikan hal ini bukan perkara mudah, April takut menyakiti seseorang yang akhirnya akan menyakitinya juga. Berusaha kuat ketika hatinya yang rapuh merasa tak tega sangatlah tidak mudah, tapi teman-temannya selalu berkata bahwa Om Tio bukanlah pria yang baik untuknya. Sampai detik ini April masih berusaha membuktikan dimana sisi jahat Om Tio yang tidak teman-temannya sukai.

Karena Om Tio selalu menjaga April agar dirinya selalu aman, walapun caranya sedikit ekstrim. Tak lama pria yang ia tunggu-tunggu sedari tadi datang juga, dari dalam kafe April dapat melihat pria itu turun dari motor sportnya. Tio membuka pintu kafe dan entah mengapa hal itu membuat April terpesona untuk ke sekian kalinya, Om Tio memang tampan. Dengan postur tubuh tinggi dan kekar, dibalut dengan kaos serta hodie yang sedikit longgar membuatnya terlihat misterius dengan raut wajah datar yang seolah acuh tak perduli jika langit akan runtuh sekali pun. Tapi terkadang sikap hangat pria itu selalu dapat membuat April menjadi luluh.

"Tumben mau ketemuan di sini? Nggak di rumah aja." Ujar Om Tio yang langsung mengambil duduk di hadapan April saat melihat gadis itu duduk sendiri.
"Hm, pengen ada sensasi yang beda aja. Bosan di rumah terus!" Sahut April, Tio melirik ke kanan dan ke kiri serta ke belakang.
"Penuh ya kafenya, sendirian aja ke sini?" Tanya Om Tio lagi, April hanya bisa menghela nafas kasar mendengar pertanyaan Om Tio barusan. Pria itu bukan tertarik akan topik yang akan mereka bicarakan malam ini, tapi malah mengkhawatirkan April dengan sikap posesifnya itu.

"Om liatnya sendirian 'kan." Balas April seraya memasang wajah datar, Om Tio tak lagi menanggapinya dan hanya diam. Kali ini April berusaha serius, karena ini adalah malam penentuan sekaligus malam terakhir baginya.
"Jadi, mau ngomongin apa? Serius banget kayanya." Tanya Om Tio.
"Hmm, soal pilihan yang Om kasih ke April." Jawab gadis itu.
"Oh, oke." Balas Tio seraya meletakan kedua tangannya di atas meja menunggu jawaban dari April, raut wajah pria itu terlihat meyakinkan. Seakan terlalu yakin jika dirinyalah yang akan dipilih oleh April dari pada masa depan gadis itu, membuat April bertanya-tanya dalam hati apakah Om Tio serius dengan dirinya atau hanya berniat memainkan April.

April tertunduk sebelum akhirnya mencoba memberanikan diri untuk mengatakan jawabannya, memainkan ujung baju yang ia pakai saat ini karena terlalu gugup. Lalu kembali melihat ke arah Om Tio yang seolah menuntut jawaban darinya.
"Om Tio kasih April dua pilihan. Pilihan pertama, April lanjut kuliah dan putus sama Om Tio karena Om nggak mau break atau apapun itu namanya. Terus, pilihan kedua melanjutkan hubungan sama Om Tio dan nggak lanjut kuliah." Kata April mengulang dua pilihan yang berat, pria itu mengangguk membenarkan.
"Dengan catatan, Om sama sekali nggak pernah melarang April untuk melanjutkan kuliah. Karena itu pilihan orang tua April dan Om nggak mau break sama April." Tambah Om Tio.

Seolah mengingatkan kembali kepada gadis itu jika semua hal ini bukan karena Om Tio, tapi karena kedua orang tua April yang telah memberikan pilihan. Dan Tio sebagai pria dewasa menghargai keinginan orang tua April dan keputusan gadis itu, meski di dalam hatinya Tio sangat yakin jika gadis itu akan memilihnya seratus persen.
"Iya, bener. Jadi... dengan berat hati, April udah mikirin hal ini ratusan kali. Bahkan sekarang April lagi nggak nafsu makan cuman gara-gara ini, tapi tetep harus April pilih." Kata gadis itu, Tio dapat melihat kesedihan yang terpancar dari bola mata indahnya.

"Udah dipikirin baik-baik? Karena ini menyangkut masa depan April sendiri." Tanya Om Tio sebelum April memberikan jawabannya, Tio pun sebenarnya tidak bermaksud untuk menghentikan cita-cita gadis itu atau yang lainnya. Tapi berpisah dari April, sepertinya tidak bisa Tio lakukan. Tio lebih memilih untuk menculik April dan membawa gadis itu ke ujung dunia dari pada harus kehilangannya. Itu akan benar-benar Tio lakukan jika pada akhirnya April akan lebih memilih untuk meninggalkan dirinya.
"Udah kok Om!" Sahut April seraya mengangguk dengan mantap, Tio ikut mengangguk dan mempersilakan April untuk memberikan jawabannya.

Di saat seperti ini jantung keduanya terasa berdetak cukup kencang meski keduanya terlihat duduk tenang, tapi pasti di dalam hati mereka merasa gelisah. Terutama Tio.
"Jadi, Om Tio. Selama hampir satu tahun ini April ngejalanin hubungan sama Om Tio, lebih banyak seneng dan ketawanya. April mau ngucapin terimakasih banyak atas waktu luangnya selama ini buat April, mau nyempetin antar-jemput April sekolah. Mau ke rumah April hampir setiap minggu, April tahu itu merepotkan..." jelas April panjang lebar, Tio mendengarkan dengan baik sekaligus khawatir akan ujung kalimat April.
"...makasih banyak sudah ngajarin April tentang sebuah hubungan, padahal April masih terlalu kecil buat Om Tio." Gadis itu terkekeh geli dengan wajah yang sedih.

"April mungkin masih belum ngerti apa itu artinya cinta dan sayang, April sadar masih terlalu dini. Dan April juga belum terlalu paham gimana sih gaya pacaran orang dewasa itu, tapi satu hal yang April tahu bahwa April takut untuk kehilangan Om Tio dan takut kalau Om Tio pergi ninggalin April." Kata gadis itu yang membuat Tio terkejut, Tio pun memiliki perasaan yang sama terhadap April. Takut jika akan kehilangan gadis itu sehingga membuatnya overprotektif kepada April, karena tak ingin gadis yang masih labil itu berpindah ke lain hati. Hanya saja, Tio memiliki ego yang tinggi yang membuatnya menyimpan perasaan itu sendiri dan tidak menyampaikannya kepada April.

"Maka dari itu, April memilih untuk tidak melanjutkan kuliah dan tetap bersama dengan Om Tio. Dengan harapan besar Om Tio tidak meninggalkan April apapun yang terjadi!" Ucap April dengan lantang dan yakin, membuat Tio yang awalnya berpikir jika gadis itu akan memilih kuliahnya dari pada dirinya tak menyangka jika April ternyata memilihnya juga.
"Om Tio tidak akan meninggalkan April!" Sahut Tio tak terasa kalimat itu keluar dari bibirnya.
"Janji?" Tanya April.
"Janji."
"Forever?" April menjulurkan jari kelingkingnya yang disambut oleh jari kelingking Om Tio.
"Forever!"
Dan April baru saja memilih terjun ke dalam lembah bara api...



***

To be continued

3 Okt 2022

***

"The beginning of a toxic relationship starts from ignorance..."

Om TioWhere stories live. Discover now